Chapter 05

486 45 0
                                    

~Annyeong~
Assalamu'alaikum, semuanya♡
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore dan Selamat Malam.
.
Gimana nih kabarnya? Semoga baik-baik aja ya..
Ini Chapter 05, semoga suka ya..

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

= Happy Reading =

"Anak-anak minggu depan kita akan mengadakan studytour ke museum, jadi ibu berharap kalian semua dapat mengikuti kegiatan ini karena akan berdampak pada nilai praktek sejarah kalian" jelas Bu Mita pada seluruh siswa-siswi nya.

"Studytour kok ke museum sih? Harusnya kan refresing!" celetuk Rachel dengan suara yang sedikit keras.

"RACHEL!! KALO KAMU MELAWAN TERUS IBU KURANGIN NILAI PRAKTEK SEJARAH KAMU HINGGA DIBAWAH KKM!" teriak Bu Mita sembari menatap galak Rachel.

"LOH?! GAK BISA GITU DONG BU!" teriaknya tak terima, "Masa ngomong gitu aja dikurangi" lanjutnya dengan gumaman.

"RACHEL IBU MASIH MENDENGARNYA!" teriak Bu Mita lagi, seakan tau saja apa yang di gumami oleh Rachel.

teriakan kedua orang itu membuat siswa-siswi lain hanya dapat menutup telinga mereka yang sudah berdenging.

"Sudahlah, jadi begitu kira-kira pengumuman kali ini. Silahkan kembali ke kelas masing-masing, karena pembelajaran akan segera dimulai. Terimakasih"

Kali ini di kelas Bahasa tengah ramai-ramai nya. Pasalnya pak Ervan sekali guru mapel kali ini tidak hadir dan hanya memberikan mereka tugas.
Jadilah mereka saat ini bersantai ria, bahkan mereka memutar musik yang cukup keras di sana.

"Cassie mereka murid baru?" tanya Sera, salah satu teman kelas Cassie.

Cassie mengangguk, ia masih sibuk dengan bacaannya. Ia membaca sebuah novel, bukan buku pelajaran.

"Auranya tidak mengenakan, seperti bangs-" ucapan Sera terpotong karena Cassie dengan segera menutup mulut wanita itu.

"Jangan bicara yang bukan-bukan Sera, gue bahkan ga ngerasain apapun kok" ucap Cassie datar, "Lagian mereka juga ga punya bau khas kaum itu" lanjutnya dengan suara mengecil.

Sera mengangguk saja, "Tapi lebih baik lagi kalo kita berjaga-jaga, btw siapa nama mereka?"

Cassie diam, ia mencoba mengingat-ingat nama anak baru itu, "Eum.. Kalo tidak salah yang perempuan bernama Celine dan yang lelaki bernama Owen"

Sera mengangguk saja, ia melirik kearah anak baru itu sebelum akhirnya duduk kembali ditempatnya.

"Oh ya, Levis kemana? Ia belum terlihat sejak saat ia pergi dengan mu satu bulan yang lalu" tanya Cassie yang menyadari akan satu hal, salah satu temannya masih tidak hadir.

Sera mengedikkan bahunya acuh, "Mana gue tau sih! Lu kira gue emak nya apa?!" sinis Sera.

Memang sudah menjadi rahasia umum jika Sera menyukai Levis, hanya saja ia gengsi akan perasaannya itu.

Cassie terkekeh, ia kemudian mengangguk saja seolah tak peduli. Meski tak jarang, ia rela menjadi mak comblang untuk keduanya.

"Lagian Ryan lebih cocok sama gue" celetuk Sera tiba-tiba.

Cassie yang awalnya masih terkekeh kini langsung diam dan menatap tajam temannya itu.

"Jangan main-main sama keluarga gue, Ser!"

Dan kali ini tinggal Sera yang tertawa melihat ke posesifan Cassie terhadap seluruh saudaranya.

Beralih dari kelas Bahasa, kini kita tiba dikelas IPS yang keadaannya tak jauh berbeda dengan kelas Bahasa. Namun ada yang berbeda, karena saat ini dikelas itu terdapat guru yang tengah mengajar.

"PAK ADAM MINGGIR DONG SAYA MAU NULIS KETUTUPAN BADAN ANDA INI!" teriak Nizam dengan tak santai.

Pak Adam yang merupakan guru sekaligus wali kelas mereka langsung berbalik dan menatap marah Nizam.

"NIZAM WIJAYA!! KAMU INI GAK ADA SOPAN-SOPANNYA YA SAMA GURU! AYO SINI KAMU, IKUT SAYA KE RUANG GURU!" teriak pak Adam dan membawa Nizam dengan cara menjewernya.

"A-aduh.. Stt.. S-sakit pak.." ringis Nizam yang tidak dipedulikan oleh pak Adam.

"Yang lain lanjut menulis!" tegas pak Adam sebelum setelahnya menutup pintu dengan tangan yang masih menjewer telinga Nizam.

Semua yang ada dikelas hanya terperangah menatap kejadian itu, tumben sekali Pak Adam tidak mengomel seperti biasanya dan malah langsung membawa Nizam ke ruang guru. Namun dengan segera mereka kembali berkutat dengan kegiatannya masing-masing yang sempat tertunda karena drama singkat tadi.

"Gue heran deh, kenapa tiga anak baru itu ngeliatin kita seakan kita ini mangsa mereka" bisik Ryan pada Handry.

Handry memejamkan matanya, terlihat sekelebat kilas balik dan benar saja di sana terlihat ketiga anak baru itu memang terlihat tengah menatap mereka.

"Udahlah biarkan saja, lo lanjut aja nulis" ucap Handry menenangkan.

𝘋𝘪𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘭𝘢𝘪𝘯..

Erza, Eva dan Dylan kini masih menatap kedua bersaudara yang ada didepan mereka lekat.

"Aura mereka cukup kuat" celetuk Dylan, entah mengapa ia dapat merasakan itu padahal ia sedang tidak ingin membuka diri.

"Lo jangan macem-macem sama mereka Dylan, kita tidak bisa menyakiti manusia" ujar Eva memperingati, "Banyak manusia yang juga memiliki aura yang kuat, bukan hanya bangsa kita" lanjutnya berbisik.

Erza menepuk pundak Dylan guna menyadarkan saudaranya itu, "Lo harus tutup diri lo, jangan sampai ada kaum mereka yang berhasil mencium bau lo, atau ayah akan marah besar setelahnya" bisik Erza penuh akan penekanan.

Seakan terhipnotis akan ucapan Erza, Dylan langsung mengalihkan pandangannya dari dua bersaudara itu dan kembali menyembunyikan aura miliknya sendiri.

Eva menatap Erza dengan sedikit khawatir, namun Erza malah tersenyum sembari sedikit mengangguk menandakan jika semua sudah baik-baik saja.



= Thank You =

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Gimana buat Chapter 05 nya?

.

Semoga suka ya..
Bisa kali vote.. <3
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore, dan Selamat Malam
Assalamu'alaikum, Babay!♡
~annyeong~

The Legend Of BloodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang