Berkat Kai, hubunganku dan Beomgyu semakin baik. Dia sudah tidak takut padaku, dia hanya akan menggeleng tak habis fikir jika sikap anehku katanya kambuh.Perihal Taehyun nampaknya bukan sebuah hal yang perlu kuwaspadai lagi- pemuda itu pyur hanya sebatas teman bagi Beomgyu. Kebetulan orang tua Taehyun dan Beomgyu adalah kenalan sedari dulu, itu sebabnya pertemanan yang nyatanya tidak terlalu erat itu terjadi diantara mereka.
Hanya sekedar formalitas? Begitu yang Beomgyu katakan.
"Aku boleh memilikinya?"
Kini aku harus dihadapkan kegemasan yang tidak bisa ku tolerir lagi. Rasanya ingin mendekat dan menggesekan hidungnya gemas- kebiasaan yang tidak bisa kulakukan dalam waktu dekat.
"Tentu saja boleh, ini memang Soobin siapkan untuk Beomgyu"
"Ini terlalu mengejutkan, tapi Kak Soobin benar-benar mengetahui semua seleraku"
Aku tertawa gemas, menatapnya yang bicara dengan menggigit pinggiran pizza itu kesulitan.
Beomgyu memang unik sekali, dia tetap menyukai nya meskipun itu membuatnya kesulitan.
"Jadi maksud Kak Soobin, kalian bertemu di depan Cafee saat sedang hujan deras, dan karena Kakak suka hal yang gemas-gemas jadi kakak memintanya untuk dijadikan adik?"
"Ya, Kai sangat mengemaskan waktu itu- pipinya yang gemuk menggembung lucu menatap jejeran roti di etalase, tangan-tangan kecilnya membawa ukelele yang membuatnya terlihat begitu rapuh. Anak sekecil itu harus mengahadapi hujan panas hanya untuk hidup. Itu menyentil hatiku" Aku jelas sudah menceritakan hal serupa padanya, tapi bahkan meski ini adalah kedua kali- aku tidak bisa menyembunyikan sebuah senyuman.
Nyatanya keberadaan Kai di tengah keluarga memang sedikitnya menyembuhkan luka.
"Ini mengejutkan lagi, aku tidak percaya bahwa Kak Soobin adalah orang yang begitu manis- kecuali tentang segala sifat nglanturmu, aku akan bilang jika Kak Soobin benar-benar definisi dari manusia baik"
"Berlebihan"
"Heyy, ini pujian tauu! Bertemu orang baik adalah hal yang cukup langka dalam kehidupan ini. Tidak ada yang tau apa yang dipikirkan orang- itu sebabnya Taehyun selalu bilang untuk tidak mudah percaya pada orang asing. Dan aku baru saja menyematkan kata baik untukmu Kak. Kamu harus berbangga diri"
Aku secara reflek menggusak surainya, lalu menoel hidungnya gemas.
"Terimakasih Choi Beomgyu, aku merasa sangat terhormat"
Dia terkekeh, kembali memasukan potongan pizzanya utuh-utuh. Membuat mulut kecilnya bekerja keras untuk mengunyah.
"Lalu bagaimana denganmu, Soobin juga ingin tau"
Kalimatku barusan membuat kunyahan nya memelan, ia meletakan setengah pizza itu kembali pada kotak. Kini netranya menerawang- seakan pertanyaan yang kuberikan adalah teka-teki paling sulit.
Sejujurnya ini adalah hal lain yang kusesali, selama aku berpacaran dengannya. Tidak ada satupun kehidupan pribadinya yang bebas aku sentuh. Topik keluarga adalah hal sakral yang sepertinya terus ia hindari.
Aku hanya tahu dia hidup dengan Ayahnya yang terus mengirimi uang untuk kehidupannya.
Itu sebabnya saat kami berpacaran, Beomgyu adalah si manja, Beomgyu adalah orang yang menempel, dan Beomgyu adalah orang yang begitu takut akan kata kehilangan, ditinggalkan juga dilupakan.
"Aku hidup dengan Ayahku, dia orang tua tunggal yang kumiliki. Dia hanya bekerja dan bekerja. Hanya sampai disitu, tidak ada hal menarik apa pun"
Dan jawaban sama kembali terulang, lalu dibandingkan sebuah anggukan seperti terakhir kali. Kini aku mencoba mencari peruntungan- bertanya berharap ini tidak akan menyalahi takdir kami.
"Beomgyu dekat dengannya?"
Kami saling tatap dalam diam, hening itu terasa menyesakan. Rasa nyaman itu hilang, bersamaan dengan helaan nafas.
"Baik. Kami baik-baik saja"
Jika aku Soobin yang waktu itu, aku akan dengan begitu naif mempercayai nya. Tapi saat ini pun, hatiku yang mencelos begitu saja membuatku menyadari. Beomgyu berbohong.
Malaikatku yang selalu kuanggap paling jujur, nyatanya punya celah- dan itu hanya salahku, salahku yang tidak peka sama sekali.
"Beomgyu, Soobin sudah bilang Soobin menyukaimu kan? Sudah seminggu kita dekat, kuharap Beomgyu sadar kalau Soobin sedang benar-benar melakukan pendekatan padamu. Jadi jangan sungkan untuk cerita padaku, jadikan Soobin tempat mu berkeluh kesah"
Beomgyu menatap dengan bola matanya yang jernih, secara reflek ia menggigit bibir bawahnya. Menyembunyikan gugup yang ia punya.
Kemana saja? Kenapa aku baru menyadarinya?
Dari sekian banyak topeng yang ia punya, kenapa aku tidak pernah menyadari celah retak yang tidak bisa ditutupinya.
Badai itu selalu datang, dan Beomgyu hanya berkamuflase dengan topeng semu yang dulu sangat kusukai.
Senyumnya, cerianya, celoteh nya, lalu perasaan fana bernama cinta.
"Terimakasih Kak, tapi kurasa aku tidak pantas mendapat kehormatan itu"
"Tidak, jelas saja Beomgyu pantas- karena memang disini, bersamaku. Ini selalu menjadi tempatmu Beomgyu"
"Kakak mulai bicara aneh lagi, ini tidak seperti kita sudah mengenal dikehidupan sebelumnya- apa kita punya benang takdir? Apa Kakak bisa melihat benang yang menjulur di jemari kita, itu berwarna merah? Apa itu menjuntai begitu panjang? Apa itu tidak mudah terputus?"
Beomgyu terkekeh saat mengatakan nya, ia jelas sedang bergurau.
"Ini hanya kesempatan Beomgyu- Tuhan sedang berbaik hati padaku"
Beomgyu menghentikan tawanya, menggaruk tengkuknya Canggung.
"Aku tidak pernah bisa mengerti semua hal yang kamu katakan Kak, tapi ini sedikit menakutkan saat tiba-tiba kamu memberikan tatapan serius seperti itu"
Aku melunakkan tatapan ku barusan, beralih terkekeh menjawil pipinya gemas.
"Jangan hiraukan, lanjutkan makanmu"
"Sudah kenyang, rumahmu selalu kosong seperti ini kak? Aku juga tidak melihat Kai sedari tadi"
"Bunda di Caffe di jam segini, Kai- mungkin masih main sama temen-temen nya. Beomgyu bosan, apa yang kamu inginkan?"
"Apa semua yang aku katakan akan aku dapatkan?"
Aku mengangguk serius, dan Beomgyu menggeleng menatapku geli.
"Kamu akan ditipu Kak, menghawatirkan sekali- Jangan katakan hal itu pada sembarang orang mengerti?"
"Memang tidak ada orang lain yang akan dapat pertanyaan itu, itu hanya kamu Beomgyu- tidak ada manusia lain"
Beomgyu secara mengejutkan, menyentuh pipinya- menepuknya berulang kali.
"Hentikan itu Kak, aku malu" Cicitan itu kembali membuatku tergelak.
Melegakan, aku tidak ingin apa-apa lagi, cukup Beomgyu di hadapan ku. Seperti apa pun dia, penampakan nya, sifatnya, tidak masalah. Selama itu tetap Beomgyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR NAME - SOOGYU
FanfictionSeperti tahun lalu, kali ini pun sama beratnya. Helaan nafas berulang itu terasa begitu sesak. Lelehan bening itu begitu memilukan. Atau fakta bagaimana tawa lepas itu begitu menyakitkan. Bahkan untuk kesekian kali- Aku ingin hidup dimana ada dia d...