Part 11

8 0 0
                                    

     Aneisha terlihat sangat cantik, kaus hitam polos, rok kotak-kotak pendek selutut dan sepatu putih yang membuat penampilan sangat sempurna. Ditambah,lagi. Sentuhan jam tangan yang melingkar di tangan kirinya melengkapi tampilannya kali ini.

Aneisha tersenyum pada dirinya sendiri di depan cermin, memunculkan lesung pipi  yang membuatnya semakin menggemaskan.

Aneisha mengambil jepitan rambut yang terletak dia atas nakas dan menjepitkan di setiap sisi rambutnya yang sedikit memanjang.

Setelah itu, Aneisha mengambil handphone yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Sebuah pesan singkat dari aplikasi chat Kontak bertuliskan " Ayyiis" terpampang jelas di layar.

Ayyiis : Cha, mau berangkat jam berapa?

Aneisha mendekatkan ponselnya kemulut dan berbicara. Dia mencoba melakukan panggilan ke kontak Haris.

"Ini aku udah siap, yiis. Jemput sekarang aja"

Beberapa detik kemudian Haris menjawab

Ayyiis : ya udah, aku kerumah. Kamu udah sembuh kan, kalau masih sakit biar kita main dirumah echa aja.

Aneisha tersenyum mendengar jawaban dari Haris.

"Aku udah sembuh, yiis. Bahkan tangan aku udah gak sakit lagi".

Ayyiis : ya udah tunggu ya aku kerumah
Ayyiis : aku juga mau ngasih kamu seseuatu.

"Iyya deh yiis, terserah kamu" Aneisha pun mematikan panggilannya, lalu masukkan ponsel kedalam tasnya. Aneisha keluar dari kamar dan menuruni tangga dan menuju dapur.

"Mau kemana, cantik banget sih anak ayah" tanya Arga saat melihat Aneisha yang sudah rapi sedang menghabiskan susu yang sudah disiapkan bi ikoh.

"Mau jalan bareng Haris, yah" jawab Aneisha setelah menghabiskan segelas susu itu " Echa, udah punya janji buat ketemu dia, sama mau minjem catatan dia,Selma Echa gak masuk sekolah kemarin".

"Ya sudah, hati-hati, jangan malem-malem pulangnya".

"Bunda? Kemana yah" Aneisha sadar disetiap sisi dapur, dia tidak menemukan Tasya, padahal hari ini Minggu, apa iya Tasya tetep ngantor di hari weekend.

"Bunda ada janji ketemu sama teman-teman kantor di luar".

Aneisha hanya mengangguk, Aneisha mendekat ke arah Arga yang sedang duduk  didepannya "ayah, Echa jalan dulu, ya?".

"Iya, sayang"  jawab Arga. Tanpa pria itu sadari, sepasang bibir mendarat di pipinya begitu saja.

Arga menoleh  cepat ke arah Aneisha.

"Dah" setelahnya, anak itu berlari begitu saja dari ruang makan menuju pintu depan, sementara itu, Arga hanya tersenyum dengan perlakuan Aneisha terhadapnya.

*********

Aneisha menatap bucket coklat yang ia terima dari Haris, rupanya ini hadiah yang Haris sempat katakan tadi.

Haris masih saja menatap wajah Aneisha. Siang ini,mereka makan si satu restoran yang berada dikawasan Jakarta. Seperi biasa Aneisha memesan ramen dan es lemon tea kesukaannya, sementara Haris memesan nasi goreng rendang dengan jus mangga.

"Sini, aku suapin  lagi". Haris mengambil sumpit dari mangkok ramen Aneisha, menarik mie yang ada didalam dan meniupnya agar Aneisha tidak kepanasan.

"Buka mulut nya,aaaa..."

Aneisha tertawa kecil, Haris sangat berlebihan tapi Aneisha sangat senang diperlakukan itu oleh Haris.

"Kamu jadi alay gini sih?" Ujar Aneisha sembari mengambil sendok Haris  dan meraup sesendok nasi untuk dia suapkan kepada Haris " aku suapin, juga ya?".

Haris mengangguk imut, menerima suapan pertamanya itu dengan girang.

"Kamu kok gitu liatnya?" Tanya Haris memperlambat kunyahan di mulutnya.

"Enggak" jawab Aneisha, tersenyum masam
"Aku cuma beruntung aja  bisa punya kamu".

"Aku juga beruntung punya kamu" Haris tersenyum sembari melanjutkan kunyahan nya dan meraih tangan Aneisha di atas meja
"You are my everything".

Aneisha hanya tersenyum.

"Aku mau kita punya panggilan khusus, gitu. Lucu tau, kamu pernah ngeuh, gak? Aku pernah panggil kamu dengan sebutan "bee"?.

Aneisha terkekeh "iya aku inget, tapi harus banget ya?pikiran kamu absurd banget. Panggil kaya biasa aja, ayiis".

"Coba panggil, bee..."

"Ayyiis.."

Aneisha tertawa melihat Haris merajuk dan melepaskan tangannya dan membekali dirinya. Aneisha tidak tinggal diam, dia memeluk Haris dari belakang dan mencubit pipi Haris dengan gemas.

"Iyya deh, bee jangan marah dong". Ujar Aneisha dengan nada manja.

Haris tersenyum, dan kembali duduk berhadapan dengan Aneisha dan menggenggam kembali tangan Aneisha.

"Yiiss" panggil Aneisha, membuat Haris menoleh kearahnya.

"Iya?"

Aneisha menatap lekat wajah Haris " aku masih kepikiran kamu sama Seruni".

"Apasih, bee. Kenapa kamu masih kepikiran itu, sih".
"Aku, takut. Yiiss"
"Takut, apa?"
"Takut kalau aku hanya pelampiasan kamu aja, karena gak bisa dapetin Seruni".

Haris memandang wajah Aneisha cemas, Haris tersenyum sambil menggelengkan kepala, menggenggam tangan Aneisha dan diusapnya dengan lembut.

"Hei, liat aku".

Aniesha memberanikan diri menatap Haris.

"Aku emang enggak bisa janjiin kamu masa depan, tapi aku bisa pastiin satu hal ke kamu saat ini".

Aneisha hanya terdiam.

"Bahwa, cuma kamu yang ada dalam hatiku saat ini".

Aniesha menatap mata Haris dengan sedikit berkaca-kaca. Lagi-lagi, Haris membuat dirinya seberuntung itu saat ini. Apalagi, kata-kata Haris membuat hatinya runtuh seketika.

"Jadi, kamu gak perlu khawatir lagi, tentang aku dan seruni. Aku bisa pastiin bahwa kami cuman sekedar teman". Haris mengusap air mata Aneisha dengan jemari tangannya. Aneisha langsung menyekanya dengan tisu yang dia ambil dari dalam tasnya.

"Jangan,nangis dong. Nanti cantiknya hilang".

Aneisha mengangguk dan kembali tersenyum.

"Ya udah, habis ini kita jalan lagi mau?"

"Mau" Aneisha tersenyum.

"Ok, deh. Kita habisin dulu makanannya".

Selsai makan dan berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan dan membeli beberapa barang, Aneisha dan Haris kembali ke parkiran. Namun, Haris mampir sebentar ke minimarket  yang tidak jauh dari sana.

Aneisha memilih menunggu di parkiran mobil, sambil menatap layar handphone nya.

Namun, ditengah kegiatan itu, perhatian nya teralihkan pada sosok perempuan yang memasuki sebuah mobil BMW putih, Aneisha memperhatikan  baik-baik perempuan itu.

"Bunda?" Aneisha masih tidak percaya, dan mencoba memastikan "bunda, bukan sih?".

Perempuan itu masuk kedalam mobil denga seorang pria yang duduk di kursi kemudi. Aneisha ragu perempuan itu bundanya, tapi baju yang dipakai perempuan itu pernah Tasya pakai, seingat Aneisha.

Ingin meyakinkan dirinya, Aneisha hendak mendekati  mobil itu. Namun, baru dua atau tiga langakah, tangannya ditahan oleh Haris yang ada dibelakang nya.

"Mau, kemana?".
"Sa-yang..eh..?" Aneisha kembali kearah parkiran mobil itu, tetapi perempuan yang dia pikir bundanya kini sudah tidak ada. Bahkan, mobil mereka sudah melaju pergi. Siapa pria yang bersama bundanya tadi, jelas bukan Arga, bahkan Arga mengatakan kalau bundanya itu keluar dengan teman-teman kantornya.

"Kenapa, bee?"
"Ah, tidak. Ayo pulang"

Haris mengangguk dan mengikuti Aneisha dari belakang. Kemudian mereka pun masuk kedalam mobil. Aneisha duduk disebelah Haris dengan pikirannya melayang kemana-mana.

Mungkin aku salah liat.

Never Be The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang