Chapter 5

48 14 0
                                    

Aku tidak pernah percaya tentang perjalanan waktu. Entah itu masa depan, entah itu masalalu- bagiku itu hanya akan menjadi dongeng atau menjadi sebuah tajuk paling dicari dalam film atau drama.

Tapi kali ini aku hanya perlu mempercayai nya kan? Aku tidak akan bertanya bagaimana caranya, aku tidak akan menanyakan hal apa pun. Bahkan meskipun jika ini adalah kehidupan selanjutnya setelah kematian. Bahkan meski aku harus berlari dalam lingkaran yang sama berulang kali, aku tetap tak akan menyesalinya.

Aku hanya perlu menggenggam tangannya, aku hanya perlu menyimpannya untuk diriku sendiri. Aku hanya perlu memperbaiki segalanya. Tidak lengah, sedikitpun.

"Maksudnya lo mau buang adek lo yang cakep ini? Enggak bisa! Bunda kan udah bilang buat jagain gue, sebagai abang dan anak yang baik lo harus dengerin omongan bunda dong! Gue gak bisa naik bis!"

Aku berdecak keras mendengarnya mengoceh, merogoh saku aku memberikan uang pecahan berwarna biru padanya. Uang yang cukup besar hanya untuk naik kendaraan umum.

"Sekali ini aja lo bantuin gue kai, ini masalah hidup dan mati gue!"

Hueningkai, bocah dengan waiah bule itu mengerjap. Menerima uang yang dijejalkan pada genggamannya.

"Lo berlebihan bang, emangnya urusan apa sampe lo bawa-bawa kematian? Lo gak ada niatan bunuh diri atau semacamnya kan? Lo emang udah rada aneh dari tadi pagi sih. Jangan bikin gue khawatir deh"

"Gak gitu, udah lo naik bus deh atau naik ojek juga gak masalahkan? Bilang sama bunda gue pulangnya rada telat"

Aku menepuk bahunya singkat, lalu berlari masuk melewati koridor yang kulewati sebelumnya.

Menyongsong satu sosok yang masih setia berdiri dan ngobrol dengan kawannya.

"Maaf lama gak?" Aku bicara begitu saat sudah berdiri dihadapannya. Beomgyu terlihat terkejut, temannya juga terlihat mengernyit.

"Taehyun duluan aja, aku pulang bareng kakak ini hari ini"

"Siapa? Gue gak tau kalo Beomgyu punya kenalan kakak kelas" Sosok yang disebut Taehyun itu menyuarakan keberatannya.

"Gak papa nanti aku langsung kabarin kamu kalo sudah sampe rumah"

Taehyun tampak berdecak, tapi pada akhirnya mengangguk. Di menepuk bahu itu singkat.

"Langsung kabarin oke"

Tubuh itu membungkuk singkat padaku, lalu berlalu meninggalkan kami berdua.

"Dia temanmu? Dekat?"

Jujur saja aku sedikit cemburu. Beomgyu adalah sosok yang sangat akrab, meskipun begitu- hanya akan ada segelintir orang yang begitu dekat dengannya. Dan selama Tujuh tahun aku mengenalnya, lelaki bernama Taehyun tidak pernah kuketahui eksistensinya.

"Teman, ya dekat" Dia hanya menjawab ku seadanya, membuatku hanya bisa membulatkan mulutku. Puas dengan jawaban mengambang itu.

"Tunggu depan gerbang ya, biar Soobin ambil motor dulu diparkiran" Matanya membulat lucu, tapi pada akhirnya mengangguk singkat.

Aku tersenyum kecil, lalu kembali melangkah berlawanan arah.

.

.

.

.

Aku tidak pernah mengenalnya sedekat itu- hal itu baru kusadari hari ini.

Dan fakta aku berkencan dengannya hampir Lima tahun dengan ketidaktahuanku adalah hal yang membuatku menyalahkan diriku sendiri sejak kematiannya.

"Kamu tinggal sendirian?"

Kami berdiri berhadapan tepat didepan pagar rumahnya, menatap rumah dengan cat coklat yang begitu sepi. Tumbuhan rambat mengelilingi rumah itu, dibanding asri aku akan lebih sudi menyebutnya tak terurus.

"Ayah biasanya akan datang dalam sebulan atau lebih, jadi selebihnya aku akan tinggal sendirian"

"Soobin boleh mampir?"

Dia mendongak menatapku, menggigit bibirnya kentara sekali gugup.

"Kamu selalu menyebut dirimu sendiri Soobin, aku tidak bermaksud apa pun- kamu terdengar begitu akrab untuk disebut sebagai pertemuan pertama"

"Beomgyu, Choi Soobin adalah seseorang yang mengenalmu lebih dari apapun. Kita adalah yang paling mengerti satu sama lain, ini bukan yang pertama. Kita lebih daripada sebuah kata akrab"

Aku membawa tangannya dalam genggaman. Menatap netra itu, menguncinya untuk diriku sendiri.

"Aku tidak mengerti, bukankah pagi ini adalah pertama kalinya kita bertemu?"

"Ada lebih banyak misteri yang akan kamu ketahui jika kamu mencari tahu"

Aku mengedip singkat padanya, Beomgyu ku terlihat malu, dia melepas genggaman tanganku lalu beralih membuka pagar putih itu.

"Taehyun selalu bilang untuk tidak gampang percaya pada orang asing, tapi kakak sepertinya orang baik- lagipula kita satu sekolah. Jadi kurasa tidak ada salahnya untuk membiarkan kakak mampir"

Aku dengan senang hati mengikuti langkahnya, memperhatikannya yang mengeluarkan kunci dan mencoba membuka pintu.

"Sepertinya kamu sangat percaya pada Taehyun, aku tidak pernah tahu kamu dekat dengan seseorang bernama Taehyun. Sejak kapan, kamu mengenalnya?"

Pertanyaan ku mengambang untuk beberapa detik, Beomgyu lebih tertarik untuk mencabut kunci dari lubang pintu dan mendorong pintu yang sudah berhasil terbuka.

Ia menatapku dengan dahi mengernyit.

"Tentu saja kamu tidak tahu, dan aku lebih dulu mengenalnya sebelum kita bertemu kak, jadi sudah sewajarnya kamu tidak tahu kedekatanku dan Taehyun. Ayo masuk, maaf rumahku berantakan"

"Itu menyakitiku" Aku hanya bicara sambil lalu, netraku lebih tertarik untuk menilai rumah yang untuk pertamakali kusambangi.

"Maksudmu kak?"

Tanya itu membuatku menatapnya, membuat kami berpandangan dalam sepersekian sekon.

"Ini menyakitkan karena kamu berhasil membohongiku bertahun-tahun, dan lebih parah lagi kamu meninggalkanku tanpa pernah menjelaskan apa pun. Tapi hal menyebalkannya- aku terlanjur jatuh Beomgyu, dan tidak tahu bagaimana caranya kembali"

"Kakak mengatakan hal aneh lagi"

"Lupakan, jadi aku boleh tahu siapa Taehyun? Maksudku dia hanya sebatas teman, atau seseorang yang harus kuperhitungkan sebagai saingan?"

"Huh?"

"Aku sedang mengejarmu, Choi Beomgyu"

Begitulah aku pada akhirnya meyakini bahwa kali ini mungkin memang bukan mimpi, kali ini mungkin Tuhan benar-benar memberiku sebuah kesempatan.

Jika aku yang berusia dua puluh tujuh adalah sosok yang sok tahu akan kehidupan Beomgyu ku. Maka kali ini aku yang berusia delapan belas, akan lebih berani untuk memasuki hidupnya. Hingga tidak ada penyesalan- hingga angan yang kami bentuk pada waktu itu, berhasil terealisasikan.

YOUR NAME - SOOGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang