Diumur sembilan belas adalah pertamakali Beomgyu bertemu Soobin, dengan kemelut malu yang tidak ditutupi ia menjabat tangan yang lebih besar darinya.
Merasakan genderang perang pada jantungnya. Ia yakin itu cukup keras bertalu-talu, seakan batu besar adalah senjata paling ampuh waktu itu.
Ia tidak percaya saat Kai mengenalkan pemuda jangkung itu Abangnya, selain tinggi mereka, tidak ada hal lain yang bisa membuat orang berpikir mereka saudara. Wajah Kai terlalu bule untuk Soobin yang begitu asia. Tapi Beomgyu tidak memikirkan apapun lagi. Kecuali kenyataan bahwa ia setuju tentang ketampanan yang Soobin miliki.
Usia sembilan belas adalah satu hal lain yang tidak ia lupa, itu pertamakali ada orang lain yang mengucapkan hari tidak bermakna itu, biasanya hari itu akan berlalu seperti hari biasanya, seakan tidak ada hal spesial disana.
"Cepat tutup mata dan buat permohonan!" Suara melengking Kai penuh kegembiraan, Beomgyu pun hanya menurut. Memanjatkan doa penuh harap dengan hati meletup-letup.
Saat ia selesai, ia meniup lilin itu- menatap pada Kai yang kini masih setia mengambil video dari ponsel nya.
"Aku tidak percaya kamu tahu, sepertinya aku tidak pernah mengatakan padamu"
"Shttt... Jangan ragukan gue, pakar informasi disini" Kai berkata dengan gaya bertingkah nya itu, tapi pun Beomgyu tidak keberatan. Ia senang, ini adalah hari paling indah menurutnya.
Pintu kamar Kai tiba-tiba terbuka, menampilkan wajah tampan yang terakhir kali ia lihat, hari ini rambutnya setengah basah, wajahnya terlihat segar. Dia sepertinya baru selesai mandi.
"Kai bunda-" Ucapan Soobin menggantung, ia menatap dua orang dengan objek yang lebih kecil sebagai pusat. Lalu netranya melongok kecil pada sebuah Cake yang sebenarnya bukan Cake, itu hanya satu potong roti isi yang dibubuhi lilin kecil yang Soobin yakin itu adalah lilin sisa perayaan ulang tahun Kai tahun lalu.
"Oh Hai Beomgyu, selamat ulang tahun" Ucapan itu kedengaran begitu spontan tanpa basa-basi. Anehnya Beomgyu berdegup tanpa tahu malu.
Lalu dari sana lah semua dimulai, jika Beomgyu berkunjung akan ada kata-kata tak bermakna tetapi membekas baginya- itu mungkin hanya karena ia menyukai Soobin, jauh dilubuk hati terdalamnya.
"Lo suka Abang gue?" Pertanyaan itu membuatnya berjengkit, lalu menggeleng cepat.
"Tidak begitu kok!" Panik, sudah jelas.
"Gue gak masalah kok lo suka dia, Abang gue mesti begitu dia baik kok, dan kalo lo pacaran sama dia- lo bisa dapat penghargaan jadi orang pertama yang bisa milikin hatinya, Bang Soobin itu jomblo abadi"
Anehnya kata-kata itu membuat Beomgyu bahagia.
Itu adalah sore hari lain, saat wanita yang seringkali disebut bunda mengundangnya makan malam. Jadi tepat jam tujuh malam ia sudah menemukan dirinya dimeja makan keluarga kecil itu, menatap berbagai menu yang terlalu mewah untuk sekedar makan malam.
"Yesss, Jun mau makan yang banyak, masakan bunda terbaikk!" Itu adalah seruan satu sosok yang sebenarnya tidak terlalu Beomgyu kenal, tapi ia sering lihat Soobin membawanya pulang diakhir pekan atau hari-hari tertentu lain.
Mungkin ini salah satunya, tentang acara yang masih tidak Beomgyu tahu apa.
"Ayoo semua duduk, kita makan- jangan malu-malu" Bunda menawarkan dengan begitu ceria, menyendok nasi untuk Yeonjun yang sudah mengadah dengan piringnya.
"Hari spesial Kak?" Beomgyu mau tak mau bertanya pelan pada Soobin yang duduk tepat disebelahnya. Pemuda itu menatap, lalu tersenyum jika hal itu bisa disebut senyum. Senyum miring yang sialnya sangat seksi, Beomgyu terperangah, dengan mulut yang tidak tau malunya terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR NAME - SOOGYU
FanfictionSeperti tahun lalu, kali ini pun sama beratnya. Helaan nafas berulang itu terasa begitu sesak. Lelehan bening itu begitu memilukan. Atau fakta bagaimana tawa lepas itu begitu menyakitkan. Bahkan untuk kesekian kali- Aku ingin hidup dimana ada dia d...