Banyak sekali hal berulang, dari sekian banyak- mimpi indah yang mengantarkan rasa sepi. Setiap kali terjadi- hampa akan terus melingkupi, lalu rasa sesak akan datang pada detik selanjutnya.
Bahkan meski aku paling tahu perasaan itu, aku masih tidak bisa mengatasinya.
Kerinduan, yang amat menyiksa.
Pintu yang menjeblak membuatku mengerjap dari lamunan. Aku bisa melihat pria jangkung lain yang menatapku penuh tanya.
"Lo gak sekolah bang? Udah hampir jam tujuh"
"Huh?"
"Lo masih belum sadar? Baru bangun? Buru siap-siap nanti bunda marah-marah baru tahu!"
Pemuda itu berlalu dari kamar, meninggalkanku dengan tanya yang masih setia di otak.
Sekolah?
Kenapa?
14 februari 2014
Aku meremat tanganku, menatap sekeliling kamar. Apa masih bermimpi?
"Bang! Ko lo masih dikasur?! Cepetan Siap-siap ini tuh hari pertama gue, gak lucu ya kalo gue sampe dihukum karena telat!"
Suara itu kembali membuatku berjengkit, menatap adikku yang sudah kembali bersungut. Aku baru menyadarinya, rambut anak itu kembali pendek- kembali pada potongan culun nya saat SMA.
Aku masih bermimpi. Mimpi yang terasa nyata.
"Bunda!!! Abang kesurupan ini bengong mulu dari tadi! Adek gak mau telat dihari pertama!"
Teriakan super melengking itu membuatku harus menyadarkan diri.
"Berisik! Bentar lima menit!" Aku berlari kearah kamar mandi, menyaut seragam dengan terburu.
Bahkan jika ini mimpi, bahkan jika hanya rasa hampa yang kurasakan setelah terbangun. Aku akan tetap menyongsong nya. Karena hanya dalam lelap, aku bisa menekan rinduku. Berlaku semaunya, dengan hatiku, dengan duniaku.
-
Benarkah ini mimpi? Mengapa terasa begitu nyata.
"Ini persis sama seperti dalam ingatanku"
"Soobiniee!" Suara akrab itu membuatku kembali berpikir, ini terasa begitu nyata sungguhan. Biasanya hanya akan ada dia, aku tidak membutuhkan orang yang ada didepanku, atau orang-orang lainnya.
Biasanya hanya ada senyumnya.
Biasanya hanya ada suaranya.
Biasanya hanya ada wajahnya.
Tidak ada lainnya, hanya kami berdua."Bin!"
"Huh?"
"Ngapain sih? Ngelamun lo? Ayo masuk, hari ini ada upacara penerimaan murid baru kan! Gue mau hunting!"
Dulu Yeonjun mengatakan hal yang serupa kan?
"Ayo dihh malah bengong!" Pemuda itu menarikku membawaku semakin masuk kedalam pelataran sekolah. Melihat sekeliling yang sudah dipenuhi siswa dengan seragam SMP nya.
"Kalo gue mimpi kenapa keliatan nyata banget ya Jun"
Oknum yang kuajak bicara mengernyit, lalu tertawa seakan kata-kata barusan begitu lucu.
"Mimpi apa dah, lo udah pake seragam kaya gini, udah jalan dari rumah sampe sekolah, lo tadi naik motor kan? Dan lo bilang ini mimpi? Lo lagi tidur sambil berjalan? Kenapa sih daritadi lo aneh banget"
"Lo cubit gue coba, gue masih gak percaya kalo ini nyata"
Yeonjun menggeleng tak habis pikir, tapi cubitan mautnya mau tak mau membuatku menjerit. Sumpah itu sakit sekali.
"Sakit gilaa!" Aku mengelus bekas cubitannya barusan, sedang Yeonjun sudah berdecih sinis.
"Udah sadar kan? Nglantur pagi-pagi, ambil ini, gue butuh berita buat mading hari ini. Jadi sebagai teman yang pengertian lo mesti bantu gue"
Aku mengambil kamera yang dia berikan padaku, mengangguk singkat saat ia melambai mengambil jalan berlawanan arah denganku.
Mengabaikan kamera yang menggantung dileherku, aku lebih tertarik berjalan melawati koridor, berjalan penuh rasa percaya diri, ke tempat yang kuyakini akan mengantarku pada sebuah mimpi indah.
Aku tidak peduli permintaan tolong dari Yeonjun, tidak juga pada bel sekolah tanda jam pelajaran akan segera dimulai.
Ini hanya mimpi, aku bukan anak sekolahan. Jadi aku tidak peduli pada kelasku, ini mimpi karena aku ingin bertemu dengannya, ini mimpi karena aku merindukannya.
"Choi Beomgyu!!"
Langkahku berhenti, kupalingkan kepalaku kesegala arah. Mencari sumber suara.
Dan disanalah dia, melambai dengan sangat ceria. Dengan potongan rambut yang begitu pendek, dia tertawa begitu lucu.
Aku tidak punya bayangan seperti apa Beomgyu dihari pertama ia masuk SMA. Aku tidak tahu bahwa kekasihku bahkan begitu menggemaskan dengan tubuh kecilnya itu. Beomgyu dalam ingatanku adalah definisi cantik sebenarnya, rambutnya yang memanjang itu sangat halus dan wangi, warna apa pun cocok untuknya- Namun aku paling suka warna hitamnya. Tubuhnya tidak sekecil hari ini, mungkin karena aku bertemu dengannya dalam versi dewasa. Tapi tentu saja dia menawan, tidak ada yang berubah, selain fisiknya yang semakin memukau.
Beomgyu yang kulihat hari ini pun, masih tetap membuatku terjatuh.
Kalau ini mimpi, apa aku membuat sosoknya begitu nyata? Meskipun aku tidak pernah melihatnya dalam versi ini?
Aku tidak memikirkan apa pun lagi, selain berlari dengan penuh kecepatan. Mengabaikan sosok-sosok figuran lainnya.
Juga pada sosok lain yang baru saja akan menggapai Beomgyu, dia tidak lebih cepat dariku.
Membuatku secara nyata untuk bisa merengkuh tubuh kecil itu.
Aku memeluknya. Tidak ada penyesalan, hanya ada rasa lega yang melingkupi.
Choi Beomgyu, aku merindukanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR NAME - SOOGYU
FanfictionSeperti tahun lalu, kali ini pun sama beratnya. Helaan nafas berulang itu terasa begitu sesak. Lelehan bening itu begitu memilukan. Atau fakta bagaimana tawa lepas itu begitu menyakitkan. Bahkan untuk kesekian kali- Aku ingin hidup dimana ada dia d...