Choi Beomgyu. Nama itu tampaknya akan selalu jadi prioritas. Kai seringkali menyebutnya bucin- Yeonjun mungkin orang pertama yang mengucapkan selamat saat Soobin dengan berlinang air mata mengatakan lamarannya diterima oleh Beomgyu.
Kehidupan remaja Soobin tidak seperti remaja lainnya. Itu sebabnya saat Hueningkai memperkenalkan Beomgyu dalam kehidupan nya, Soobin adalah pemula yang kaku.
Dia tidak tahu seperti apa jatuh cinta, dia tidak pernah tertarik pada orang lain selain pada keluarga dan orang terdekatnya. Jadi saat ia merasa ingin memperhatikan orang lain, seperti bagaimana dia berlaku pada orang terdekatnya. Saat itulah Soobin memutuskan bahwa dia sudah jatuh hati.
Lalu setelah satu tahun lamanya mereka dekat, diusia dua puluh tiga ia memberanikan diri.
Itu adalah pernyataan cinta pertamanya. Pada sosok cantik yang dengan mengharukan menganggukan kepalanya.
Itu adalah apa yang terjadi Tujuh tahun lalu, dengan segala bahagia yang ia kenalkan dan juga sebaliknya.
Soobin naif, ia menyongsong bahagia itu- tanpa memikirkan kemungkinan-kemungkinan menyakitkan.
Karena dibanding perpisahan yang kata Soobin mustahil itu, dia lupa pada satu hal yang tidak bisa dihindari meskipun kamu sudah berusaha. Kematian- momok paling menakutkan, yang nyatanya tidak pernah terpikirkan.
"Soobin! Sadarlahh! Lo pikir Beomgyu bakal bahagia kalo liat lo kaya gini?!"
"Kalo gitu harusnya dia gak ninggalin gue jun! Dia orang yang paling tau kalo gue gak bisa tanpa dia!"
"Soobin!!"
Soobin meninju dinding keras, mengabaikan bagaimana wanita yang melahirkan nya juga sama sakitnya, atau Hueningkai yang bahkan sudah tak sanggup berdiri dengan kakinya lagi.
Yeonjun kembali membawa bahunya, mencoba menjaga kewarasannya.
Tapi bahkan saat tubuh kekasihnya yang kaku itu dibawa pergi dengan kain yang menutup wajahnya. Soobin kembali meraung.
Benar, kematian- adalah hal yang tidak bisa ia cegah.
Dan ia membenci takdir yang menyakitkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR NAME - SOOGYU
FanfictionSeperti tahun lalu, kali ini pun sama beratnya. Helaan nafas berulang itu terasa begitu sesak. Lelehan bening itu begitu memilukan. Atau fakta bagaimana tawa lepas itu begitu menyakitkan. Bahkan untuk kesekian kali- Aku ingin hidup dimana ada dia d...