Bab 15. Langit Senja

20 5 0
                                    

Erland menghembuskan nafasnya lega, tangannya sibuk menggerakkan topi petani guna menghasilkan angin agar gerahnya segera hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erland menghembuskan nafasnya lega, tangannya sibuk menggerakkan topi petani guna menghasilkan angin agar gerahnya segera hilang.

Berbeda dengan Arka cowok itu sudah membuka bajunya sejak tadi, siapa suruh dia menggunakan kaus dengan jaket tebal saat bertani, kayzen tidak ada bedanya, cowok itu kegerahan dengan hoodie tebalnya, seharusnya itu untuk musim dingin.

Erland bersyukur ia hanya mengenakan kaus putih tipis, kaus itu sudah berubah warna, bercak tanah dan kotor menjadi bagian corak di sana.

Erland tersenyum, beberapa meter di sana, Eryn tengah duduk menyentuh kelopak mawar yang mekar. "Gue mau kesana," Erland berjalan meninggalkan dua sahabatnya yang tidak merespon.

"Suka?" Pertanyaan yang membuat Eryn memilih berdiri dari posisi jongkok nya.

"Iya," Eryn memang menyukai mawar, di rumah kaca saja ia sering menghabiskan waktu hanya untuk menikmati aroma dan keindahan mawar itu.

"Tasya! Sini! Jangan ganggu dua bucin, mending ngebucin bareng gue!" Teriak Arka yang mendapat respon gelengan dari Kayzen.

"Anjir lo, teman Eryn mau lo embat juga?"

"Hehe bercanda Zen." Ucap Arka terkekeh.

"Gue kesana dulu yah Ryn," ucap Tasya meletakkan gunting rumput yang tadi di pegangnya.

"Iya," jawab Eryn tersenyum. Tasya beranjak meninggalkan Erland dan Eryn, tidak seru jika dia menjadi nyamuk di sana.

"Cantik yah, Eryn pun duduk di rumput, bunga itu seakan memanggil Eryn agar kembali menyentuhnya.

"Kamu mau? Kita bisa taman sama-sama di rumah kaca, belum ada kan mawar putihnya," ucap Erland ikut menyentuh bunga itu.

"Aroma nya bikin tenang, sama kayak lo," Eryn menatap Erland, pipi cowok itu seketika merona. "Tapi ada durinya, persis banget kalian." Sambung nya lagi, cewek itu tidak lagi menatap Erland.

"Sorry," ucap Erland pelan.

"Gapapa kok, lagian salah aku juga gak jaga harga diri kamu."

"Mau ikut aku ga?" Tanya Erland mengganti topik pembicaraan.

"Kemana?" Eryn balik bertanya.

"Kunjungin 9 kota terbarik di Valoria," jawab Erland membuat Eryn bersemangat.

"Wah, emang boleh?"

Erland tersenyum, detik berikutnya tangan cowok itu mengacak pelan rambut Eryn. "Boleh dong, aku pastiin kamu happy."

"Jadi gak sabar, kapan?" Tanya Eryn.

"Libur semester, minggu depan," Erland memetik bunga yang ada di belakangnya, dengan pelan di selipkannya di antara rambut dan telinga Eryn. "Cantik," ucapnya pelan.

Deg ... Jarak mereka sangat dekat, jantung Eryn berdetak tidak sesuai ritmenya, ada perasaan bahagia dan deg-degan di waktu yang bersamaan.

"Woi, jangan ciuman di sini!"  Teriak Arka membuat Eryn langsung menjauh dari Erland.

 I'm ❌Luna❌ ErynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang