Chapter 14

451 39 0
                                        

~Annyeong~
Assalamu'alaikum, semuanya♡
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore dan Selamat Malam.
.
Gimana nih kabarnya? Semoga baik-baik aja ya..
Ini Chapter 14, semoga suka ya..

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

= Happy Reading =

Setelah satu minggu tidak bersekolah, kini Claira dan keempat saudaranya sudah kembali menginjakkan kaki di sekolah tersebut.

"Guys!" seru Ryan tiba-tiba saat mereka tengah makan di kantin.

Keempat saudaranya menoleh kearah Ryan dengan bingung, "Kenapa?" tanya Cassie.

Ryan tak langsung menjawab, matanya terkunci pada satu objek yang membuat keempat saudaranya itu ikut menatap kearah pandangan Ryan.

"Dia Eva, kan?" gumam Rachel, "Kenapa sama Eva?"

Ya objek itu salah Eva yang tengah duduk sendirian di kantin, entah kemana keempat saudara gadis itu pergi.

"Saat malam purnama beberapa waktu lalu, di deoak kamar hotel mereka tercium bau yang begitu khas" jelas Ryan.

Keempat bersaudara itu menyengut heran, "Wait Ryan! Maksud lo gimana? Bau apa?" tanya Cassie bingung.

Ryan menatap Handry, "Lo inget beberapa saat sebelum kita merasakan rasa ingin memburu malam itu?"

Hendry yang memang mengingatnya kemudian mengangguk, "Emang kenapa?"

Ryan menjentikkan jarinya, "Itu! Pada saat itu gue nyium bau Vampire dari kamar mereka! Tapi sayangnya bau itu sangat samar, seolah ditutupi oleh sesuatu" jelas Ryan.

"Vampire? Sudah hampir dua abad kita didunia manusia dan bukan kah dari dulu kita tidak mencium sedikitpun aroma keberadaan mereka? Apakah mungkin jika tiba-tiba seperti ini?" tanya Claira.

Kelima bersaudara itu terdiam, "Tapi Claire, bisa aja gak sih? Gak ada yang gak mungkin terjadi di dunia ini kan?" seru Cassie.

✣✣✣

"Gue kaget waktu liat tatapan mata lo, Va. Ada apa?" tanya Erza yang baru saja tiba di kantin.

"Lo mikir apa?" tanya Dylan yang datang bersama Erza.

Eva diam tidak membuka mulutnya juga tidak berniat untuk menjawab, ia hanya menatap kedua saudranya yang kini tengah menatap balik dirinya.

"William mana?"

Dylan berdecak, "Kita yang ada disini, lo bisa bicara sama kita! Kenapa harus William?! Kita juga sodara lo, bangsa lo kao lo lupa!" sentak Dylan dengn sura yang mengecil diakhir ucapannya.

Erza melirik Dylan sekilas, setelahnya ia kembali menatap Eva. "Ada, lagi bantu Stella mengurus sesuatu"

Eva mengangguk paham, ia kemudian bangkit dari duduknya. "Gue pergi dulu, kalo bisa jangan cari gue selain William" ucap gadis itu sebelum pergi meninggalkan dua saudaranya, juga meninggalkan kantin.

BRAK

"Sialan! Sebenarnya ada apa sih?! Kenapa dua wanita ini sangat merepotkan hari ini!" seru Dylan, pelaku penggebrakan meja yang membuat banyak pasang mata menatapnya.

"Lo yang kenapa hari ini? Dari pagi emosi lo bener-bener kelewat batas, ada apa?" tanya Erza dengn datar.

Dylan menghela napas, ia sempat melirik Erza sekilas sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Apa yang lo tau tentang gue? Lo gak tau apapun!"

Erza mengeluarkan senyuman miring khasnya, diikuti oleh sekilas perubahan warna matanya.

"Lo butuh apa?"

✣✣✣

"Dylan... Sepertinya dia manusia yang cukup menarik" celetuk Rachel tiba-tiba.

"Kenapa? Lo suka?" tanya Cassie dengan senyuman menggoda.

Rachel menggeleng kencang, dengan pipi yang mulai memerah. "Tidak! Tidak! Bukan seperti itu!"

Senyuman Ryan terukir, "Ah.. Lo benar-benar suka ternyata!"

"ALEXANDER!" teriak Rachel penuh kekesalan.

Ryan terkekeh ia kemudian mengangkat tangannya, "Hanya bercanda?" jawabnya masih dengan gaya tengil nya.

"Memangnya apa yang salah dari ucapan Ryan? Lo kan emang suka sama Dylan, kan?" sahut Handry yang sudah tidak tahan untuk tidak ikut serta menggoda Rachel.

"Handry lo benar-benar buat gue kesal!" geram Rachel, yang hampir saja mengeluarkan auranya.

"Sudahlah! Dan jangan bangkit kan aura lo, Rachel!" tegas Claira.

Semuanya diam, meskipun ada rasa dongkol dalam benak Rachel dan kekehan tertahan dari dua lelaki itu.

"Lo mau bicara apa tadi? Apa yang menarik dari lelaki itu?" tanya Claira, kini dengan nada yang lebih santai.

Rachel menjentikkan jarinya, "Benar! Sepertinya dia memiliki kepekaan yang begitu dasyat!" jelas gadis itu dengan tatapan serius, tidak ada lagi tatapan kesal atau marah dari gadis itu.

"Tunggu? Apa maksud lo?" Cassie menatap tak mengerti pada Rachel.

Rachel berdecak, "Intinya kepekaan yang dia punya sangat berbahaya, jadi entah dia benar-benar manusia atau bukan kita tidak perlu terkejut. Meski mungkin akan sedikit terkejut"

Keempat saudaranya menyengit tidak mengerti, "Kata-kata itu sedikit ambigu" celetuk Handry.

"Tidak, bukan ambigu!" sangkal Ryan.

"Lalu?"

"Aneh!" ujar Cassie dan Ryan bersamaan, dasar anak kembar nakal!


= Thank You =

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Gimana buat Chapter 14 nya?
Mohon bantuannya kalo ada salah ketik, Typo, atau salah terjemahan.

.

Semoga suka ya..
Bisa kali vote.. <3
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore, dan Selamat Malam
Assalamu'alaikum, Babay!♡
~annyeong~


The Legend Of BloodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang