Bab 18. Akuarium Kota Starhaven

13 3 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Eryn dan Erland sudah beranjak meninggalkan hutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali, Eryn dan Erland sudah beranjak meninggalkan hutan. Mobil Erland melaju pelan menunju kota selanjutnya. Kota Starhaven yang berada di tengah lautan.  Jarak kota Starhaven dan Enchantia terbilang dekat, hanya menghabiskan 4 jam waktu di perjalanan.

Meski kota itu berada di tengah laut. Namun, jalan raya sudah membentang dari perbatasan Enchantia hingga gerbang kedua kota Starhaven. Jembatan beton itu sudah berdiri sejak 23 tahun silam.

Eryn memandang takjub lautan biru yang membentang luas, tepat beberapa meter di sana, terdapat kota dengan bangunan-bangunan yang tinggi dan besar.

Petugas Villa mengarah Eryn dan Erland ke tempat mereka akan menginap. Villa dengan kebun apel yang indah. Saat sampai di depan pintu Villa, petugas wanita itu menyerahkan kunci kepada Erland.

"Silahkan Tuan, ini adalah Villa terbaik di Starhaven, bintang lima dengan balkon yang langsung menghadap laut. Di lengkapi dengan kolam renang di rooftop. Kami juga sudah menyediakan pondok dan tempat tidur tepat beberapa meter di atas kolam renang." jelas wanita itu sopan.

"Baiklah, saya mengerti," jawab Erland singkat.

"Baik Tuan Muda dan Nona, silahkan nikamti waktu berliburnya. Saya undur diri," pamit wanita itu.

Eryn mengikuti Erland yang sudah berjalan masuk.

Villa dengan desain minimalis itu memiliki dekorasi yang sangat mewah, ukiran tiap sudutnya menunjukkan betapa mahalnya Villa ini.

"Mau langsung berendam?" tanya Erland yang sudah berada di anak tangga.

Eryn mengangguk, jujur saja cewek itu sudah tidak sabar.

"Ayo!" Erland menggandeng tangan Eryn. Seperti sudah menjadi kebiasaan baginya.

Saat pintu kaca dengan gorden putih itu terbuka, Eryn tak hentinya menatap tiap sudut tempat itu.

Saat pintu kaca dengan gorden putih itu terbuka, Eryn tak hentinya menatap tiap sudut tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantai papan itu terasa sejuk, saat Eryn menapakkan kakinya. Tanpa menunggu Erland yang tengah menaruh barang-barangnya, Eryn sudah duluan melepas sandal pita putih yang melekat di kakinya. Dress flower itu tampak basa saat Eryn menjamah air kolam berwarna hijau kebiruan.  Eryn menatap pohon yang cukup tinggi itu, kok bisa hidup di air ya? Pohon itu di apit oleh papan lantai pondok, daunnya yang rimbun menjadi penghalang matahari menyentuh langsung kulit saat duduk di kursi santai dengan meja berbahan rotan. Rasa menyenangkan saat minum kopi di pagi hari sambil menatap hutan dan alam bebas.

 I'm ❌Luna❌ ErynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang