Baper 23

93 13 6
                                    

"Katanya anak adbis?" Tanya Riko membuka obrolan.

"Iya." Jawab Gita sembari mengangguk pelan.

"Ohh ya nggak apa-apa, paling nanti belajar tensi yang bener aja." Ujar Riko.

"Iya. Tapi sebelumnya aku mau bilang sesuatu juga soalnya takut nanti dikira nggak terbuka." Ujar Gita yang membuat Sarah, Riska juga Riko menatap dirinya dengan kerutan di dahi.

"Bilang apa? Kamu udah nikah?" Tanya Riko cepat.

"Bukan.. bukan.." Gita panik, kekehan dari Sarah, Riska juga Riko pun terdengar mewarnai meja mereka sore ini. "Aku sebenarnya udah part time juga. Tapi lebih ke online sih." Jujur Gita.

"Freelance Digital Marketing?" Tembak Riko.

"Bukan tapi terima dan aturin tentang jobs sama endorsement salah satu konten kreator." Terang Gita.

"Ohh...." Sahut Riska yang merasa memiliki alasan untuk menarik tawarannya pada Gita. "Kira-kira nanti kamu keteter nggak nih?" Tanya Riska memastikan.

"Online aja?" Tanya Riko cepat.

"Iya cuma via chat atau telepon. Tapi selama ini banyaknya via chat sih." Jawab Gita.

"Ya udah nggak apa-apa. Tapi bos tau kamu mau part time juga di tempat saya?"

"Tau."

"Oke kalau gitu nggak masalah. Online nya jadi manager, offlinenya jadi asisten." Pungkas Riko.

Kemarin aja sebelum ketemu orangnya banyak ini itu, apa dia bisa, ribet nggak sih harus ngajarin cuma buat tensi yang bener aja, bla...bla...bla. Sampai aku stress cari cara narik tawaran ke Gita harus kayak gimana. Ehh udah ketemu mah iya-iya aja. Batin Riska. Jangan-jangan....?! Riska melirik kakaknya lalu melirik Gita. Jodohin ahh si Mama sama si Papa kan udah kebelet pengen cucu juga. Lagian kayaknya Gita asyik dijadiin ipar. Riska tersenyum tipis sembari manggut-manggut.

"Oke kalau gitu sampai ketemu besok." Pungkas Riko menutup pertemuan mereka sore ini.

"Iya, dok." Sahut Gita.

"Panggil nama aja kalau di luar." Pinta Riko.

"Latihan." Cetus Gita sekenanya.

"Bisa aja." Riko terkekeh mendengarnya.

"Ya udah ayo." Ajak Riko. "Sarah sama Gita dianterin sama kamu, Ris?" Tanyanya kini pada Riska.

"Iya." Angguk Riska. "Yuk." Ajaknya kemudian pada Sarah juga Gita.

"Duluan aja. Aku janjian sama sepupu soalnya." Ujar Gita sembari mulai mengetikkan pesan pada Ramdan.

"Sepupu apa sepupu?" Pancing Riko.

"Sepupu, dok. Aslian."

"Anak Tante kamu itu?" Sambar Sarah.

"Iya, Sar." Gita mengangguk.

"Ohh ya udah kalau gitu kita duluan." Ujar Riska.

"Iya."

Jika Sarah dan Riska ke area parkir sebelah timur, Riko berjalan ke area parkir sebelah barat. Gita kembali mengecek layar ponselnya, mengintip angka yang menunjukkan waktu itu.

"Emang Gita suka dianter jemput sepupunya?" Tanya Riska ingin tahu. Dan ia berharap Sarah tahu.

"Iya. Keliatan disayang banget sih dia sama keluarga Tantenya itu." Riska sekilas melirik Sarah. "Jadi dia sempet cerita sebelum ngekost pas orangtuanya meninggal, tantenyalah yang rangkul dia untuk tinggal bareng. Tiga tahun hidup sama keluarga tantenya bikin dia nyaman, dia takut suatu hati tiba-tiba kehilangan makanya dia mutusin buat belajar mandiri. Takutnya kalau dia terlalu nyaman, nggak prepare, jadi nggak siap."

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang