12. Dua cincin

792 35 48
                                    

عند النظر اليك اكاد انسى كيف يرف جفني

"Saat aku melihatmu, aku hampir lupa bagaimana kelopak mataku bergetar"

***

Runa terus berjalan mondar-mandir tepat didepan kamarnya, bergerak gelisah sembari  meremat jemarinya kuat. Suhu tubuh gadis itu menjadi panas dingin yang semakin membuat Runa gugup setengah mati.

Sungguh. Saking gugupnya, jantung Runa seperti mau lepas dari tempatnya.

"Anak Mama kenapa?" Maya mendekat lantas mendekap sang putri.

Runa menghela nafas pelan, mengangkat kedua tangannya untuk membalas dekapan Maya.

"Mama dulu waktu muda kayak gini juga, nggak?" Runa meletakkan dagunya diatas bahu Maya

Maya tersenyum kecil "malah lebih parah dari ini, Sayang. Dulu, Mama mau pingsan rasanya,"

Runa mengangkat kepalanya lalu menatap Maya tak percaya "seriously?"

Wanita itu mengangguk "rusli!"

Runa reflek mendengus kecil kala mendengar jawaban Maya yang gemar sekali memplesetkan setiap kata berbahasa inggris. Setelah Maya berlalu menuju ruang tamu, Runa membuntuti wanita itu kemanapun pergi. Dengan cara itu, Runa dapat sedikit mengurangi kegugupannya.

Saat Maya tengah merapikan tatanan bunga hias didalam vas, Runa ikut membantu dengan menyentuh bunga-bunga itu asal dan malah membuatnya semakin berantakan.

"Run!"

Runa terperanjat, netra gadis itu memandang kearah tangannya. Disana terdapat daun-daun bunga yang sudah putus dari batangnya dan tidak bisa di perbaiki lagi.

"Kamu mending ke kamar aja deh!"

Runa memajukan bibir bawahnya kedepan, "Runa mau bantuin Mama,"

"Tidak perlu! Yang ada Mama darah tinggi kalau kamu bantuin." Ketus Maya, wanita itu kembali merapikan bunga-bunga kesayangannya.

"Mama kok gitu sama Runa? Runa sakit hati lho!"

Maya melempar bantal sofa kearah Runa, "jangan ganggu Mama beres-beres!"

"Beres-beres mulu perasaan, sapi juga kalo lewat udah pasti kepeleset ini mah!" Celetuk Runa saat tangannya meraih bantal yang Mamanya lempar tadi di lantai.

"Sapi mana yang mau lewat sini, ha? kamu ini ada-ada saja!"

Runa meletakkan bantal itu kembali ke tempatnya, "sapi pak RT." Ujarnya asal sambil duduk dan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Runa baru menyadari tingkahnya yang cukup konyol saat ini mungkin efek dari rasa gugup yang tak berkesudahan.

"Kok mereka lama banget sampainya, Ma?"

"Kenapa? Kamu udah nggak sabar ketemu calon suami?" Maya tampak menampilkan sebuah senyuman aneh yang tentu saja Runa tahu tujuan dari senyuman itu adalah mengejeknya.

Runa membuang pandangannya kearah lain, kalau tidak begitu sudah di pastikan gadis itu akan tersenyum salah tingkah saat melihat wajah Maya.

"Tidak, biasa saja."

Maya mendekat kearah Runa, lalu mencolek dagu putrinya usil. "Salah tingkahnya ngga usah di tahan-tahan, Nak."

"Stop godain Runa, Ma!" Runa menarik tangan Maya agar duduk di sebelahnya. Melingkarkan tangannya di sela-sela lengan Sang Mama sambil memandang lekat kearah Maya seolah ingin menyampai sesuatu yang teramat penting.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meraih Cinta ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang