BAB IV : Legenda

60 7 2
                                    

Goa meteorlogi, kawasan laut selatan
—November 2009

Changmin melangkah lesu menyusuri goa yang entah ujungnya berada dimana, entah mengantarkan mereka pada tempat yang lebih baik atau mungkin lebih buruk dari ini.

Juyeon didepan melangkah semangat mencari pintu keluarnya, hyunjae yang berada digendongannya seakan tak memiliki berat padahal ukuran tubuh mereka hampir sama.

Eric yang berada dipaling belakang mengarahkan senternya kesana kemari "hyung, apa kalian juga merasa kita hanya berputar putar disini?"

Perkataan yang paling muda sukses membuat langkah mereka berhenti, juyeon menatap batu yang menjadi alas goa yang tengah ia pijaki kini.

"kurasa begitu, pasti ada satu mekanisme yang dapat membuka pintu keluarnya."

"meja bundar itu" ucap hyunjae seraya menunjuk meja bundar yang ada ditengah ruang.

"lalu bagaimana mengaktifkan mekanismenya?" jawab eric

"kita amati dulu, baru pikirkan cara. Ditempat seperti ini bertindak gegabah hanya akan membawa celaka" sambung changmin

"kau benar, kita amati dulu sekitar jika merasa ada yang aneh segera laporkan" kata juyeon

"siap kapten" jawab eric seraya membuat gestur hormat


Satu jam lebih mereka berputar putar mengitari ruangan itu namun tak kunjung menemukan pintu keluarnya, eric dan changmin sudah menyerah lebih dulu.

Mereka memilih merebahkan tubuhnya dibebatuan, juyeon hanya bisa menggeleng kecil. Ia membenarkan hyungnya yang masih dalam gendongannya.

Kakinya melangkah mendekat kearah meja yang sedari awal sudah hyunjae tunjuk, tuan muda lee ke 3 menatap meja itu lamat, motif ukiran yang dibuat sangat khas dengan motif masa dinasti raja Qi.

Jemarinya mengusap benda itu pelan, debu serta cairan lengket menutupi permukaan meja "hyung cairan apa ini?"kata eric

"bukan cairan, tapi bau aneh ini sangat menyengat" timpal changmin

"bau apa?" jawab eric

"darah" sahut hyunjae

Ctess

Satu tetesan dari atas membuat mereka kompak mendongak, sesuatu tergantung diatas sana sebanyak 3. "itu!kambing?sapi? hyung apakah ini semacam persembahan?" tanya eric

Semua diam, tak ada yang merespon. Masing masing pun sama bingungnya, ditengah keheningan hyunjae meminta juyeon untuk menurunkannya, pemuda lee termuda sempat menolak namun setelah dipaksa akhirnya ia menurunkan hyungnya

Hyunjae mendongak sekilas lalu membuka  kancing serta resleting celananya membuat yang lain memekik keras "yak!!!"

"jika mau buang air kasih aba²dulu, aku tak mau mengotori mata ku dengan melihat milikmu" sungut changmin sembari menutupi mata dengan tanganya

Yang lain membuang muka kearah lain, hyunjae mengabaikan respon temannya. Dia sedikit mendumel seraya membuang air kecil keatas meja itu.

"sekarang gantian kalian"

"ya?" juyeon menatap saudaranya bingung, hyunjae telah mengenakan celananya kembali

"hyunjae hyung kau gila?bagaimana kau bisa membuang kotoranmu keatas benda prasasti ini huh??" kesal changmin

Hyunjae menaikan sebelah alis "aku hanya mencoba mengaktifkan mekanismenya"

"maksud hyung?" tanya eric

"kalian lihat,ternak yang digantung itu?menurutmu mereka digantung tidak ada tujuannya?"

"dan seperti katamu eric, kau mengira hewan itu untuk persembahan?sebenarnya yang terjadi adalah hewan itu digunakan untuk membuka pintu keluarnya"

"lihat meja ini, permukaannya dipenuhi darah mereka, cairan merah itu akan mengalir melewati celah kecil ini lalu dibawah secara otomatis mekanismenya akan menyala" jelas hyunjae

"bagaimana kau tahu?" tanya juyeon

Hyunjae hanya memandang lama, setelah itu ia menatap dua yang muda lainnya seraya mengangkat kedua bahunya "yah feeling saja"

Changmin dan eric kompak menepuk dahi, juyeon membuang mukanya asal. Ia sedikit tak percaya dengan hyungnya tapi tak ada salahnya mencoba

"kita ikuti perintah hyunjae hyung saja, ber-efek atau tidak itu urusan nanti" ucap juyeon

Mereka mulai membuang air kencing mereka diatas meja bundar tadi bergantian, setelah ditunggu 2 menit lebih itu tak berefek apa apa

Namun kini tiba tiba tanah terasa bergetar, meja itu berputar mengikuti porosnya. Semua menatap dalam diam

"hyung berhasil!" pekik eric

Salah satu dinding disana bergerak membuka sebuah pintu, sebuah jalan gelap yang mengantarkan mereka entah kemana tujuannya.

"haruskah kita kesana?" tanya changmin ragu

"tentu hanya jalan itu satu satunya, kau tak mau mati terjebak selamanya disinikan?" sahut hyunjae

Changmin mendekap tubuhnya sendiri, ia menggeleng ribut. Juyeon kembali menggendong hyunjae dipunggungnya.

Mereka mulai melangkah perlahan memasuki gua gelap, eric kini yang memimpin jalan. Dinding dinding bebatuan licin berdiri kokoh jalan yang lurus tak berkelor mempermudah mereka

Tapi satu hal yang membuat mereka lalai, tanah yang mereka pijaki sangat lembab. Hewan melata ah bukan ular lagi melainkan ratusan lipan yang perlahan menelusup masuk kedalam celana mereka

"akh!" changmin menjerit kesakitan.

"ada apa?!" tanya hyunjae panik

"kakiku, akh! Juyeon!! Lihat bawahmu" jerit changmin

Sontak mereka melihat kaki juyeon, benar saja kaki kirinya sudah penuh dengan lipan.

"LARIIII!!!"

Suara langkah kaki ribut memancing lipan yang lain, bahkan induk lipan yang ukurannya tak pernah mereka kira—raksasa.

Juyeon sudah tak sanggup berlari, kaki kirinya sudah digerogoti makhluk itu cukup dalam, hyunjae yang berada dalam gendongannya nyaris terjatuh.

Changmin buru buru memapah lelaki lee itu, namun justru dirinya didorong untuk lari kedepan bersama hyunjae yang sudah turun dari gendongan juyeon

"terus lari jangan hiraukan aku, cepatt!!" titahnya

Hyunjae menggeleng keras, ia kekeuh ingin memapah adiknya

"hyung pergilah, aku akan menyusul."

Tangan hyunjae ditarik paksa oleh tuan muda ji, langkahnya terasa berat meninggalkan adiknya berjalan sendiri dibelakang

"kau harus selamat ju. . ."

🖋tertanda 15-05-2024

world secretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang