Baper 44

61 17 4
                                    

Sepanjang perjalanan sudut bibir Ramdan terangkat secara terus menerus. Pikirannya sudah berada di fase malam, padahal pada kenyataannya hari masih pagi.

"Sarapan dulu, A." Seru Deni.

"Di mana, Pa?" Tanya Ramdan cepat membuat Deni seketika melirik sang putra.

Efek nikah beda ya? Batin Deni. Ya ini kali pertama ia melakukan perjalanan dengan Ramdan saat Ramdan sudah berganti status dari lajang menjadi seorang suami.

"Pada mau sarapan apa?" Tanya Deni kemudian pada istri, anak dan menantunya yang duduk di belakang.

"Bebas." Tanya Ical.

"Apa aja yang ada." Tambah Rosa.

"Gita, mau sarapan apa? Siapa tau punya request."

"Nggak, Pa. Ngikut aja, Gita mah." Jawab Gita.

"Oke." Deni manggut-manggut.

"Pa itu ada bubur ayam Cianjur. Pada mau nggak?" Ujar Ramdan.

"Boleh. Nggak masalah kan kita sarapan bubur?" Deni memastikan.

"Nggak." Jawab penumpang di jok belakang secara serempak. Membuat baik Deni maupun Ramdan mengintip ke belakang. Bedanya jika Deni menoleh, Ramdan mengintip dari kaca spion.

"Kalau laper lagi, nanti kita jajan aja di rest area Bandung." Ujar Deni.

"Okay...." Sahut Ical bersemangat.

Mereka pun turun dari mobil setelah Ramdan berhasil memarkirkan kendaraan ayahnya itu dengan baik dan rapi di tepi pinggir jalan raya. Rosa, Deni dan Ical sudah lebih dulu memesan. Sedang Gita, ia menunggu Ramdan yang tengah memastikan pintu mobil terkunci semua.

"Ayo." Ajak Ramdan saat dirinya sudah selesai. Gita mengangguk. "Mang, 2 porsi ya. Satu campur. Yang satu lagi tanpa penyedap rasa, bawang goreng, seledri dan jangan dikasih sayur itu." Pesan Ramdan.

"Pakai jeroan jangan?"

"Yang campur pake, yang satunya lagi jangan. Iya kan?!" Sikut Ramdan.

"Iya." Gita mengangguk sembari mengulas senyum manisnya.

"Siap, ditunggu ya. Silakan duduk." Penjual bubur mempersilakan Ramdan dan Gita duduk. Ramdan mengangguk.

"Ya udah, yuk duduk." Ajak Ramdan.

"Teh, sini." Ical melambaikan tangan mengajak bergabung.

"Iya." Sahut Gita sembari memberi kode pada Ramdan untuk bergabung bersama kedua orangtua dan adiknya itu.

***

"Gi...?!" Sapa Wisnu yang tampak keheranan melihat Regi pagi ini.

"Kenapa?" Tanya Regi.

"Nggak." Geleng Wisnu sembari mengernyitkan kening. Jujur baru kali ini ia melihat Regi tampak grogi sebelum pentas.

Demam panggung?? Masa iya? Pikir Wisnu.

Regi mengatur nafas. Berkali-kali ia menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan melalui mulutnya. Begitu terus sampai ia merasa jauh lebih baik.

"Si Regi kenapa?" Tanya Neta pada Wisnu. Sama seperti Wisnu, Neta pun dapat melihat sesuatu dari sikap Regi pagi ini.

"Nggak tau?!" Wisnu angkat bahu sembari berlalu untuk berganti kostum. Baik Neta maupun April memperhatikan seksama.

"Gi..." April yang ditinggal Neta ke toilet itu pun memutuskan menghampiri Regi.

"Ehh...."

"Nih minum dulu." April menyodorkan air mineral dalamnkemasan cup pada Regi.

"Makasih."

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang