Menjadi mahasiswa akhir itu melelahkan, tapi mengingat semua tetek benget perihal skripsinya yang pada akhirnya rampung itu mau tidak mau membuat Soobin lega, tinggal menghitung bulan dirinya akan wisuda, lalu akan lebih fokus pada pekerjaan nya sebagai Produser.Pekerjaan itu juga sama melelahkan nya, ia menghabiskan hampir seluruh waktunya di studio dengan segala mood yang mendera. Tentu saja otaknya tidak secemerlang itu untuk mendapat inspirasi setiap saat. Itu juga yang biasanya membuatnya pusing tujuh keliling, apalagi jika dapat deadline yang mau tak mau membuatnya kalang kabut.
Tapi dari semua itu, ada hal yang tentunya membuatnya bahagia dengan pekerjaan ini. Selain karena ia pikir ia menguasainya, ia juga tidak akan bohong kalau sebagiannya lagi karena royalti yang ia dapatkan tidak main-main, bahkan hanya untuk satu lagu.
Sudah sekitar enam bulan dia bekerja, uang yang ia kumpulkan sudah lebih dari cukup untuk membeli apartemen. Tidak mewah memang, tapi tentu saja cukup untuk dirinya hidup berdua dengan Beomgyu. Mungkin dengan dua anjing kecil sebagai tambahan.
Ia tersenyum kecil membayangkannya. Jadi setelah ia menandatangani sebuah surat kepemilikan dari gedung dengan empat ruangan itu. Ia dengan semangat membawa kekasihnya, memberikan kejutan kecil itu.
"Beomgyu suka?" Pemuda kecil itu terlihat begitu terkejut, ia menatap pada setiap ruangan yang baru disuguh kan oleh Soobin.
"Ini masih terlalu kosong kan? Untuk kedepannya- Beomgyu katakan apa yang Beomgyu inginkan, ayo kita buat rumah kita secantik mungkin"
"Rumah kita?" Mata kecil itu tampak berkaca, menatap Soobin yang kini mengangguk dengan senyum lesung nya.
"Iya rumah kita, aku melamarmu bukan untuk membiarkanmu tinggal dijalanan, apalagi untuk menumpang hidup pada bunda. Ayo kita buat keluarga yang bahagia sayang"
Beomgyu pada akhirnya menerjang tubuh jangkung itu, menangis seperti bocah lima tahun.
"Beomgyu sayang sekaliiii sama Soobin!"
Lalu Soobin tertawa senang, semakin menenggelamkan tubuh itu dalam dekapan.
.
.
.
.
Seperti pasangan pengantin baru mereka mendekor setiap ruangan berdua, bagaimana kamarnya, posisi sofa, lemari pakaian, perkakasnya, lukisan-lukisan dinding, semua mereka putuskan berdua. Tanpa perdebatan sedikitpun, tentu saja Soobin selalu memprioritaskan keinginan Beomgyu.
Pasangan rukun, begitu Yeonjun menyebutnya. Tidak-tidak, hanya mungkin- Choi Soobin si bucin mendarah daging. Mungkin itu lebih benar.
"Gue boleh dateng kapan ajakan?" Tanya itu sudah belasan kali terucap dari Kai hari ini, mendapat anggukan dan kata tidak dari dua orang itu. Untuk yang satu itu tampaknya keduanya tidak rukun.
"Akan lebih mudah malah jika kamu juga dapat akses buat masuk kapan pun, iyakan bin?" Tanya polos itu mendapat gelengan tak setuju dari yang lebih tua.
"Tidak mungkin sayang, dia bakal datang kapan aja. Jangan kasih ikan asin sama kucing liar kaya dia!"
"Njir lo disamain sama kucing liar Kai" Yeonjun hanya nimbrung menjelma menjadi kompor bagi kedua manusia itu, sedang Beomgyu sudah menghela nafas untuk kesekian. Tampaknya kata saudara, memang selalu dipasangkan dengan kata tak akur.
Jadi daripada dia ikut dalam perdebatan tak berujung itu pada akhirnya Beomgyu lebih memilih melipir ke arah dapur. Memutuskan memasak untuk makan malam- ini adalah tepat malam kedua dirinya dan Soobin memutuskan tinggal bersama. Tentunya setelah mendapat persetujuan dari bunda, juga wanti-wanti yang hampir seluruhnya ia berikan pada Soobin. Wanita cantik itu tentunya tidak punya kepercayaan begitu besar terhadap hormon anak lelakinya. Yang sesungguhnya Beomgyu juga tidak keberatan, tentunya mengingat ia bukan seorang gadis yang takut keperawanannya hilang atau apa- lagipula ini hanya Soobin, pria yang ia cintai.
Tapi saat bunda menyuruhnya hati-hati dan menjaga diri, Beomgyu hanya mengangguk hari itu.
"Butuh bantuan?"
Suara itu dibarengi dengan tangan yang melingkar begitu saja di perutnya sudah tentu membuat Beomgyu berjengkit, tapi pada akhirnya senyumnya terbit, menengok sedikit hanya untuk disuguhnya wajah kekasihnya yang sangat dekat.
"Apa yang mungkin Soobin bantu, Soobin adalah yang terburuk dari yang terburuk" Itu tentunya hanya ledekan belaka, karena sejujurnya yang terburuk sebelumnya adalah dirinya sendiri. Mereka tidak pernah punya kemahiran sama sekali dalam hal masak memasak.
Bahkan untuk sebuah sup yang meluber memenuhi kompor, mereka berlarian dengan membawa beberapa perkakas untuk menyendoknya panik. Sedang Yeonjun yang entah datang darimana, dengan sekali bunyi klek berhasil menyudahi kekacauan itu.
"Kalian hanya perlu mematikan kompor, idiot" Itu adalah kalimat sarkasnya sore itu, dengan gelak tawa bodoh kedua pasangan itu akhirnya.
-
Jadi pada akhirnya menu kali ini Yeonjun lah yang berhasil menyelamatkan. Mereka makan malam dengan tenang, tanpa perdebatan seperti biasanya, hanya ada dentingan sendok dengan fokus ke arah televisi yang sedang menayangkan acara pernikahan salah satu artis ibukota, pernikahan megah itu telah diliput tiga hari tiga malam, mungkin?
"Lo pengen pesta pernikahan kaya gitu gyu?" Tanya Yeonjun membuat Soobin yang sedari tadi sibuk menyisihkan duri-duri ikan agar Beomgyu gampang memakannya jadi teralihkan, ia menatap pada layar televisi begitu saja.
"Enggak, itu terlalu berlebihan- aku ingin yang biasa saja, hanya sebatas keluarga dan rekan dekat saja. Itu akan jadi pesta yang sakral dan juga privat" Beomgyu bicara sambil tersenyum, sudah tentu tidak ada kebohongan didalamnya.
"Soobin gak masalah kalo Beomgyu mau yang seperti mereka, dua tiga tahun pasti terlaksana" Soobin menimpali begitu saja, merasa tidak setuju dengan keinginan sang kekasih, menikah itu sekali seumur hidup- apa salahnya membahagiakan pasangan dalam sehari itukan. Menjadikannya seperti tokoh-tokoh utama dalam dongeng cinta.
"Tapi Beomgyu serius, tidak ingin yang seperti itu"
"Sayang sekali, jangan sungkan gitu Gyu, biarin aja dong Lo porotin abang gue, buat dia miskin kalo perlu" Tampaknya Kai masih dengan acara ngambeknya, itu tentu karena pada akhirnya ia tetap kalah debat dengan sang kakak, ia tidak berhasil mengantongi tiket selamat datang untuk masuk apartemen seperti keinginan nya.
"Ya gila aja, kalo Soobin miskin entar aku juga yang susah, aku kan bakal seumur hidup tinggal dengannya" Beomgyu tidak menutupi raut tidak setuju nya itu, membuat Yeonjun tertawa, dan Soobin yang sudah menjatuhkan rahangnya.
"Beomgyu tidak bermaksud bilang tidak ingin hidup susah dengan Soobin kan? Meskipun aku tidak ada keinginan membawamu hidup susah- tapi jika kemungkinan itu terjadi Beomgyu tidak akan meninggalkanku kan?!"
Sifat heboh tidak mendasar itu datang lagi, membuat Beomgyu menyentil dahi itu. Lalu jerit mengaduh datang selanjutnya.
"Kubilang aku akan akan tinggal denganmu seumur hidup, makanya aku tidak setuju waktu Kai bilang untuk menguras hartamu sampai akhirnya kamu jatuh miskin, aku yang akan kesusahan juga nantinya"
Yeonjun dan Kai sudah tertawa, benar-benar tunduk, adalah definisi Soobin untuk Beomgyu.
Tidak banyak cinta seperti itukan? Soobin sibuk memberi, dengan ribuan kata terimakasih yang Beomgyu beri- saling mengasihi kalo boleh jujur. Tanpa patah, mereka hanya sibuk meniti, berharap dan terus mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR NAME - SOOGYU
FanfictionSeperti tahun lalu, kali ini pun sama beratnya. Helaan nafas berulang itu terasa begitu sesak. Lelehan bening itu begitu memilukan. Atau fakta bagaimana tawa lepas itu begitu menyakitkan. Bahkan untuk kesekian kali- Aku ingin hidup dimana ada dia d...