Baper 36

68 14 6
                                    

"Ehh.... Kayaknya aku dapat." Cicit Gita. Ia lantas segera meminta Ramdan yang sudah siap di posisinya untuk menyingkir.

"Kamu haid?!"

"Kayaknya. Punten... Punten... (Maaf... Maaf...) aku mau ke kamar mandi dulu." Gita beranjak meninggalkan Ramdan yang melesu seketika.

Gita cepat-cepat memakai pakaiannya lalu keluar kamar dan langsung menuju kamar mandi. Tidak lupa tadi sebelum keluar kamar, ia mengambil pembalut yang memang selalu ia stok.

"Haid?" Tanya Ramdan ketika Gita membuka pintu kamar mandi. Gita sempat terperanjat, tidak mengira Ramdan menunggunya tepat di depan pintu kamar mandi.

"Iya." Angguk Gita. "Maaf...." Lirihnya kemudian.

"Nggak apa-apa, kalau gitu gantian. Aku pengen buang air kecil."

"Iya."

Gita merasa salah, ekspresi Ramdan jelas sekali menunjukkan laki-laki itu kecewa. Sudah menggebu, bergairah parah tetapi mendadak harus berhenti.

"Bete ya?!" Tanya Gita saat Ramdan kembali dari kamar mandi dan ikut berbaring di samping Gita.

"Heh?!"

"Bete?"

"Dikit. Tapi nggak apa-apa. Masih banyak waktu kok. Ya udah yuk tidur." Ramdan mencoba jujur.

"Iya." Angguk Gita.

Jika Ramdan memang bener-bener terlelap, beda dengan Gita yang merasa kesulitan tidur. Terlebih ia benar-benar merasa tidak enak pada Ramdan.

Bisa dipaksain nggak sih? Batin Gita yang diam-diam browsing. Ohh jangan ya?! Semoga betenya nggak lama.

"Belum tidur?"

"Belum."

"Kenapa?"

"Pengen meluk."

"Ya udah sini." Ramdan pun segera mengundang Gita dalam pelukannya.

Entah karena lupa, kecapekan atau kecewa, Ramdan malam ini tidur tanpa memeluk padahal malam kemarin Gita merasa nyaman tidur diperlukan Ramdan.

***

Kebiasaan nih orang, disuruh ngabarin sesampainya di kost jam sepuluh belum juga ngabarin. Lupa atau ngelupa-lupain sih?

Regi
Git, udah sampe tempat kost?

Centang satu. Kening Regu pun mengernyit. Kok centang satu? Gumamnya.

Regi pun mengecek pembaharuan status juga story akun media sosial Gita. Tidak ada update dari Gita sepanjang hari ini.

"Gi..." Sapa April saat panggilan suaranya diterima Regi.

"Kenapa, Pril?"

"Kata anak-anak sini ngumpul."

"Di mana?"

"Pecel Lele Pak Miun."

"Oke, on the way."

Regi yang merasa butuh hiburan itu akhirnya menemui teman-temannya. Seketika perasaan tidak enaknya lenyap. Kini ia bisa bersenda gurau dan tergelak bersama teman-temannya.

***

Seperti hari kemarin, Gita dan Ramdan berangkat ke kampus bersama-sama. Ramdan sesekali memperhatikan wajah istrinya yang pagi ini tampak pucat

Tapi hendak bertanya saat tiba-tiba Gita dipanggil oleh salah seorang dosen. Mereka pun berpisah.

"Mau ke mana, Dan?" Tanya Fahri saat Ramdan hendak beranjak padahal dosen selanjutnya hampir masuk.

"Keluar bentar."

Ramdan ingin memastikan kondisi Gita. Mendadak ia teringat terus pada istrinya itu.

"Rin, Gita di kelas?" Tanya Ramdan pada Irin yang ia temui di kantin.

"Ya, dia sakit. Ini aku lagi pesen teh manis hangat buat dia."

"Sakit?!" Ramdan terkejut. "Thanks."

Ramdan berlari secepat yang ia bisa. Membuat kerutan di kening Lusi yang berpapasan dengan Ramdan di koridor tampak jelas terlihat. Si Ramdan kenapa? Ehh kayaknya mau ke kelas Gita?

"Hey... Kenapa?" Tanya Ramdan sembari duduk di bangku kosong tepat di samping Gita. Ramdan mengelus kepala Gita yang menelungkup di atas meja.

"Perut sakit."

"Gara-gara haid bukan?"

"Iya."

"Git, ini minum dulu mumpung anget." Irin menyodorkan secup teh manis hangat.

"Makasih, Rin." Ucap Ramdan mendahului Gita.

"Sama-sama, Dan."

"Ehh ada yang bawa kayu putih nggak?" Tanya Ramdan sembari lirik kiri kanan juga ke arah belakang.

"Aku nggak." Geleng Irin.

"Ini ada." Sahut Amel dari arah belakang.

"Minta dong." Pinta Ramdan.

"Ini." Amel menghampiri sembari menyerahkan botol plastik berwarna semu hijau itu.

"Minta ya." Ucap Ramdan. Amel mengangguk. "Ta, sini." Ujar Ramdan sembari mengolesi minyak kayu putih ke bagian punggung bawah Gita. Sontak itu membuat teman-teman Gita saling sikut dan mencuri pandang.

"Ramdan sama Gita sekarang?"

"Terus Cika?"

"Dalem banget itu. Main oles-oles aja."

"Kelanjutan dari syuting bukan sih?"

"Auuuwww nggak nahan."

Desas desus teman-teman Gita yang melihat begitu intim perlakuan Ramdan pada Gita. Terlebih kini Gita diminta duduk tegak sembari bersandar di pundak Ramdan dan tangan Gita terlihat digenggam Ramdan.

"Pulang aja yuk? Aku anterin." Bisik Ramdan.

"Aku masih ada kuliah."

"Iya tapi kondisi kamunya juga nggak memungkinkan buat nerima pelajaran. Mending pulang, istirahat. Nanti nyusul aja, atau pinjem catatan temen." Papar Ramdan.

"Iya, Git."

"Yuk?!" Ajak Ramdan sedikit membujuk Gita. "Ehh ini..." Ramdan menyerahkan botol minyak kayu putih pada Amel. "Makasih ya?!"

"Sama-sama." Sahut Amel.

"Yuk?!" Ramdan membantu Gita baleranjak dari duduknya.

"Semuanya tolong izinin Gita ke dosennya ya, bilangin sakit."

"Siap." Sahut irin dan lainnya.

***

"Si Ramdan lari-lari ke kelas si Gita." Lapor Lusi pada Yayu yang ia temui di depan kelas.

"Ada apa?"

"Mana gue tau." Lusi angkat bahu.

"Ehh itu si Ramdan." Tunjuk Yayu saat melihat Ramdan tengah menuntun Gita keluar gedung. Cika yang hendak mengajak dua temannya ke kantin pun ikut melihat, ia tertegun.

"Bukan Gita kan?!" Gumam Cika yang membuat Yayu dan Lusi menoleh saat itu juga.

"Ehh, Ka..." Yayu menelan saliva saat mendapati Cika kini tengah berdiri di belakang mereka.

"Bukan Gita kan orangnya?" Ulang Cika. "Kan mereka sodara." Tekan Cika kemudian. Yayu dan Lusi terdiam. Karena memang mereka tidak tahu harus menjawab apa.

B a p e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang