Chapter 10

34 10 0
                                    

Dari sekian banyak pujian yang terus kuucapkan tentang Beomgyu, mungkin kali ini sedikit berbeda. Aku benar-benar terkejut- hatiku sedikit mencelos. Wajah yang biasa berseri itu menatap terkejut, dia seakan tidak ingin hadirku ada disini kali ini, selama seminggu kami dekat, selama seminggu kami menghabiskan waktu bersama, mungkin kali ini bukan waktu yang ingin ia pamerkan padaku.

"Kamu melihatnya?" Binar itu meredup, kedua tangan kecilnya mengepal disisi tubuhnya. Ia ingin menangis aku tahu itu, langkahnya mundur perlahan.

Kali ini bukan waktunya aku kehilangan sadarku kan? Jadi secara cepat aku mencekal tangannya. Membawa tubuh kecil itu dalam dekapan.

"Apa yang Soobin katakan tentang menjadikanku tempat menyampaikan segala keluh kesahmu? Jangan katakan kamu baru mengenalku- karena aku adalah orang yang akan paling mengenalmu"

Lalu saat itulah Beomgyu ku terisak, melepaskan segala topeng yang tidak bisa kulakukan dulu.

-

Hari ini aku tahu, Beomgyuku sudah kesepian sejak lama. Selain uang yang dikirimkan pria paru baya itu, tidak ada lagi yang menghubungkan keduanya sebagai Ayah dan anak.

"Aku sangat malu, bahkan Taehyun yang mengenalku sejak kecil saja tidak tahu, tapi Kak Soobin..."

Dia kembali terisak, berulang kali menghapus jejak air matanya.

Aku mengambil tangan itu, menggenggamnya lembut.

"Beomgyu, jangan ragu untuk menghubungiku- jadikan aku tujuan mu tidak masalah, Jangan menangis sendirian lagi, jadikan aku- tempat yang kamu tuju"

"Bukankah itu riskan?" Beomgyu membalas genggamanku, kini ia menatap menerawang. Menghembuskan nafas perlahan.

"Manusia itu fana Kak, aku tidak pernah ingin menggantungkan hidupku pada orang lain- aku sudah tau rasanya ditolak, tidak diinginkan. Jadi aku tidak ingin menggantungkan hidupku pada orang lain, tidak peduli jika orang itu menyayangiku, begitu baik padaku. Karena perasaan adalah tolak ukur yang sulitkan, perasaan adalah hal yang berubah-ubah. Aku tidak ingin merasakan kosong ketika perhatian yang kudapatkan tiba-tiba hilang"

"Beomgyu, bahkan meski itu berubah untuk kebanyakan kasus. Beomgyu hanya perlu percaya ini tidak berlaku padaku. Aku tidak pernah, tidak pernah bisa berpaling darimu. Kamu harus pegang janjiku yang ini"

Aku tidak memikirkan apapun lagi hanya membawa tubuh itu menghadapku, membawa tangan lainnya pada wajah itu. Membelainya dari mata membuat Beomgyu terpejam, berlanjut pada hidungnya, pada bibirnya, lalu beralih menangkup wajah itu.

"Aku mencintaimu Beomgyu" Kuharap ketulusanku ini tersampaikan, kuharap Beomgyu mengerti. Sebanyak kata cinta yang kukatakan pada nya, tidak ada satupun diantaranya sebuah keraguan.

-

Pada akhirnya aku membawanya ke rumah, memasukannya ke kamarku lalu dengan terburu aku mencari sebaskom air dingin juga kotak P3k, sebisa mungkin mengobati lebam yang tampak menyakitkan diwajahnya.

Lalu saat itulah semua cerita itu mengalir dari mulutnya, tanpa kebohongan seperti dulu.

"Dia tidak mencintai ibuku, aku adalah sebuah kesalahan- jadi saat akhirnya ibu memilih untuk menghembuskan nafasnya tepat setelah aku menangis menyapa dunia.  Disanalah dari aku hanya sebatas bayi merah, sampai usiaku menginjak enam belas. Dia tidak menatapku dengan kasih yang sering anak lain dapatkan, dia hanya setidaknya masih punya tanggung Jawab untuk membesarkanku"

"Dia melakukan kekerasan?" Aku bertanya khawatir, menatap pada luka lebam di pipinya yang sudah kuolesi salep itu.

Beomgyu menggeleng, ia tersenyum kecil.

"Tidak sesering itu, tentu saja. Aku hanya bisa melihat sekali wajahnya dalam dua atau tiga bulan. Sudah kubilang kan dia lebih sering bekerja dan bekerja. Ini kudapatkan jika secara tidak sadar aku sudah terlalu cerewet ingin diperhatikan olehnya. Dia tidak suka berisik, jadi terkadang tangan-tangan nya secara tidak sengaja memukulku. Sungguh, tidak semenghawatirkan itu kok"

Aku mengepalkan tangan, menekan rasa sesak yang datang tiba-tiba.

"Ini rumahmu juga sejak hari ini, bunda juga bundamu juga mulai hari ini. Jadi jangan sungkan, Beomgyu tidak akan kesepian lagi. Beomgyu juga bisa mencari perhatian sebanyak apa pun yang Beomgyu mau, Soobin akan memberinya sebanyak bahkan tanpa perlu Beomgyu memintanya. Mengerti?"

"Itu berlebihan" Cicitan pelan itu membuatku tersenyum semakin lebar, meraihnya dalam pelukan.

"Tentu saja itu tidak berlebihan, Soobin itu pacar yang romantis kamu tahu? Makanya kamu harus bangga memilikiku sebagai seorang pacar"

"Memang aku pacarmu? Soobin tidak memintanya"

Aku memejam lega, entah mengapa, mendengar ia memanggil namaku tanpa embel-embel Kak seperti seminggu belakangan membuatku sangat lega.

Itu artinya, hubungan kami semakin dekatkan?

"Kalau begitu sejak detik ini Beomgyu pacar Soobin, kamu pacarku"

-

Saat makan malam pada akhirnya aku menggiring nya untuk ikut dalam perjamuan tersebut, Kai tampak terkejut, dan bunda yang kelihatan senang karena pada akhirnya aku membawa teman selain Yeonjun.

Dia ketakutan aku tidak pandai bergaul, padahal sebenarnya aku juga tidak peduli akan hal tersebut, nyatanya selama dua puluh tujuh tahun hidupku baik-baik saja. Kecuali satu orang yang membuat kehidupan ku jungkir balik begitu saja.

"Gue masih gak percaya lo nyelundupin sesuatu kekamar lo, lebih gak percaya lagi karena sesuatu itu adalah manusia. Bunda jangan senyum aja dong! Introgasi bun, Jangan-jangan mereka sudah melakukan hal yang iya-iya"

Aku secara cepat menggeplak kepalanya.

"Bunda kayanya mesti lebih perhatian sama Kai deh bun, coba bunda tanya hal yang iya-iya untuk bocah umur enam belas tuh apa"

"Udah-udah, ribut terus- kasian Beomgyu kan dia pasti sudah lapar, Beomgyu suka lauk apa nak? Biar bunda ambilkan"

Wanita itu, entah bagaimana seakan memang takdirnya begitu- dengan cepatnya juga dia merasa nyaman dengan Beomgyu. Tidak ada yang berbeda, ini sama seperti dulu.

"Apapun tidak masalah tante"

"Uh? Tidak bukan tante, bunda saja sayang"

Beomgyu tampak tersipu, reaksi alamiah saat ia malu.

Dan pada akhirnya semua menu yang tampak menggugah selera itu bunda jejalkan pada piring kekasihku, memastikan untuknya makan banyak. Sama seperti terakhir kali, saat pertemuan pertama mereka, ditempat yang sama, dan dengan kalimat yang sama. Dejavu.

"Makan yang banyak sayang, kamu kurus banget. Soobin pasti pacar yang tidak perhatian, biar bunda marahi nanti. Kalo dia jahat sama kamu- bilang aja sama bunda, biar bunda jewer"

Dan anehnya aku tidak keberatan, aku hanya bertingkah sok imut- mendusel pada Beomgyu yang tampak salah tingkah.

Tentu saja, pada dasarnya hari ini adalah hari pertama kami. Jadi sebenarnya bukan salahku jika aku belum bisa mengurusnya, aku tidak bisa membuat dia gemuk hanya dalam hitungan jam.

"Geli gue bang jauh-jauh lah. Risih tuh Beomgyu"

"Sirik lo, lo deh yang jauh-jauh, alergi gue kumat liat yang jomblo-jomblo begitu"

"Gila, delapan belas lo hidup dengan penyakit alergi dong bang! Lo kan jomblo dari lahir!"

Skakmat!

Pada akhirnya aku hanya saling lempar tatapan dengan Kai, bukan jenis tatapan mengaharu biru. Itu lebih bisa disebut pelototan.

Malam itu, rasanya tidak ada lagi kekhawatiran- hanya rasa lega, nyaman, hangat.

Jika ini sebuah kesempatan, bisakah aku memohon untuk jangka panjang?

YOUR NAME - SOOGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang