Chapter 9

40 13 3
                                    


Jam menunjukan angka lima, Beomgyu meregangkan tubuhnya usai kelasnya selesai.

Lee Heeseung menatapnya sebentar, lalu kembali memasukan buku-buku nya kedalam tas.

"Pangeranmu menjemput?"

"Huh?" Beomgyu mengernyit, tapi saat ia sadar kata pangeran diperuntukkan untuk siapa tiba-tiba saja pipinya memerah. Ia membayangkan kekasihnya yang pasti sudah menunggunya didepan.

"Heeseungngiee, apa menurutmu aku telah menyelamatkan orang penting dikehidupan lampau?"

"Maksudnya?"

"Karena aku dapat kehormatan mendapat kekasih tampan seperti Soobin, yang begitu perhatian dan juga begitu manis" Beomgyu mengatakan nya dengan wajah total tersipu, sedang Heeseung hanya tertawa kecil- sudah hapal luar kepala semua kelakuan dua sejoli itu.

"Ya ya yaa, apa kata lo dah, buru masukin alat tulisnya, jangan sampe pangeran tampan lo nungguin lama-lama. Ngeri ada yang godain"

Dengan itu Heeseung menyangklek tasnya lalu menepuk bahu temannya yang sudah kalang kabut karena mendengar ancaman tidak berbobot itu. Lagi-lagi Heeseung tertawa, melambai singkat ia meninggalkan pemuda bernama Beomgyu.

Tapi diluar dugaan bukannya Soobin yang berdiri tampan di luar kelasnya, itu adalah Kai yang melambai dengan raut cerianya.

"Kakak ipar!" Ia melambai dengan memalukan, membuat Beomgyu berlari dan menggeret pemuda jangkung itu.

"Pelan kan suaramu bodoh, memalukan" Ia mendengkus jengkel. Berbanding terbalik dengan sikap manis dan manjanya pada sang pacar. Pada Kai Beomgyu bisa lebih leluasa memperlihatkan sifat buruknya, itu tentu saja karena peran Kai sebagai teman perjulidannya.

"Sulit dipercaya, gue kayanya mesti ngadu sama bang Soobin kalo cowoknya gak semanis yang dia kira"

"Awas aja, aku jambak rambut sama mulutmu itu jika sampai bocor, lagipula aku tidak berkelakuan buruk- hanya sedikit mengumpat"

Kai menggelengkan kepalanya, ia secara perhatian mengambil alih tas yang dibawa Beomgyu membuat pemuda itu membola.

"Kamu bukan pengasuhku, jangan lakukan itu" Protesnya tak setuju, Kai terkekeh.

"Jadi bang Soobin pengasuh lo dong?"

"Enak saja! Tentu saja dia pacarku!"

Kai tertawa ngakak mendengar itu.

"Ya udah kalo gitu gue adalah adeknya Soobin yang lagi butuh duit tambahan- dia kan manis banget sama lo, jadi berbuat baik sama lo adalah opsi untuk terlihat baik dimata bang Soobin. Siapa tau secara cuma-cuma dia mau bagi uang jajannya separuhnya buat gue"

"Kamu lagi butuh duit? Aku punya kok- kamu butuh berapa, bilang aja sama aku"

Ya tentu saja, dibalik sikap menyebalkan yang hanya Kai oknum yang bisa melihat. Beomgyu tetaplah teman yang baik, kadang ia sangsi pada usia mereka yang sepantaran- karena Beomgyu lebih sering bertindak sebagai Abang untuknya alih-alih seorang teman.

"Becanda gue, ini Pyur karena gue mau bantu ko, tas lo keliatan berat- nah juga Abang suruh gue jemput, karena dia ada kesibukan lain"

Pada akhirnya Beomgyu mengangguk, kini ia berjalan bersisian menuju motor pemuda berambut blonde itu.

"Bunda masak makan malem banyak dan mewah, gue mau makan daging yang banyak"

"Ada acara?"

"Loh bang Soobin belum bilang? Dia baru aja tanda tangan kontrak disebuah agensi- sulit banget buat gue enggak bangga sama dia kan? Akhirnya penantiannya selama setahun penuh buat segala lirik-lirik lagu berhasil ke notice juga. Aduhh jangan-jangan dia mau buat kejutan buat lo, gue malah ngomong duluan  gimana dong?!" Dibanding peduli pada jeritan histeris Kai, Beomgyu lebih tertarik pada informasi yang baru Kai beberkan.

"Kalo gitu aku gak mungkin kerumah dengan tangan kosong kan? Ayo kita ke Mall dulu Kai, aku harus kasih sesuatu yang spesial buat Soobin untuk menyelamatinya, dia menyebalkan bisa-bisanya hal sepenting ini ia lewatkan untuk memberitahu ku"

Beomgyu sudah menariknya, menyuruh pemuda itu cepat-cepat melajukan motornya.

.

.

.

.

Seperti kebiasaan, Beomgyu menyelonong masuk begitu saja tepat setelah Kai memarkirkan motornya. Teriakan 'bunda' melengking begitu keras dari mulutnya. Kai menggeleng dengan senyum tipis, sudah tahu betul bagaimana kedekatan Beomgyu dengan wanita yang melahirkan Soobin.

"Aduhh mantu bundaa!! Bareng Kai? Sini duduk sayang, lihat bunda udah nyiapin masakan kesukaan kamu juga!" Suara itu mampir pada rungu Kai tepat ia memasuki dapur, ia tidak peduli pada dua orang yang kini berceloteh tentang makanan- tubuh jangkung nya lebih tertarik untuk mengambil botol minuman.

"Bunda anakmu itu loh jahat sekali, masa berita besar begitu Beomgyu tidak dikasih tau!" Gerutuan itu akhirnya tercetus juga, Kai sudah mengolok- sudah barang tentu senang karena Bunda pasti akan memarahi Abangnya. Wanita itu lebih condong kearah Beomgyu ketimbang anaknya.

"Benarkah! Dasar anak nakal- biar nanti bunda marahi, bisa-bisanya!"

Kai sudah tidak dengar lagi, ia lebih memilih masuk ke dalam kamarnya.

-

Tepat jam tujuh malah akhirnya mereka semua sudah berkumpul di meja makan, dengan obrolan ringan penuh kehangatan juga sedikit gurauan menyenangkan.

Soobin juga sudah dimarahi bundanya, mempaut menggemaskan berharap diampuni.

Kini tertinggalah dua orang itu, Beomgyu dan Soobin. Berdiri berdampingan di tempat pencucian piring. Soobin yang mencuci, dengan Beomgyu yang me-lap piring-piring itu.

"Selamat Soobin" Meskipun sedari tadi dia merajuk, pada akhirnya kini ucapan selamat ia lontarkan- tidak ada alasan lain, sejujurnya ia sangat bangga pada kekasihnya itu.

"Tentu saja, dan Soobin tidak ingin mendengar kalimat itu saat ini- saat kita sedang cuci piring, dengan tangan penuh busa"

"Lalu?"

"Ini akan menyenangkan, Beomgyu bisa katakan lagi nanti- dikamar? Dipangkuan Soobin? Dengan sedikit kecupan?"

"Nakal!" Beomgyu menyipratkan air pada yang lebih tua dengan memekik, membuat Soobin tergelak.

Yah hanya seperti itu, Soobin bahagia, Beomgyu bahagia.

Hal nakal yang dikatakan Soobin tadi hanya menjadi bualan, nyatanya kini mereka lebih tertarik untuk duduk di balkon dengan sebuah selimut yang menyelimuti kaki keduanya.

Soobin membawa gitar dan tengah menyanyi dengan suara indahnya, menatap Beomgyu yang sedari tadi juga tak memalingkan pandang sedetik pun.

Lalu saat satu lagu selesai, Soobin meletakan gitar kesayangan itu, beralih menggenggam tangan kecil kesayangan nya.

"Bagus tidak, Beomgyu orang pertama yang mendengarnya tahu? Dan itu juga tentangmu semuanya"

Beomgyu mengangguk, matanya berkaca- sudah barang tentu terharu.

"Soobin, ayo saling mencintai selamanya- kurasa aku tidak akan bisa jika tanpamu. Jadi jangan pernah tinggalkan aku" Sesaat kalimat itu selesai, tangan kirinya yang menganggur berada tepat di wajah Soobin. Lalu kalung indah berwarna silver itu mampir pada penglihatannya.

"Untuk Soobin ku yang sudah bekerja keras" Bisikan halus itu membuat Soobin tersenyum, menatap kalung itu lama.

"Mau Beomgyu pakaikan?"

Soobin mengangguk antusias, mendekatkan lehernya untuk bisa digapai Beomgyu.

"Meskipun segalanya nanti semakin berat, meski sesibuk apa pun. Soobin harus bisa membagi waktu mengerti? Karena bekerja dengan kuliah pasti akan sangat melelahkan"

Beomgyu berkata begitu tepat setelah kalung itu terpasang. Soobin mengangguk lalu membawa tubuh itu dalam pelukan, mengecup surainya berulang kali.

Hari itu adalah definisi bahagia yang bisa Soobin bayangkan, ia tidak tahu, bahwa menjadi dua puluh empat tidak seburuk itu.

Ia tidak peduli pada Kai yang terus mengolok nya, tidak juga pada Beomgyu yang secara mengejutkan hanya tertawa saat itu. Karena pada nyatanya- Soobin tidak keberatan. Sedikitpun.

YOUR NAME - SOOGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang