Baper 50

71 17 10
                                    

"Kok Gita nggak cerita ya? Udah lama?" Pancing Riko.

"Belum. Baru seminggu ini."

"Ohh..." Sahut Riko mendadak dingin. "Kalau gitu saya permisi." Pamitnya saat tiba di anak tangga terakhir.

"Iya, dok. Makasih."

"Ya." Angguk Riko tanpa ada kata balasan lain selain itu.

Riko bergegas keluar rumah orangtua Ramdan. Dan sesampainya ia di dalam mobil tiba-tiba ia mencengkram setir kuat.

"Ris di mana? Aa pengen ngomong." Ujar Riko saat panggilan suara pada Riska terhubung, to the point.

***

"Gita kenapa ya?!" Tanya Regi pada Fatur yang mana sore ini memang janji bertemu di cafe batas kota.

"Kenapa?"

"Jarang online."

"Tumben."

"Iya semenjak kerja di dokter itu." Sahut Regi.

"Sibuk di sana atau gimana?" Fatur memastikan.

"Masih mending sibuk kerja, kalau sibuk kecantol dokter muda, gimana?!"

"Coba kontak. Ajakin sini."

"Banyak alasan sekarang mah, mana kalau malam pasti ceklis satu di chat teh."

"Nomor yang lu titipi juga sama?"

"Kalau yang itu sih nyambung-nyambung aja. Jadi gue say hi juga lebih banyak ke nomor yang gue kasih."

"Ya syukur setidaknya dia masih profesional kan sama kerjaan dia."

"Iya, kalau soal kerjaan dia suka konfirmasi kok. Gerceplah kalau boleh dibilang tapi aktivitas dia di nomor dan akun pribadi dia udah jarang banget. Udah nggak pernah ada story, nggak ada pembaharuan status."

"Mending dia aktif tapi kerjaan lu nggak beres, apa kerjaan lu lancar tapi dia nggak aktif?" Sela Fatur memberi opsi.

"Ya kerjaan gue lancarlah."

"Ya udah...." Timpal Fatur. "Mungkin dia lagi sibuk kali, positif thingking aja. Namanya juga mahasiswa."

"Mahasiswi kali, dia cewek." Ralat Regi.

"Hehehe iya." Fatur nyengir.

"Ehh...."

"Kenapa?" Tanya Fatur cepat saat regi tampak terperanjat melihat sesuatu.

"Itu?!" Tunjuk Regi.

"Itu apa?"

"Itu dokter muda yang gue maksud."

"Mana?"

"Itu yang nyamperin cewek."

"Ohh itu." Cetus Fatur sembari memperhatikan gerak gerik Riko yang baru datang dan langsung menghampiri meja seorang perempuan secara seksama. "Gi, percaya ke gue, Gita nggak mungkin sibuk kecantol Pak dokter. Tuh Pak dokternya juga kayak udah punya gandengan."

"Emang itu gandengannya?!" Tanya Regi.

"Kayaknya. Liat aja gerak geriknya." Ujar Fatur. Regi pun patuh, diperhatikannya seksama Riko dengan perempuan muda yang diperkirakan seusia Gita.

"Iya sih." Regi manggut-manggut.

"Ris?!" Sapa Riko.

"A... Tumben ngebet pengen nyamperin padahal di rumah juga ntar ketemu." Ujar Riska yang tidak ditanggapi Riko. Riko yang baru saja duduk di depan Risma itu segera ke inti pembicaraan yang ingin ia bahas dengan Riska.

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang