Baper 9

91 15 12
                                    

Regi menatap layar ponselnya seksama. Seulas senyum selalu hadir semenjak tadi. Terlebih jika melihat konten a day in my life Gita sebagai seorang mahasiswi.

Gita memposting story, dengan foto langit yang menggelap dilengkapi audio yang mendukung dan caption, Cobalah mengerti.

Regi mengerutkan keningnya sesaat sebelum ia memutuskan membalas cerita tersebut.

regipratama
Dimengerti

git.ta
Ehh A Regi

regipratama
Lagi galau nih kayaknya?

git.ta
Nggak, biasa aja.

regipratama
Sibuk apa besok?

git.ta
Seperti biasa kuliah. Ada apa? Ada kerjaan kah?

regipratama
Bukan kerjaan tapi mau ngajak ngonten.

git.ta
Ehh ikut nari gitu maksudnya?

regipratama
Bebas. Mau ikut di depan kamera ayo mau di belakang kamera juga boleh. Kalau mau di depan kamera aku bawa tripod. Kalau nggak mau di depan kamera, silakan gantikan tugas tripod.

git.ta
Aku gantiin tugas tripod aja deh kayaknya.

regipratama
Yakin? Mending di depan kamera.

git.ta
Takut Sukabumi mendadak hujan deras kalau aku nari depan kamera sama seorang A Regi mah.

regipratama
Wkwkwkwk bisa aja.
Oke kalau gitu see you ya.

git.ta
Ok, see you too

***

Gita tengah berjalan menuju koridor saat merasa dirinya diikuti oleh Fauzi siang ini. Gita yang baru keluar kelas itu memang hendak pulang.

"Mau duluan?" Tanya Gita mulai tidak nyaman.

"Bareng yuk?!" Sahut Fauzi yang membuat kerutan di kening Gita tampak nyata.

"Duluan aja." Gita memberi jalan.

"Jangan suka jual mahal gitu." Fauzi merapat.

"Apaan sih?!" Gita langsung menepis tangan Fauzi yang hendak menyentuh dirinya.

"Masa cuma Ramdan yang boleh pegang-pegang?!"

"Ehh..." Gita melotot.

"Lepasin cewek gue." Seru Ramdan yang tanpa sengaja melihat Fauzi tengah mengganggu Gita.

"Cewek lu? Nggak salah? Sejak kapan dia cewek jadi cewek lu? Cewek simpanan?"

"Sembarangan." Ramdan terpancing emosi, ditariknya kerah baju Fauzi.

"Kok mau jadi simpanan, Git?Mending sama gue aja, terang-terangan." Ujar Fauzi dengan seulas senyum menyebalkan. Fauzi tidak gentar meski kerah bajunya sudah diremas kuat oleh Ramdan.

"Bangsat." Ujar Ramdan sembari memukul tepat di ulu hati Fauzi.

"Ramdan?!" Pekik Gita. "Udah." Pinta Gita panik. Takut-takut ada dosen atau pihak kampus yang melihat. Maklum di UnSu dilarang keras berkelahi di area kampus. "Ramdan." Tarik Gita saat melihat Ramdan kembali melayangkan tinju ke arah Fauzi.

"Dia lecehin kamu, Ta."

"Udah." Bukan hanya ditarik, tapi lengan itu kini digandeng. Baru setelah itu, emosi Ramdan mulai mereda.

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang