5. Sajadah Merah

392 14 23
                                    

Sajadah Merah menjadi saksi atas rasa Cintamu terhadap Tuhanmu. semoga suatu saat, aku juga bisa menjadi saksi rasa cintamu terhadapku dan rasa cintamu terhadap Tuhan Kita.

-Mikail Abraham

***


Angin sore yang berhembus kencang membuat tumpukan daun kering itu berhamburan dihalaman rumah seperti sesaat sebelum di sapu oleh Runa. Melihat pekerjaannya menjadi sia-sia, gadis itu menghela nafas berat sembari menyapu kembali daun-daun itu dengan tenaga yang lebih ekstra dari sebelumnya.

Baru saja kakinya hendak meraih pengki yang tergantung di dinding samping rumahnya, sebuah angin kencang lagi-lagi menghambur tumpukan sampah daun itu dan membuatnya kembali berantakan.

Runa membanting sapu lidinya kesal, ia berkacak pinggang sambil menatap daun yang berserakan itu geram.

Maya datang dengan membawa secangkir es jeruk dengan sepiring bolu pisang yang wanita itu buat tadi pagi, memandang heran kearah Runa yang tampak mencak-mencak ditempatnya.

"Sama sapu aja kamu marah, Kak?" Sindir Maya yang lewat dibelakang Runa. Meletakkan nampan ditangannya keatas meja kayu yang ada di halaman rumah.

"Sini minum es dulu," Runa menghampiri Maya yang Menyodorkan secangkir es jeruk kearahnya.

Runa menerima es jeruk itu lalu ikut duduk disamping Maya, "Bismillah..." ucap Runa sebelum menyeruput minumannya

Rasa dingin yang membasahi tenggorokannya itu seketika mampu menghilangkan emosi dihatinya yang seperti kebakaran saat menyaksikan sampah-sampahnya berhamburan.

"Angin nya kencang banget, sepertinya mau hujan nanti malam..." Ucap Maya

Runa mengangguk setuju, angin sore kali ini tak seperti angin sore biasanya. Bahkan langit pun tidak menampakkan tanda-tanda bahwa akan turun hujan sebentar lagi.

"Mama cari Ashar dulu sebentar, ya. Kamu jaga rumah saja jangan kemana-mana!" Maya bangkit dari duduknya dan mulai berjalan menjauh menuju pagar.

Setelah meminum habis es jeruk miliknya, Runa berniat untuk segera menyelesaikan kegiatan menyapunya. Kali ini, Runa sudah memegang pengki agar mudah memasukkan sampah-sampah daun itu langsung kedalam karung tanpa harus menumpuknya dulu.

"ASSALAMUALAIKUM PAKET!"

Runa yang sedang mencuci tangannya itu pun berusaha mendongakkan pandangannya untuk mengintip seseorang yang berada di balik pagar. Gadis itu terdiam beberapa saat, ia merasa tidak ada pesan sesuatu dilaman online, lalu untuk apa kurir itu berteriak dirumahnya? Apa mungkin salah alamat?

"PAKET BU PAKET PAK!"

"Iya sebentar!" Runa sedikit berlari menuju pagar rumahnya.

"Atas nama Kak Aruna?" Runa mengangguk

Kurir itu menyerahkan sebuah bingkisan kearah Runa,

Kurir itu menyerahkan sebuah bingkisan kearah Runa,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meraih Cinta ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang