🪐 0.1: Tahun 2021

45 9 0
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

[ World 1 earth code: #2745 ]

-

14 April 2021

Aku tengah mengerjakan tugas fisika yang sejujurnya tidak kupahami sama sekali. Aku menoleh ke samping dan hanya menemukan wajah Jesselyn yang mengantuk. Bahkan sepertinya, gadis itu akan terlelap.

"Benda ini disebut gerak jatuh bebas karena tidak memiliki kecepatan awal, lalu ditambah dengan gravitasi dan waktu."

Guru di depan masih menerangkan materi yang tidak kupahami sama sekali. Entah itu kecepatan benda yang jatuh, ataupun benda yang memantul. Aku sedikit heran, kenapa hal seperti itu harus diukur?

Bukannya apel jatuh ya sudah jatuh saja. Kenapa harus dihitung kecepatan awal, kecepatan akhir, jarak, dan sebagainya?

Aku menaruh tanganku di dagu. Walaupun aku berpikir seperti barusan, aku tetap harus memperhatikan materi tersebut. Tentu saja agar aku menjadi pintar, lalu esoknya menjadi Albert Einstein, aku akan menyebut diriku jenius jika bisa mengerjakan salah satu soal fisika yang ada di papan. Walaupun berlapis sin cos tan yang bahkan belum kuhafalkan sejak kelas sepuluh.

Tunggu, aku belum memperkenalkan diriku sendiri. Aku Cheryl, lebih tepatnya Violin Karina Cheryl. Tetapi, kebanyakan orang dan orang tuaku memanggilku Cheryl. Jika ada yang bilang namaku seperti nenek-nenek tua, aku akan memukul kepalanya. Namaku itu keren, seperti orang-orang barat.

Nyatanya aku cuma gadis lokal alias asli Indo yang tinggal di salah satu tempat di Jakarta. Umurku saat ini adalah tujuh belas, aku belum memiliki kartu kependudukan sipil karena aku malas membuatnya. Hanya untuk meluangkan waktu ke kantor kecamatan dan melakukan perekaman, aku merasa malas sekali. Serta aku belum bisa memakai motor, dan masih was-was jika mengendarainya.

Saat aku naik motor rasanya menakutkan, karena berada di ambang hidup dan mati. Apalagi terus terpikirkan salah satu teman seusiaku yang kecelakaan hingga tengkoraknya dibuka, itu mengerikan sekali.

Aku mengambil bolpoinku lalu mulai menulis di buku. Setengah populasi dari anak-anak di kelas sudah menaruh kepala mereka diantara lipatan tangan. Bahkan Jesselyn yang ada di sampingku juga sudah tertidur.

Tiba-tiba mataku terasa hampir terpejam. Tidak, tidak, ini tidak boleh. Bu Erni menjelaskan materi kinematika gerak gaya lurus dengan ikhlas, aku tidak bisa terpejam seperti ini. Tidak boleh. Lalu, mataku menangkap sosok yang duduk agak jauh dariku.

Teman sekelasku, Alvendino Kenan Vino. Pemuda berparas menawan, sedikit cantik, memiliki kulit yang putih, dan sudut mata yang terkesan imut. Kenan selalu dianggap sebagai pemuda yang cantik tetapi juga tampan. Pinggangnya yang ramping pun terkadang membuat para gadis bahkan termasuk aku sedikit iri.

Aku mempunyai perasaan lebih padanya.

Aku tidak bohong, aku menyukai Kenan sejak awal semester di sekolah menengah atas. Kami satu kelas sejak dulu, beberapa kali terlibat pembicaraan jika satu kelompok dan mengerjakan tugas. Kenan cukup friendly, tetapi cukup pemarah. Sekarang dia menjabat sebagai pengurus kelas, dan jabatannya adalah sekertaris kelas.

Iraganean | LeeknowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang