Bab 22. Lagenda malam Kota Eldoria.

10 5 2
                                    

Pukul sembilan malam, akhirnya Eryn dan Erland sampai juga di Kota Eldoria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul sembilan malam, akhirnya Eryn dan Erland sampai juga di Kota Eldoria. Kota yang terkenal dengan petir yang selalu menampakkan diri. Namun kota itu tidak seseram itu. Petir itu tidak menggangu sama sekali. Justru menambah hiasan unik di langit semesta. Hotel bintang lima yang di kunjungi Erland terletak di pinggiran kota. Berada di lantai delapan dengan balkon menghadap langsung dengan laut. Eryn duduk santai di kursi yang ada di balkon, meski malam kota itu terasa ramai.

"Mau ikut ga?" Erland sudah selesai mandi dan mengganti pakaiannya. Karena cuaca di sini cukup stabil, Erland hanya menggunakan Hoodie yang tidak terlalu tebal.

"Kemana?" Eryn tampak antusias, cewek dengan rambut yang sudah panjang itu tampak lucu saat mengenakan hoodie oversize. Rambut Eryn sudah di warnai hitam, akan aneh jika ia terus memakai warna rambut putih. Sementara ia bukan asli keturunan Whitemyst. Berbeda dengan Arka yang merupakan darah keturunan Whitemiyst kota dengan rambut putih. Lebih tepat nya kota Bangsawan terdahulu.

"Jalan-jalan malam, di sini jalan-jalan biasanya malam hari."

"Ayo!" Eryn menghampiri Erland, cewek itu sudah tidak sabar ingin menjelajahi tempat baru yang ia kunjungi. Bersama dengan Erland memang berbeda setiap hari rasanya menyenangkan.

❤️❤️❤️

"Kenapa di sini petir terus?" tanya Eryn yang tengah duduk bersama Erland di tepi pantai.

"Katanya, itu amarah dewi El saat ia meninggalkan Kota." Jawab Erland menatap petir yang terus mengukir langit.

"Marah?" Eryn semakin penasaran.

"Dewi El punya putra bernama Dorinta, saat kecil sang Raja membunuhnya karena pangeran Dorinta merupakan keturunan Dewi yang tidak mungkin menjadi manusia. Raja merasa kekuasaan nya akan terganggu, jadi dia memilih membunuh pangeran Dorinta tepat di hadapan Dewi El. Sang raja mematahkan rasa cinta Dewi El. Dewi El murka, ia menghancurkan tempat ini, dan laut ini adalah bekas dari tanah yang hangus terbakar. Dan petir itu ..." Erland menunjuk arah langit. "Adalah Dewi El."

"Ah gitu, sedih ya, rajanya gak berpikiran panjang. Bisa-bisanya malah bunuh putra sendiri." Eryn menegak minumannya, ternyata hal seperti itu tidak terjadi di flm saja. Batinnya.

"Aneh kamu gak tau sejarah dasar 9 negara besar," Erland beralih menatap Eryn.

Eryn langsung mematung, ia kesulitan mengeluarkan kata-kata.

"Ah, tapi kamu kan sering sendiri dan gak begitu bergaul, wajar aja si," Erland kembali menatap langit.

Eryn bernafas lega, untung saja ia tidak keceplosan mengatakan yang tidak-tidak.

❤️❤️❤️

Hari sudah pagi, Eryn bangun lebih awal. Eryn berniat membangunkan Erland yang berada di samping kamar hotelnya. Namun, cowok itu lebih dulu menghampiri nya. Erland mengajak Eryn jalan pagi di pinggir pantai.

Eryn berjalan santai menginjak pasir putih yang membentak luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eryn berjalan santai menginjak pasir putih yang membentak luas. Desiran ombak pantai kuat keras seakan irama yang memiliki panduan. Eryn tersenyum senang, untuk kedua kalinya ia berada di pantai bersama Erland. Namun kali ini hanya mereka berdua tidak ada teman-teman yang lain seperti waktu itu.

Dress putih selutut Eryn bergerak pelan saat angin menyentuhnya. Surai nya pun ikut bergerak dengan lihai. Eryn semakin gesit ingin menyentuh air jernih itu. Rasanya menyenangkan, seakan-akan tidak memiliki beban hidup sama sekali.

"Aku suka banget tempat ini," ucap Eryn tersenyum menatap Erland.

"Oke," jawab Erland singkat. Cowok itu tengah merapikan kemeja putihnya.

"Kenapa oke?"

"Yah oke aja, btw besok mau kesini lagi?"

"Enggak! Aku kurang suka."

"Apa?" Erland kaget, hal itu membuat Eryn lebih kaget lagi.

"Kenapa kaget?"

"Padahal tadi kamu bilang suka, aku udah senang banget."

"Terus kenapa jawabnya oke?"

"Maksud aku oke ... Karena aku mau beli pantai ini buat kamu."

"Apa?" Kali ini Eryn yang kaget, bagaimana bisa Erland bicara seenteng itu.

"Mau ga?" Erland lagi-lagi membuat Eryn tidak habis pikir. Kelakuannya benar-benar membuat Eryn tidak bisa mencerna nya dengan cepat.

"Bentar ya," Erland merogoh ponsel dari sakunya. Sepertinya cowok itu tengah menelepon seseorang.

"Halo Zen, bantu gue beli Pantai Elta yang ada di Eldoria! Buat atas nama Eryn ya!" Erland kemudian menutup telepon nya.

Apa-apaan itu, Eryn benar-benar tidak bisa berkata-kata.

"Kenapa diam aja? Bukannya cewek harus lompat-lompat kalo di beli sesuatu sama pacarnya?" Erland menatap heran Eryn yang masih mematung.

"Aku kan gak bilang mau, kenapa di beli?"

"Bukannya cewek kalo mau diam aja? Biar cowok nya yang harus peka?" Erland menunjukkan wajah polos nya.

"Belajar dari siapa?"

"Arka," jawabnya cepat.

Pantas saja, Eryn tidak heran lagi jika Arka yang menjadi gurunya. Playboy kelas kakap itu sudah mengajari murid yang salah, mana ada beli sesuatu sampai pantai segala. Benar-benar tidak masuk akal.

"Land, pulang yuk! Kayanya aku mau pingsan."

"Hah? Ayo aku gendong!"

"Iya," Eryn pasrah.

"Iya," Eryn pasrah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 I'm ❌Luna❌ ErynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang