اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ✧*。
~
Dua bulan kemudian...
Malam ini cukup spesial bagi Hanum, setelah hampir dua bulan Aham tidak pulang kerumah akhirnya pria itu pulang juga dengan membawakan satu buket bunga yang sangat cantik untuk diberikan kepada Hanum sebagai permintaan maaf.
"Romantis sekali anak ibu ini, semoga nanti sama istrimu begini juga ya, nak..." ucap Hanum lembut lalu mencium pipi kanan anak tengahnya itu.
"Aamiin," jawab Aham tak lupa dengan senyumnya yang hangat
Aham duduk di salah satu kursi yang tersedia di ruang makan. Bergabung dengan Ayah dan adiknya yang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi
"Bagaimana pekerjaanmu, Ham? lancar?" Tanya Rasyid—Ayahnya—saat Aham menyalami pria itu.
"Alhamdulillah lancar, Yah. Berkat doa Ayah dan Ibu,"
Hanum tampak sibuk mengambilkan nasi ke piring Suaminya, Aham, dan Ahmed. Menawarkan berbagai macam masakan yang menggugah selera kepada mereka secara bergantian. setelah Aham memberi kabar jika ingin pulang kerumah, Hanum bergegas pergi belanja karena kebetulan bahan masakan di kulkas sudah kosong.
"Alhamdulillah, jangan lupa sedekahnya ya, nak," pesan Hanum dan di angguki kepala oleh Aham.
"Waaah, ibu kalau Mas Aham pulang selalu masak yang enak-enak. Seperti menyambut Presiden saja." Ucap Ahmed sambil menyuapkan nasi ke mulutnya, menggigit udang saos padang dengan nikmat.
Rasyid tersenyum mengejek "biasanya masakan ibu tidak enak?"
"I—" sebelum melanjutkan ucapannya, Ahmed melirik kearah Hanum yang ternyata sedang memicing kearahnya"enak dong, Yah. Masakan Ibu juara!"
Aham terkekeh, "bilang saja kalau tidak enak, biar setiap hari kamu makan telur ceplok."
Ahmed mendengus "tidak papa, enak kok!"
Rasyid mengusap puncak kepala putra bungsunya itu sayang, melihat keluarganya selalu dilimpahkan kasih sayang dan kehangatan luar biasa membuat Rasyid sangat bersyukur.
Denting sendok yang bertemu piring sesekali terdengar, tidak ada suara yang memenuhi area ruangan, mereka terbiasa tidak banyak bicara jika sedang makan.
Aham meletakkan sendoknya, mengucap kalimat Alhamdulillah didalam hati karena masih diberi rezeki oleh Allah untuk menikmati masakan Ibunya.
"Ahmed mau ke masjid ya, Bu,"
Hanum mengangguk "pulang jangan terlalu larut, nak,"
"Iya ibuku sayang," Ahmed menyalami ibunya setelah itu berpindah menyalami Ayah dan kakaknya, "Ahmed tinggal dulu, Yah, Mas, Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam" jawab mereka bersamaan.
Aham bangkit dari duduknya, tangannya bergerak membantu sang ibu mengumpulkan piring-piring kotor setelah itu ia bawa ke kitchen sink untuk di cuci. Sebelum memulai mencuci piring, Aham menggulung lengan panjangnya sampai ke siku.
Melihat itu Hanum tidak melarang, sudah menjadi kebiasaan Aham ikut membantu pekerjaannya. Bagi Hanum, tidak harus anak perempuan yang bisa membantunya menyelesaikan tugas rumah, anak laki-laki pun bisa asal dibiasakan sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Aruna
Random(note : follow wattpad aku dulu sebelum mulai membaca yaa, terima kasih) - Takdir cinta yang cukup rumit... Kisah ini menceritakan tentang Mikail Abraham yang jatuh cinta pandangan pertama pada seorang gadis bernama Aruna Kamila Ahmad, anak dari...