🪐 0.4: Mata Air

14 5 0
                                    

"Pegang tanganku, semestaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pegang tanganku, semestaku."

———

Selama hampir tiga hari lamanya, aku dan Azriel menyusuri hutan ini. Keadaan kami yang menyedihkan, makin terasa amat menyedihkan dengan baju yang robek, bau, dan kotor sana sini. Sejujurnya, kami mirip seperti gelandangan sekarang.

Kemudian, agar tidak tersesat, aku dan Azriel membuat tanda dari batang daun yang dilingkar. Lalu, dipasang ke ranting-ranting pohon. Karenanya kami terus berjalan tanpa menemukan jalan yang kami temui sebelumnya. Namun, masalah kali ini adalah dehidrasi yang kualami. Karena tidak minum hampir tiga hari lamanya, tenggorakanku begitu sakit, bahkan suaraku hampir menghilang. Azriel membantuku, wajahnya tidak bohong jika dia panik dengan keadaanku sekarang.

Hal yang kami harapkan hanyalah menemukan sungai di sini.

Dan harapan itu menjadi kenyataan saat kami mendengar suara air terjun yang cukup deras. Setelah menempuh hampir sepuluh menit, kami sampai di air terjun tersebut. Senyumku merekah kala melihat indahnya mata air yang ada di hadapanku saat ini. Tanpa mempedulikan teriakan Azriel, aku langsung masuk ke dalam air terjun tersebut.

"Gila! Emang bener mata air tuh paling seger!!" Aku berteriak di bawah air terjun yang menerjangku dari atas. Lantas mendongak ke atas dan meminum seluruh air yang ada agar dehidrasiku hilang.

Azriel tertawa kecil sembari berjalan ke arah air terjun. Badannya mulai masuk ke dalam kolam, lalu berjalan ke arah diriku. Setelahnya, kami bermain sejenak seolah melupakan masalah yang awalnya menimpa kami berdua.

"Azriel anak mama huu!"

"Apa ya nona sok dari masa depan!"

"Riel, kamu orang kuno banget. Pasti di masa depan kamu jelek."

"Aku itu selalu tampan, bahkan keturunanku nantinya juga!"

Aku tertawa sarkas, lantas mencripat air ke arah tubuhnya. "Aku tahu seseorang yang lebih tampan darimu ya!"

"Oh ya? Setampan apa dia? Jangan-jangan dulu kau pernah menyukainya?"

Senyumku langsung luntur seketika dan tanganku berhenti bergerak. Azriel yang menyadarinya segera berjalan ke arahku, lalu membawaku keluar dari kolam. Kami berdua duduk di atas batu yang ada di pinggiran kolam. Di belakang batu tersebut ada tasku dengan jaket almamater kotor yang dia kenakan.

"Hei, apa itu? Kenapa tiba-tiba kau terdiam? Aku jadi merasa bersalah." Azriel di sampingku terlihat murung. Namun, aku lebih murung di sampingnya.

"Lagian kenapa harus nyangkut pautin itu coba?"

"Ya mana ku tahu! Kan aku orang di tahun yang beda jauh darimu. Jelaslah aku engga tahu kehidupanmu—di tahun berapa itu? 2021? Ya itu—seperti apa?" Azriel menundukkan kepalanya.

Iraganean | LeeknowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang