Hari-hari berlalu begitu cepat, namun bagi Aditya dan Anisa, setiap detik terasa seperti melambat, membentuk melodi cinta yang penuh makna di antara kesibukan dan rutinitas mereka. Setiap pertemuan di warung kopi kecil itu seolah menjadi ritual yang menghidupkan jiwa dan menenangkan hati.
Namun, seperti dalam setiap kisah cinta, ada saatnya melodi yang indah itu terdengar tersesat. Pertemuan yang penuh warna menjadi jarang, dan senyuman yang selalu ada kini terlupakan dalam kepadatan waktu. Aditya sibuk dengan dunianya yang penuh huruf-huruf yang harus dihadapi, sementara Anisa tenggelam dalam aliran gerakan tarian yang membutuhkan kesempurnaan.
Mereka saling merindukan, namun waktu tak bisa mereka kendalikan. Setiap percakapan diwarnai oleh kekosongan dan diam yang terasa seperti jurang yang memisahkan. Malam-malam di warung kopi kecil itu tak lagi menghadirkan kehangatan yang dulu begitu kental. Bulan purnama yang menjadi saksi pertemuan mereka kini menyaksikan jarak yang tumbuh di antara hati mereka.
Ketidakpastian itu merambah seperti kabut malam yang menyelimuti kota Yogyakarta. Aditya dan Anisa merasa seakan kehilangan arah, melihat melodi cinta yang mereka bangun bersama terombang-ambing dalam keheningan. Namun, di dalam kegelapan itu, ada suara halus hati yang berkata, bahwa cinta sejati akan selalu menemukan cara untuk bertahan.Maka, dalam bab ini, kita menyaksikan Aditya dan Anisa berusaha menyusun kembali melodi cinta yang tersesat. Apakah mereka mampu menemukan kembali harmoni yang pernah menggema di antara langit-langit warung kopi kecil itu? Ataukah cinta mereka akan berakhir seperti melodi yang hilang dalam kegelapan malam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Antara Huruf dan Jawa
RomanceAditya, seorang pemuda Jawa berusia 27 tahun yang tengah meniti perjalanan mengejar literasi, tanpa sengaja menemukan jalan cinta di kota Yogyakarta. Suatu malam purnama, dia terperangkap dalam pesona kopi dan senyuman manis Anisa, seorang gadis Jaw...