Kencan pertama selalu menyenangkan, aku ingat kencan pertamaku dengan Beomgyu yang sesungguhnya adalah disebuah museum- tempat yang sebenarnya membosankan dengan seluruh lukisan dan benda-benda penuh sejarah yang sebenarnya tidak ada menariknya sama sekali, aku bukan sejarawan, dan aku juga bukan pecinta sejarah. Aku hanya manusia yang akan memilih tidur jika ide-ide atau pembahasan tentang hal tersebut datang. Itu membosankan serius. Tapi karena hari itu bareng Beomgyu, jadinya tidak ada kata membosankan disana.
Lalu untuk kencan pertama kami di umurku yang kedelapan belas ini, aku lebih memilih opsi taman bermain dengan wahana menyenangkan itu. Bukan karena aku menyukainya juga, apalagi dengan tambahan Kai dan Yeonjun juga Taehyun yang membuat ini jauh sekali dari kata kencan sebenarnya. Ini lebih bisa disebut bermain bersama? Yah ini sebenarnya hadiah tiket gratis yang kumenangkan setelah menjawab kuis teka-teki di sebuah web berbayar. Tiga orang lainnya bukan termasuk, karena sebenarnya aku hanya dapat dua tiket masuk. Tentu tiga orang lainnya hanya menjelma bak ekor cicak yang tidak ingin dilepas.
"Kita berpisah disini" Sudah sedari tadi kucetuskan unek-unek itu, tapi tiga orang itu benar-benar bebal yang ingin ku dorong ke laut lepas. Tidak mengerti kah mereka aku hanya ingin berduaan dengan pacarku?
"Beomgyu pengen berdua aja sama Soobin? Bukannya bakal lebih seru kalo rame-rame kan?" Yeonjun biadab
"Beomgyu gak masalah kok, kita bisa pergi sama-sama"
"Gak! Kita berdua, dan kalian bertiga" Untuk sekian kali aku mengeluarkan taringku, mempertahankan daerah teritorial ku
"Apaan sih bang, Beomgyu bilang gak masalah tuh"
"Yaudah mending kalian tanya gue juga, Beomgyu gak masalah tapi gue masalah!" Kekanakan? Memang, apa peduliku.
"Heyy, sudahlah jangan menggoda mereka terus, ayo kita tinggalkan mereka berdua, ini bukan kencan jika ramai" Suara tenang itu entah mengapa membuatku sedikit nya senang, akhirnya ada yang waras diantara mereka.
"Gak asik!" Dua orang itu memberengut yang tidak imut sama sekali, lalu berakhir mengikuti Taehyun yang menggeret mereka.
"Padahal tidak masalah jika kita bersama, yang dikatakan mereka benar- ini akan seru" Ucapan kelewatan polos itu membuatku mendekatkan wajah, lalu menggesekkan hidung kami gemas.
"Tapi konsekuensi nya kencan kita batal sayang" Ucapanku barusan tidak bermaksud apapun, itu hanya bisikan seringan kapas- sepertinya?
Tapi Beomgyu dengan cepat menjauh dari wajahku, lalu menangkup wajahnya yang ternyata memerah. Luar biasa, karena kami sudah sering melakukannya selama Lima tahun kami kencan. Reaksi tersebut sudah dan hampir tidak pernah aku lihat lagi. Tapi ini untuk pertama kali aku melihat reaksi lucu itu lagi. Beomgyu nya yang tersipu. Ini yang berulang untuk diriku, tapi yang pertama untuk Beomgyu.
"Menggemaskan" Aku terkekeh gemas, lalu membawa tangan kecil itu dalam genggaman.
"Ayo kita lihat apa yang mungkin akan Beomgyu sukai, wahana apa yang mungkin akan membuatnya tertawa begitu cantik"
"Hentikan Soobin! aku maluu! "
Aku tertawa lagi. Dia menggemaskan kan?
-
Hampir semua wahana kami naiki, aku tak henti menebar tawa saat orang yang kusayangi juga tak berbeda jauh. Cantik- dan penutup seluruh kencan kami adalah wahana bianglala yah begitu klise. Ketiga kedua pasangan terduduk dengan dengan dengkul yang bersentuhan. Dengan yang satu begitu menikmati matahari yang kembali keperaduannya, dan yang satunya lagi lebih tertarik pada seseorang lainnya. Dalam hal itu adalah aku, yang begitu mengagumi Beomgyu seakan ia adalah karya paling mahal dan paling langka di dunia.
Cantik sekali, ketika mata coklatnya berpendar dengan cahaya orange yang menyilaukan mata. Cantik sekali, ketika kulit putih tak bercelanya berpendar dengan cahaya orange itu. Atau rambut hitamnya yang cepak itu membuatnya berkali-kali lebih imut. Beomgyu bak patung, Indah.
"Soobin, jangan melihatku seperti itu, aku malu" Entah sejak kapan, Beomgyu menatapku. Tapi kini ia kembali bersemu dengan mulut mengerucut.
"Beomgyu, maaf yah tidak pernah bisa jadi yang terbaik untukmu- kali ini aku benar-benar mencoba" Perkataanku barusan membuatnya mengernyit, alih-alih menjawab teguran nya aku malah melontar kata lain.
"Soobin bilang ingin hidup dimanapun asal ada Beomgyu disana, jadi saat Soobin sudah sampai disini- jangan pergi kemana pun lagi Beomgyu"
"Soobin yang melantur lagi, ini semakin aneh meski kita sudah bersama sebanyak empat belas hari kan? Berhenti bicara seakan kamu adalah makhluk asing atau sejenis reinkarnasi yang menginginkan untuk bertemu kekasih lama. Apa Soobin- apa cita-citamu jadi penulis?" Dia terkekeh lucu sekarang, lalu berinisiatif menggenggam tanganku. Ini kali pertama dirinya memulai, dan aku secara cepat membalas genggaman itu.
"Entahlah, bagaimana tiba-tiba rasa sakit datang, aku tidak mengerti Beomgyu- seakan keadaan ini akan cepat berakhir" Aku tidak bohong, entah sejak kapan, rasa hangat, lega dan nyaman itu kian hari menipis. Bahkan meski eksistensi Beomgyu ada dalam jangkauan ku sekalipun. Entah bagaimana semua ini terasa seperti perpisahan.
"Soobin, bahagia ya. Jangan hiraukan apa pun" Lalu bisikan seringan bulu itu, membuatku dengan tidak tau malu meneteskan air mata. Sungguh, aku tidak merasa itu sebuah kesengajaan, hatiku mencelos begitu saja, rasa dingin menusuk itu membuatku menggigil tak karuan. Lalu saat kecupan pertama dipipiku hadir, aku merasa- ini memang hanya mimpi. Mimpi panjang, yang aku tidak tahu ujungnya.
"Beomgyu, Soobin mencintaimu"
-
Bergandengan tangan dengan satu gulali kapas digenggaman Beomgyu menjadi akhir, kaki-kaki kecilnya berjalan beriringan denganku.
Ia menatapku sedari tadi, menanyakan keadaanku meskipun sudah kubilang baik-baik saja.
"Kita duduk dulu? Harusnya Soobin bilang jika takut ketinggian- kamu pucat"
Setidaknya itu yang berhasil kukatakan padanya, dengan keanehan yang tiba-tiba kuhadapi. Entahlah aku tiba-tiba saja berkeringat sebiji-biji jagung, lalu katanya wajahku pucat.
Ia menarik ku kearah bangku panjang. Mendudukan ku disana.
"Buka mulutmu" Aku hanya menurut saat ia menjejalkan gula-gula manis itu.
"Kita tunggu yang lain disini, ada yang Soobin inginkan lagi? Biar Beomgyu carikan"
"Tidak, kemari duduklah kamu juga pasti lelah"
Beomgyu menurut, mengambil duduk disebelahku, ia memberikan gulungan gula itu padaku. Lalu beralih mengelap keringatku dengan tangannya.
"Untuk kencan selanjutnya, Beomgyu tidak masalah dengan satu keripik besar dan cola, juga tontonan animasi yang Soobin sukai. Tidak perlu ke taman bermain seperti ini"
Aku terkekeh mendengar itu, merasa terharu dengan perkataannya barusan.
"Soobin bukannya akan mati atau apa, hanya takut ketinggian oke?"
"Aku juga bukannya sedang meremehkanmu tau, aku hanya tidak suka kamu yang seperti ini"
Ia mengerucut kesal, seakan perhatiannya barusan kukatakan berlebihan. Pada akhirnya aku hanya membawa kepalaku pada bahunya, memejam untuk beberapa saat.
"Aku mengerti, jangan marah. Meskipun kamu manis saat melakukannya- Soobin lebih suka Beomgyu yang merengek manja"
Beomgyu tampaknya tidak keberatan, ia membawa tangan kecilnya untuk menyisir suraiku.
Kami akhirnya menghabiskan sisa kencan kami dengan duduk seperti itu, menunggu tiga badut lain untuk pulang.
Kesempatan? Aku bahkan tidak ingat bagaimana cara aku berada disini. Kupikir aku melakukan perjalanan waktu kemasa lalu, tapi bukankah itu tidak mungkin?
Jadi mungkin aku kecelakaan? Lalu aku koma dan berakhir disini?
Atau yang paling mungkin, ini memang hanya mimpi panjang. Karena dingin menusuk ini sering kualami, sesaat aku tahu akan terbangun dari mimpi ini, meninggalkan kekosongan didalam hati.
Dan aku, tidak ingin terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR NAME - SOOGYU
FanfictionSeperti tahun lalu, kali ini pun sama beratnya. Helaan nafas berulang itu terasa begitu sesak. Lelehan bening itu begitu memilukan. Atau fakta bagaimana tawa lepas itu begitu menyakitkan. Bahkan untuk kesekian kali- Aku ingin hidup dimana ada dia d...