Baper 42

65 18 2
                                    

"Ram..." Gita terkejut saat mendapati Ramdan tengah berdiri di dekat pintu menunggu dirinya keluar kelas.

"Yuk pulang?!" Ajak Ramdan.

"Ayo."

"Ehh ke si dokter masih seminar?" Tanya Ramdan saat keduanya tengah berjalan beriringan di koridor kampus.

"Katanya sih hari ini terakhir."

"Mulai praktik kapan emangnya?"

"Kata dokter Riko sih pengen secepatnya tapi kemarin pas ditanya lagi, dokter Riko bilang izinnya belum keluar."

"Ohh makanya dipersantai?"

"Yups." Angguk Gita. "Ram..." Cicitnya kemudian.

"Apa?"

"Kamu mau ke mana atau ada yang mau dikerjain nggak?" Tanya Gita berbasa-basi.

"Kenapa gitu?"

"Aku pengen makan es krim dulu, boleh nggak? Tapi pengen dine in, nggak pengen makan di rumah."

"Pengen nongkrong?" Tanya Ramdan memperjelas.

"Pinter." Sahut Gita sembari menjentikkan jarinya.

"Pinter dong. Kalau nggak pinter mana bisa aku tiba-tiba jadi suami kamu." Bisik Ramdan kemudian. Gita membulatkan mata sembari mencubit lengan Ramdan. "Sakit, Sayang." Protes Ramdan sembari mengelus lengannya yang dicubit.

"Iya, modus."

"Tapi suka kan dimodusin aku?! Kan dapat suami."

"Yeee..." Cebik Gita yang membuat Ramdan tersenyum geli.

"Ya udah ayo keburu sore banget nih. Masa iya jelang malam malah makan es krim." Ajak Ramdan.

"Ayo."

***

"Sar, gue duluan ya?! Nyokap minta anter ke rumah sakit."

"Siapa yang sakit?"

"Tetangga ada yang lagi dirawat, nyokap mau besuk."

"Ohh dikira. Ehh Tante sama Om tapi sehat-sehat semua kan?!"

"Alhamdulillah."

"Syukur deh. Salam ya buat Tante sama Om."

"Siap. By the way mau bareng nggak? Gue anterin lu ke kostan dulu."

"Nggak usah. Gue masih pengen di sini. Nih belum abis, sayang." Ujar Sarah sembari mengangkat cup es krimnya.

Ya tadi sepulang Riska dari kampus dan Sarah dari klinik, mereka janji bertemu untuk sekedar berbincang ringan di kedai es krim terkenal di kota Sukabumi. Ngobrol sana-sini sampai akhirnya Riska dihubungi mamanya untuk segera pulang. Alhasil mereka kini harus berpisah padahal masih betah keduanya bertukar cerita.

"Ohh ya udah kalau gitu duluan." Pamit Riska.

"Oke, hati-hati."

Riska berlalu, Gita pun masuk. Akan tetapi karena Ramdan mendapat telepon dari Fahri, ia tertinggal. Atas suruhan Ramdan, Gita memang diminta memesan terlebih dahulu.

"A, pesen es krim cup yang coklat satu, vanila satu."

"Pakai topping?"

"Nggak usah."

"Di makan di sini atau dibawa pulang?"

"Di sini."

"Baik, Kak. Totalnya jadi dua puluh delapan ribu."

"Ini." Gita menyodorkan uang yang sempat diberikan oleh Ramdan sesaat sebelum Gita masuk kedai.

"Kembaliannya, Kak. Mohon ditunggu."

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang