Baper 51

66 14 0
                                    

Ramdan menarik nafas panjang, ia lalu menggenggam tangan Gita erat. Ia berusaha mempertemukan tatap mereka.

"Jangan ngaco ahh." Ujar Ramdan pelan. "Ehh mau makan di sini atau di bawah?" Ramdan langsung mengalihkan topik pembicaraan.

"Aa aja duluan, aku nanti. Belum lapar."

"Yang...." Lirih Ramdan. "Ya udah makan di sini aja ya kita malam ini." Putus Ramdan. Gita bergeming.

Ramdan kembali menarik nafas panjang sembari beranjak keluar kamar. Baru kali ini Gita absen makan malam bersama. Biasanya ia selalu ikut, tidak pernah tidak. Mungkin sebagai bentuk penghormatan Gita pada keluarga Rosa. Tapi malam ini mendadak Gita berubah, membuat Ramdan sedikit merasa takut. Takut Gita berbuat nekat setelah berujar seperti tadi. Misalnya meminta pernikahan ini diakhiri. Ramdan menggeleng kuat, berusaha mengusir pikirannya itu dari kepalanya.

"Teteh mana, A?" Tanya Rosa saat Ramdan tiba di ruang makan.

"Lemes katanya. Jadi kita izin makan di kamar ya, Ma?"

"Iya boleh." Sahut Deni mendahului Rosa. "Abis makan pastiin minum obat, A." Tambah Deni.

"Iya, Pa."

"Semoga Teh Gita cepet sembuh." Ucap Ical tulus.

"Thanks." Balas Ramdan lembut membuat Rosa dan Deni diam-diam saling curi pandang.

Tumben akur, itu yang ada di pikiran Rosa dan Deni.

"Ya udah Mama siapin makanan buat kalian."

"Biar sama aku aja." Tolak Ramdan yang langsung mengambil piring kosong dan mengisinya dengan nasi juga lauk pauk yang tersedia di atas meja makan.

"Lho kok cuma sepiring?" Tanya Deni.

"Biar praktis, sepiring berdua."

"Ada-ada aja kamu." Rosa geleng-geleng kepala. "Ohh iya ada buah potong di kulkas, tadi Mama mau anter ke atas tapi kata Ical lagi ada tamu. Ya udah Mama simpan dulu di kulkas jadinya."

"Ohh iya, Ma. Makasih, Ma."

"Sama-sama."

"Kalau gitu aku ke kamar dulu."

"Pastiin minum obat ya?!" Dengan mengingatkan kembali.

"Iya." Angguk Ramdan sembari mulai beranjak.

Ramdan kembali menaiki anak tangga dengan sepiring nasi beserta lauk pauk dan juga segelas air putih. Sesampainya di kamar, Ramdan pun langsung mengajak Gita makan. Meski Gita sempat menolak, Ramdan tidak menyerah. Ia terus membujuk hingga akhirnya Gita mau disuapi suaminya itu lalu menurut untuk segera minum obat.

Selesai makan, mereka pun bersiap untuk tidur. Tidak seperti biasa, malam ini Gita tidur membelakangi Ramdan Bahkan saat Ramdan mencoba memeluk Gita dari belakang, Gita tidak merepon apalagi balas memeluk.

***

"Yang, mau kuliah?" Tanya Ramdan saat melihat Gita pagi ini juga ikut siap-siap.

"Iya."

"Emang udah baekan?"

"Udah. Lagian bosen kalau di rumah."

"Ya boleh tapi kalau ada yang kerasa langsung bilang, nanti aku anterin pulang ya?!" Ujar Ramdan lembut.

"Iya."

Mereka pun berangkat bersama ke kampus pagi ini. Saat Ramdan masih memarkirkan sepeda motornya, Gita pamit ke kelas lebih dulu. Ramdan hanya bisa menghela nafas mendapati sikap Gita yang tidak biasa itu.

"Git.... Gita." Panggil nada sembari berjalan menghampiri Gita.

"Heh?!"

"Baru aja aku mau kontak kamu."

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang