🪐 1.1 : Tanda Nama

11 4 2
                                    

"I will love you for a thousand more

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I will love you for a thousand more."

———

Aku tengah berbaring sembari melihat televisi yang tidak terlalu menarik. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam tetapi Azriel belum menampakkan dirinya sejak tadi. Karena bosan dengan acara televisi hitam putih yang isinya itu-itu saja, aku mematikannya. Kemudian, langsung menarik selimut ke badanku.

Tiba-tiba terdengar suara kunci yang dimasukkan dalam pintu. Aku terperanjat dan langsung berdiri di tempatku. Sewaktu pintu terbuka, terpampanglah Azriel dengan tas ransel andalannya. Namun, saat ini dia basah kuyup dari atas sampai bawah.

"Heh! Kamu kehujanan?!" Aku bertanya dengan khawatir. Lantas langsung mengambil tas ransel yang dia bawa.

Azriel mengangguk-angguk dengan wajah pucat. Tampaknya dia akan jatuh sakit karena kehujanan. Aku segera mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi. Lalu, menyelimuti dirinya dengan dua selimut. Dengan telaten aku membuat kompresan untuk menaruhnya di dahi Azriel. Kuharap kompresan ini bisa menurunkan suhu panas dirinya.

Setelahnya, aku ikut berbaring di sebelahnya dan menarik selimut pada badanku. Karena dirinya jatuh sakit, kami berdua malah berakhir satu kasur. Mata Azriel menatap ke depan dengan kosong. Kadang-kadang matanya menutup, tapi tiba-tiba terbuka lagi. Lalu, batuk-batuk kecil.

"Cheryl." Dia memanggil dengan suara parau.

Aku menatap ke arahnya. "Kenapa?"

"Aku minta maaf karena malah merepotkanmu. Seharusnya aku tidak jatuh sakit seperti ini." Dia menunduk dengan bibir yang mengerucut.

Aku menatapnya gemas. Lalu, mencubit kedua pipinya yang panas. "Kamu ini malah ngerepotin ngerepotin. Lagian kan emang udah tugasku kalau jagain kamu juga kan?"

Azriel malah terus merasa bersalah. "Tapi harusnya—"

Aku langsung mencubit kedua pipinya ke atas hingga dia tidak bisa berbicara. Karena ekspresinya begitu lucu, aku tertawa di tempatku. Lalu, langsung menariknya ke pelukanku yang kecil. Aku mengusap-usap punggungnya pelan dan tersenyum kecil.

"Cepat sembuh Azriel."

———

Sekarang aku tengah makan pagi bersama Azriel. Keadaannya sudah cukup membaik daripada kemarin. Namun, karena masih tidak enak badan untuk terus beraktivitas, dia berakhir absen dari kelas kuliahnya. Aku mendongak ke arahnya yang tengah makan. Menyadari sedari tadi aku menatapnya, Azriel menatapku balik. Tetapi aku justru menundukkan kepalaku dengan panik. Bisa kudengar tawa kecil dari Azriel.

"Heh, heh, heh, kamu ngapain? Kok kaya pemalu bener gitu? Emang kamu pemalu sebelumnya?" Azriel mencerocos.

Aku segera mengganti ekspresiku sok cool. "Hah? Aku pemalu? Dasar tukang halu."

Iraganean | LeeknowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang