"Just like a star. I stay here for long."
— Star, Colde———
"Sesulit apapun hidupmu, kamu harus tetap hidup. Jangan pernah berpikir untuk mati terlebih dahulu."
Aku berpikir dengan kepala berkabutku saat mendengar bel kemudi truk di hadapanku. Aku berujar dalam hati seperti, Wah, kenapa tiba-tiba aku teringat ucapanku sendiri. Seolah waktu bergerak lambat, aku justru melengkukan bibirku sembari mengingat Azriel.
Apa artinya hidupku tanpanya?
Tin! Tin!
Brak!
Aku terkejut hingga melotot di depanku saat badanku menyentuh aspal dengan sesesorang yang ada di atasku. Aku menatapnya dengan perasaan campur aduk sampai akhirnya orang itu mendongakkan kepalanya.
"Kamu.."
"Apa kau sudah gila sekarang?!"
Aku hanya menatapnya dengan pikiran berkabut. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Kenan menyelamatkan diriku dari maut?
Tin! Tin! Sontak kami berdua yang terbaring di lantai menoleh ke arah truk di hadapan kami. Supir truk mengeluarkan kepalanya dan kepalan tangannya. Ekspresi wajahnya sangat tidak bersahabat.
"Ya Allah, Nak! Jangan berpikir untuk mati dahulu! Hidupmu masih panjang!! Bagaimana jika kalian mati?!"
Kenan menarik nafasnya lalu beranjak dari atas tubuhku. Dia berdiri sembari membersihkan dirinya, sementara aku beranjak duduk sambil menggaruk kepala. Kudengar helaan nafas lagi dari bibir Kenan. Lalu saat kudongakkan kepalaku, aku menemukan tangan yang terulur ke arahku.
"Ayo, berdiri. Kita di tengah jalan." Dia berujar dengan nada kesal. Namun aku tahu, ada sedikit simpati dari tindakannya.
Aku mengambil uluran tangannya dan berdiri. Kemudian, kami berdua berjalan ke pinggir jalan. Kenan mendudukkan tubuhku di kursi di pinggir jalan. Aku menatap ke arahnya yang justru berdiri di depanku sambil menatapku menyelidik.
"Kenapa?" Aku bertanya padanya.
"Kau pasti terluka. Sebentar aku pergi beli obat."
Kenan langsung berlari di trotoar bersama dengan orang-orang lainnya yang berjalan. Kutatap dirinya hingga ujung jalan dan masuk ke dalam sebuah apotek. Aku kebingungan sejenak, lalu kutundukkan kepalaku. Saat itu kusadari jika tanganku terluka cukup besar dan darahnya menetes-netes.
Kenan tiba-tiba sudah ada di depanku sambil membawa obat. Dia duduk di sampingku, lalu mengambil tanganku. Obat antiseptik dengan kapas. Saat dia mengolesnya ke lukaku, aku mendesis sakit hingga dia mendongak dengan tatapan kesal. Pada akhirnya, aku hanya bisa menahan rasa sakit itu dan mencegah bibirku mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iraganean | Leeknow
Science Fiction"Aku melihat seluruh waktu, entah itu di masa depan, ataupun masa lalu. Aku melihatnya. Bahkan, aku melihat kematianku sendiri." --- Setelah perasaannya tertolak, Cheryl memutuskan untuk membolos sekolah. Pada saat pulang menggunakan sepeda, dia men...