10. Petaka kedua

1.3K 146 10
                                    

"Obatnya di minum kak,"

Venus mengangsurkan satu tablet obat parasetamol yang diterima Atlas dengan wajah super pucat. Kini lelaki itu sudah berganti pakaian atas paksaan Venus dan tentu saja sudah berbaring diatas kasur dengan nyaman.

"Ini air putihnya." Venus kembali memberikan segelas air putih. Atlas kembali menerimanya dan segera menegak bersamaan dengan obat tablet itu.

Keduanya saling bertatapan tanpa berbicara.

Atlas berdehem pelan. Netranya melirik jam di pergelangan tangannya.

"Kamu lebih baik segera istirahat dek, sudah larut malam. Saya sudah mendingan, ini bentar lagi kalau obatnya sudah bekerja bisa langsung tidur." ucap Atlas.

Venus mengangguk agak ragu. Meski begitu dia segera membereskan barang yang dibawa ke dalam kamar. Malam semakin larut dan dia juga mengantuk. Belum lagi besok dia ada kelas pagi, tak mungkin Venus harus izin.

Atlas diam memperhatian segala gerak gerik gadis di hadapannya. Venus begitu cantik dalam balutan kaos polos panjang berwarna putih oversize miliknya. Sejujurnya Atlas tak tau harus membeli baju apa untuk gadis itu, jadi sebagai jalan keluarnya Atlas membeli beberapa baju yang seukuran dengannya.

Fokus Atlas pecah saat Venus mendekat dan menempelkan punggung tangan ke atas dahinya, kemudian membandingkan dengan suhu tubuhnya sendiri. Setelah itu terdengar helaan napas lega dari gadis itu.

Atlas memperhatikan dalam diam, setiap tindak gadis cantik itu. Diam-diam Atlas merekam betapa cantiknya Venus malam ini.

"Jangan lupa kunci pintu kamar ya dek," ucap Atlas pelan.

Venus menghentikan pergerakannya yang memeras kompres diatas baskom.

Kedua alis gadis itu terangkat dengan wajah bingung.

Atlas terkekeh geli, gadisnya masih sepolos dulu.

"Takut khilaf malam-malam masuk kamar kamu!"

Atlas semakin mengulum senyum saat melihat gadis itu membuang wajah dan mendengus pelan. Venus yang sekarang Atlas temui lebih banyak menyampaikan ekspresi saat bersamanya, apalagi wajah masam dan kesalnya, sudah tak terhitung berapa kali Atlas diberikan wajah itu.

"Lagi sakit juga, bisa-bisanya mikir aneh-aneh!" gerutu Venus yang masih bisa di dengar Atlas.

Setelah memastikan Atlas tak perlu memakai kompres lagi Venus segera pamit berlalu meninggalkan kamar utama itu. Tujuannya adalah dapur, setelah meletakkan barang yang di bawanya dia ingin segera tidur. Malam sudah pukul dua dini hari dan Venus harus segera memejamkan mata agar besok pagi tak terlambat pulang dan datang ke kampus.

Ting

Pak Sam dosen pengganti
Jangan lupa kunci kamar ya, dek. Saya seriusan, khilafnya laki-laki bahaya lho!

Membacanya saja Venus bergedik ngeri. Setelah mematikan ponsel tanpa membalas pesan itu Venus segera masuk ke dalam selimut dan mencoba memejamkan mata.

Insomnianya tak terlalu parah, namun saat ingin tidur begini dia mendadak belum mengantuk.

Ting

Pak Sam dosen pengganti
Penghangat ruangannya jangan lupa dinyalakan. Takutnya nanti kamu sakit dan malah ngerepotin saya.  Jangan terlambat bangun, besok ada matkul saya di pagi hari.

Venus kembali mendengus keras-keras. Atlas ini sungguh benar-benar sangat menyebalkan. Kenapa dulu ia mau menerima lelaki itu jadi pacarnya sih?

To: Pak Sam dosen pengganti 🐕
Iya pak

Peta hidup Venus (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang