Baper 21

83 15 9
                                    

"Ayo kita sarapan abis itu kita pulang." Ujar Deni pagi ini.

"Pulang nih, Pa?" Ical memastikan.

"Emang mau apa lagi?! Main udah, nginep udah." Sahut ayah dua anak itu.

"Dikira mau ditambah gitu satu hari." Celetuk Ical santai.

"Pala lu peyang. Besok sekolah." Toyor Ramdan.

"Sok alim, dalam hati kepengen juga kan?!" Ical tidak mau kalah.

"Ini.....?!" Rosa hanya bisa geleng-geleng kepala jika kedua putranya sudah saling menyambar ucapan seperti itu.

"Ayo ahh sarapan." Pungkas Deni. "Mama, Gita... Ayo. Abaikan saja mereka berdua."  Sambungnya.

Deni lalu berjalan lebih dulu, dilanjut Rosa lalu Gita. Ramdan yang ingin berdekatan dengan Gita meminta Gita membiarkan Ical mengambil sarapannya lebih dulu.

"Ta, kasih jalan si Ical dulu. Biar nggak rusuh." Ujar Ramdan.

"Masa?!" Timpal Ical yang ditimpali cebikan Ramdan.

"Iya ihh kalian harus dipisahin ya. Nggak kelar-kelar perasaan." Gita akhirnya langsung membuka jalan untuk Ical. Kini dirinya berjalan tepat di depan Ramdan.

"Makannya yang banyak." Bisik Ramdan.

"Iya." Sahut Gita pelan.

"Ta, nginep di rumah lagi kan?" Tanya Ramdan saat mereka menyendok nasi ke piring mereka.

"Nggak."

"Kenapa?" Ramdan terlihat mengerutkan dahinya.

"Sayang uang kost."

"Suruh siapa ngekost?!"

"Hmmm... Mulai." Gumam Gita. "Mau ini?" Tawar Gita mengalihkan topik.

"Dikit aja."

"Aa manja, diambilin." Ledek Ical yang tanpa sengaja melihat Gita mengambilkan lauk untuk Ramdan.

"Sirik aja lu." Jawab Ramdan.

"Ssst berisik?!" Gita mencoba melerai perdebatan tidak penting kakak beradik itu.

Mereka pun sarapan bersama di satu meja makan dan setelah selesai mereka langsung memutuskan untuk pulang. Menghindari kemacetan, itu yang menjadi alasan mereka pulang pagi dari Puncak menuju Sukabumi.

"Ini tempat kost kamu?" Tanya Rosa saat mobil yang dikendarai Ramdan itu menepi di sebuah tempat kost sekitar Sekolah Tinggi Kesehatan juga Ekonomi di Kota Sukabumi.

"Iya." Angguk Gita. "Masuk, Tan." Gita mempersilakan.

"Mama ditawarin masuk, aku diusir-usir." Ujar Ramdan keki.

"Emang harus begitu." Sahut Rosa.

"Ehh..." Ramdan membulatkan mata. Membuat yang lain tersenyum geli.

"Ya kan peraturan di sini itu cowok nggak boleh masuk." Papar Gita mencoba menjelaskan.

"Ohh gitu?" Tanya Deni cepat.

"Iya, Om."

"Bagus itu." Deni manggut-manggut, dalam hati ia merasa tenang.

"Iya, bagus." Timpal Rosa, sama tenangnya seperti Deni. "Ibu kostnya di mana?"

"Biasanya di kafetaria itu, Tan. Jadi ibu kost nya buka kafetaria juga." Terang Gita.

"Ohh..."

"Ya udah kita pamit dulu ya, Git. Kamu istirahat biar besok fresh." Pamit Deni kemudian.

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang