Selamat membaca~
***
"Runa, bisa Mama minta tolong sama kamu, nak?"
Runa langsung menolehkan kepalanya kearah Maya yang sedang menatapnya penuh harap, melihat itu Runa pun mengangguk pelan
"Ayo ikut Mama ke dapur,"
Sebelum mengikuti Maya, Runa menoleh pada Hanum yang tengah tersenyum hangat kearahnya "Tante, Runa tinggal dulu sebentar ya..."
Hanum mengangguk "Iya, Nak,"
Runa bangkit dari duduknya dan menghampiri Maya yang sudah berada di dapur sedang memasukkan beberapa toples kedalam tas kain,
"Apa yang bisa Runa bantu, Ma?"
"Sebentar sayang,"
Setelah selesai di bungkus rapi, Maya menyodorkan tas tersebut kearah Runa. Runa menerimanya dengan hati-hati.
"Tolong antar makanan ini kerumahnya Ummi Nadia, ya!"
Runa mengangguk, "tempatnya?"
"Itu punya beliau, jadi sekalian Mama kembali kan." Jelas Maya
Runa mengangguk lagi, "kalau begitu Runa antar dulu, Assalamualaikum," gadis itu pun melangkah keluar rumah melalui pintu belakang.
"Hati-hati, jangan sampai tumpah kuahnya," Maya ikut mengantar Runa sampai pintu, menatap kepergian putrinya yang semakin menjauh dan hilang dari pandangan.
"YaAllah, ampuni Maya..." Lirih wanita itu sambil menutup pintu dapur.
Maya kembali melangkahkan kakinya menuju ruang tamu dengan membawa dua keranjang kecil berisi buah-buahan segar yang Runa beli tadi sepulang kuliah.
Selain untuk disuguhkan kepada para tamu, buah-buahan adalah makanan yang paling penting dan wajib ada dirumah. Maya sudah membiasakan keluarganya untuk mengkonsumsi buah minimal satu kali dalam sehari yaitu saat pagi sebelum sarapan.
Karena bagi Maya, kebahagiaan berawal dari gaya hidup yang sehat.
Maya meletakkan keranjang buah itu keatas meja, "silahkan dimakan buahnya," Ucap Maya sambil duduk ditempatnya semula.
"Maa Syaa Allah, banyak sekali jamuannya, terima kasih lho, May, aku jadi tidak enak..."
Maya terkekeh, "ini belum ada apa-apanya dibanding jamuan yang kamu kasih saat kami berkunjung ke rumahmu minggu lalu, Num,"
"Ah, kamu berlebihan sekali, May. Cuma kue bolu dan kurma saja, kok!"
Maya mencebikkan bibirnya"iya deh, aku percaya." Lalu wanita itu tertawa kecil. Pura-pura percaya dengan ucapan Hanum barusan.
Maya mengubah posisi duduknya, yaitu menghadap kearah Hanum yang sedang mencicipi beberapa kue kering buatannya.
"Num," Hanum mendongak sembari menaikkan sebelah alisnya
"Maaf aku memotong ucapanmu tadi," ucap Maya kemudian dan dibalas sebuah senyuman hangat oleh Hanum
"Aku mengerti, kalian pasti butuh waktu untuk menjelaskannya pada Runa."
Maya membenarkan ucapan teman satu majelisnya itu, ia bukan tidak menyetujui jika apa yang Hanum ucapkan tadi adalah kebenaran. Tapi sebagai seorang ibu, Maya tentu saja ingin yang terbaik untuk putrinya, seperti menjaga perasaan Runa salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Aruna
Random(note : follow wattpad aku dulu sebelum mulai membaca yaa, terima kasih) - Takdir cinta yang cukup rumit... Kisah ini menceritakan tentang Mikail Abraham yang jatuh cinta pandangan pertama pada seorang gadis bernama Aruna Kamila Ahmad, anak dari...