Matahari pagi menyapa Yogyakarta dengan sinarnya yang hangat, menggantikan bulan purnama yang perlahan mengaburkan langit. Bagi Aditya dan Anisa, pagi ini membawa semangat baru setelah melewati badai dalam hubungan mereka.
Duduk di warung kopi yang menjadi saksi bisu perjalanan cinta mereka, Aditya dan Anisa memandang satu sama lain dengan mata yang penuh dengan ketulusan dan kebahagiaan. Pagi ini, mereka memutuskan untuk merayakan cinta mereka yang telah melewati ujian dan cobaan.Aditya memegang tangan Anisa dengan penuh kelembutan, senyuman mereka saling bertautan, menciptakan ikatan yang semakin erat. Anisa menggenggam secangkir kopi, menyadari bahwa warung ini tidak hanya menyajikan kopi, melainkan penuh dengan kenangan, tawa, dan cerita cinta yang telah mereka bagikan.
Dalam percakapan yang penuh emosi, Aditya dan Anisa berbagi tentang mimpi-mimpi masa depan mereka yang semakin jelas. Aditya ingin menyelesaikan novelnya, sedangkan Anisa bercita-cita membuka sekolah tari untuk anak-anak muda yang berbakat. Bersama-sama, mereka merencanakan perjalanan yang akan membawa mereka mencapai impian-impian itu.
Saat matahari semakin meninggi di langit, Aditya dan Anisa memutuskan untuk menjelajahi kota Yogyakarta bersama. Mereka melangkah di jalan-jalan berbatu yang penuh sejarah, membagikan cerita tentang perjalanan hidup masing-masing di antara senyuman dan tawa.
Di keramaian Malioboro, mereka menemukan penjual batik yang khas, dan Aditya dengan penuh perhatian memilihkan Anisa sehelai batik yang memancarkan kecantikan dan keanggunan. Anisa yang tersenyum bahagia, melihat batik itu sebagai lambang kebersamaan yang tumbuh di antara mereka, persis seperti motif batik yang begitu rapi dan harmonis.
Dalam perjalanan itu, mereka mampir di warung-warung kecil yang menyajikan kuliner khas Jawa. Mereka mencicipi lezatnya nasi gudeg dan sambal krecek, merasakan kekayaan cita rasa yang mencerminkan perpaduan yang sempurna, layaknya perpaduan Aditya dan Anisa dalam hubungan mereka.
Di sepanjang perjalanan, Anisa menarik Aditya untuk menari di tengah kerumunan, menciptakan momen spontan yang penuh kebahagiaan. Mereka melibas jalanan, melupakan dunia di sekeliling mereka, dan hanya ada mereka berdua yang bergerak di tengah irama langkah hidup yang membawa kebahagiaan dan kesenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Antara Huruf dan Jawa
RomanceAditya, seorang pemuda Jawa berusia 27 tahun yang tengah meniti perjalanan mengejar literasi, tanpa sengaja menemukan jalan cinta di kota Yogyakarta. Suatu malam purnama, dia terperangkap dalam pesona kopi dan senyuman manis Anisa, seorang gadis Jaw...