Baper 32

72 14 17
                                    

"Suntuk amat?!"

"Biasa aja." Sahut Regi datar.

"Tumben nggak sibuk?" Tanya Fatur lagi sembari menikmati es kopi yang baru saja diantar pramusaji.

"Harusnya bikin konten tapi lagi males."

"Si Gita udah balik belum ya?! Ajakin gabung ya?" Pancing Fatur, yang merasa belakangan Gita bisa jadi energi untuk Regi.

"Lupa kayaknya dia sama kita." Regi tampak keki. "Coba aja dikontak." Sambungnya. Fatur mengangguk dan segera menelepon Gita.

"Halo." Sapa Gita yang langsung menerima panggilan masuk dari Fatur.

"Halo, Git. Lagi sibuk nggak?" Tanya Fatur berbasa-basi.

"Kenapa, A?"

"Udah pulang dari Jakarta?"

"Udah. Semalam."

"Nongkrong yuk?! Aku lagi di SB kopi nih."

"Kapan?" Tanya Gita.

"Sekarang." Jawab Fatur antusias.

"Ta...?!" Panggil Ramdan di ambang pintu.

"Heh?!" Gita melirik lalu menelan saliva. Terlebih saat Ramdan mulai berjalan mendekat.

"Siapa, Git? Lagi di mana?" Tanya Fatur bertubi-tubi.

"Lagi di rumah Tante."

"Ohh... Itu adik sepupu kamu?" Fatur memastikan.

"Iya."

"Lagi ngumpul nih kayaknya?!"

"Iya." Gita tersenyum tipis nyaris meringis.

"Jadi nggak bisa ikut dong ya?"

"Iya maaf ya, A. Next time deh."

"It's ok." Sahut Fatur sembari menutup telepon.

"Alasan apa dia sekarang?" Sambar Regi dingin.

"Dia lagi ngumpul keluarga di rumah Tantenya." Papar Fatur mencoba memberi pengertian Regi.

"Ohh dikira masih jalan sama dokter."

"Lu cemburu, Gi?" Tanya Fatur yang sebenarnya sudah merasa jika temannya itu terlanjur ada hati pada Gita, hanya saja ia pura-pura bodoh. Takutnya Regi memang tidak nyaman berbagi.

"Nggak, cuma gue nggak suka aja. Dia kayak berat sebelah. Belum apa-apa lho ini."

"Ya salah lu sendiri pas pertama kali dia mau kerja ngomong gitu."

"Ya gue nyesel." Regu mengakui.

***

"Siapa?" Tanya Ramdan.

"A Fatur."

"Siapa?" Dahi Ramdan seketika berkerut.

"Temennya A Regi, dia yang kasih kerjaan waktu itu."

"Ada urusan apa dia telepon kamu?" Selidik Ramdan.

"Ngajak ngumpul aja." Jawab Gita singkat tapi sebisa mungkin jelas. Ramdan semakin mengernyitkan kening. "Kenapa sih?" Protes Gita saat menyadari tatap Ramdan menyelidik semenjak tadi.

"Nggak." Ujar Ramdan sembari balik badan dan berlalu begitu saja.

Tenang, bentar lagi juga hak milik. Nggak usah emosi, cemburu dan lain sebagainya. Batin Ramdan sembari masuk ke dalam kamarnya.

Kenapa tuh orang?! Batin Gita.

***

"Dapat yang dimau, A?" Tanya Riska yang baru bertemu Riko sore ini. Maklum Riska baru pulang tadi siang dan saat ia sampai rumah, Riko tengah berisitirahat di kamarnya.

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang