"On the way you walk, i beside you"
---
Pintu truk dibuka, lalu kami ditarik secara kasar untuk keluar. Mataku masih tertutup, tapi aku bisa merasakan pijakan tanah di bawah. Bahkan suara-suara burung dan hewan-hewan lain terasa di pendengaranku. Pada akhirnya aku menyimpulkan bahwa tempat kami berpindah berada di area hutan. Tidak seperti gudang terdahulu yang berada di antara lapangan persawahan yang cukup luas.Pijakan di bawah berganti dengan sebuah tanah yang begitu padat. Kami telah sampai di sebuah gudang. Setelahnya aku bisa merasakan jika kali ini tubuhku diikat di sebuah tiang di salah satu ruangan. Aku pasrah tidak melawan, aku masih menyayangi nyawaku sendiri. Selanjutnya, penutup mataku dibuka. Kutemukan sebuah gudang yang terkesan lusuh dan berantakan dengan adanya celah-celah karena telah lama tertinggal.
Aku menoleh ke sekitar. Tatapanku langsung tertuju pada Azriel yang sama diikatnya denganku. Namun, pemuda itu masih terpejam.
"Azriel!" Aku memanggilnya, berkali-kali. Namun, tidak ada jawaban darinya. Aku makin khawatir. Tidak mungkin jika Azriel mati bukan?
"Azriell!" Kali ini aku berteriak sedikit keras. Bahkan, penjaga-penjaga yang hendak keluar dari gudang menatap ke arahku tajam. Aku langsung mengatupkan bibirku, tidak berani berbicara.
Sepeninggal penjahat tersebut, aku kembali memanggil-manggil namanya. Kulihat jika Azriel mulai tersadar, aku melebarkan bibirku merasa senang. Sewaktu mata Azriel terarah padaku, bibirnya yang robek tersenyum ke arahku, lalu bergerak pelan.
"Syukurlah kamu masih ada, Cheryl." Dia berujar dengan lirih. Aku membalasnya dengan tatapan lembut. Tampaknya kami berdua sudah saling bergantung satu sama lain.
Namun di malam hari kejadian buruk terjadi. Penjahat-penjahat mulai memasuki gudang dan melangkah menuju Azriel, satu-satunya pria diantara kami yang tersisa. Salah satu penjahat dengan wajah yang cukup muda dan berjas maju mendekati Azriel yang duduk terikat. Sudut matanya menatap Azriel tajam, dia berjongkok untuk memegang dagu Azriel yang penuh luka-luka. Setelahnya, bibirnya menyeringai.
Aku menatapnya lekat. Wajahnya begitu familiar dengan pria yang pernah menghadapi Nizan di gudang terdahulu. Mungkinkah?
"Dia bukan, yang membunuh kakakku?" Dia berujar dengan seringaian di bibirnya yang belum menghilang. Tatapannya tertuju pada salah satu penjahat-yang mungkin bawahannya-dengan tatapan penuh kepastian.
"Benar, dia membunuh kakak Anda dengan pistol." Salah satu penjahat berujar dengan menundukkan kepala hormat.
Pria tersebut berdiri lalu tertawa dengan keras hingga suara beratnya memenuhi gudang. Jantungku berdebar tak karuan, badanku bergetar ketakutan. Pria ini mengerikan.
Bugh!
"Akh!" Azriel merintih sakit saat wajahnya ditendang hingga darah mengalir dari ujung pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iraganean | Leeknow
Science Fiction"Aku melihat seluruh waktu, entah itu di masa depan, ataupun masa lalu. Aku melihatnya. Bahkan, aku melihat kematianku sendiri." --- Setelah perasaannya tertolak, Cheryl memutuskan untuk membolos sekolah. Pada saat pulang menggunakan sepeda, dia men...