3. Kedatangan mereka

420 17 22
                                    

Selamat membaca~

Bagaimana mungkin aku melupakan Sang Maha membolak-balikkan hati, tanpa-Nya aku tidak akan pernah merasakan jatuh cinta seindah ini

-Mikail Abraham

***

From Ibuku

Ibu sudah siapkan baju yang bagus untukmu

Dengan cepat Aham menaruh ponselnya keatas meja kerjanya, pria itu bersandar di sandaran kursi sembari menyentuh hidungnya menggunakan jari telunjuk,

Aham tak mampu lagi menahan senyumnya, ia salah tingkah dengan pesan yang ibunya kirimkan beberapa menit yang lalu.

Wajah memerah bak tomat serta senyum yang tak kunjung luntur membuat seseorang yang baru saja memasuki ruangan pun terheran-heran

Pria itu mendekat, meletakkan beberapa berkas yang perlu di tanda tangani di atas meja, akan tetapi semua itu tidak juga menyadarkan Aham yang masih asyik senyum-senyum sendiri.

"Jangan suka senyum-senyum sendiri, Ham. Tingkahmu membuatku merinding saja!"

Dalam satu kedipan mata saja, Aham seolah baru kembali ke dunia nyata. Ia menatap sekeliling lalu mendongakkan pandangannya, menatap seseorang di depannya "Sejak kapan kamu disini!"

Taqy menarik ujung bibirnya, membentuk sebuah senyuman aneh "sejak Bos Aham melamun sambil senyum-senyum sendiri seperti orang tak waras!"

Aham membelalakkan matanya "Hei! Enak saja mulut mu bicara,"

Taqy menunjuk berkas di meja Aham, mengisyaratkan agar Bos nya itu segera menandatanganinya,

"Apa ini?"

"Astaghfirullah," Aham menyodorkan sebuah Berkas dengan map berwarna kuning "tolong perbaiki lagi, Qy. Tulisannya berantakan sekali, apa kamu tidak memeriksanya terlebih dahulu sebelum di bawa kesini?"

Taqy mengambil Map tersebut, menelitinya sampai lembaran terakhir. "Punya siapa ini?"

From Ibuku

Hahaha, anak ibu salah tingkah rupanya.

Aham baru saja mengadukan Taqy yang sudah berani menegurnya saat melamun tadi kepada Ibunya. Namun, bukannya membela Aham, Maya malah turut menertawakannya seolah setuju dengan apa yang Taqy ucapkan.

"Revisi, saya tunggu satu jam lagi." Ucap Aham pada Taqy yang masih berdiam diri mengamati berkas itu dengan tatapan tak percaya

Taqy mengangguk setuju, "Oke, wait."

"Qy,"

Taqy yang baru akan membalikkan badan pun mengurungkan niatnya saat Aham memanggilnya,

"Kalau meminang seseorang, kamu biasanya bawa apa?"

Taqy menaikkan alisnya sebelah "Bawa badan," sebuah jawaban yang sukses membuat Aham berdecak kesal

"Bukan itu!"

"Lho tapi aku benar, kan? Kalau kamu tidak bawa badan, lalu siapa yang melamar gadismu? Hantu?"

Aham bangkit dari duduknya, menghampiri Taqy kemudian merangkul leher Sekertarisnya itu kencang, "saya serius,"

Wajah Taqy memerah saking kencangnya rangkulan Aham pada lehernya sehingga ia kesulitan bernafas, beberapa detik kemudian Aham pun melepaskan rangkulan itu karena merasa kasihan pada Taqy yang hampir pingsan

"Huh... Huh... K-kamu kurang ajar sekali, Ham!"

Aham tertawa lebar "maaf, maaf, ayo kita ke rumah sakit,"

Meraih Cinta ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang