2. Putaran Waktu

1.7K 134 3
                                    

H A P P Y R E A D I N G

•••

"Dek, maaf. Kakak memang harus melakukan ini. Sudah ya jangan menangis lagi." suara lembut namun terdengar menyesakkan itu memenuhi indra pendengaran seorang gadis berpakaian putih abu-abu.

Satu tangan sosok lelaki itu hendak menghapus air mata yang mengalir di pipi sang gadis, namun kalah cepat karena si gadis lebih dahulu mundur dengan gelengan pelan.

"Kenapa?"

"Kalau akhirnya harus begini, seharusnya sejak awal nggak perlu ada cerita. Seharusnya sejak awal kakak nggak perlu respon Alyn. Dan kalau tau bakal begini seharusnya sejak awal Alyn nggak pernah ketemu kakak!" suara bergetar itu mematik gemuruh di penjuru langit. Awan mendung kian berkumpul dan membentuk gumpalan abu dan menitikkan tetesan airnya.

Di bawah langit gerimis itu sepasang manusia yang sama-sama terluka itu menyembunyikan tangisnya sebaik mungkin.

"Sekali lagi Alyn tanya, kakak mau pergi?" tanya gadis itu di sela gemuruh hujan.

Si lelaki mengangguk lemah, tak berdaya.

"Dan kita harus putus kan?" suara tercekat itu terdengar bergetar dan memilukan.

Tak ada jawaban tetapi sang gadis sudah tau akhirnya.

"Oke, kita putus!"

Hening.

Suara gemuruh petir dan hujan yang semakin deras tak membuat keduanya segera berlalu pergi dari sana. Seolah apa yang mereka bicarakan kini tak pernah usai meski waktu berjalan kian cepat.

Andai ada mesin waktu, inginnya berbalik dan menghapus pertemuan ini.

"Kakak seharusnya tau kalau setelah ini Alyn nggak akan temui kakak bagaimana pun alasannya. Jadi kakak harus pergi sejauh mungkin... " suara yang semakin lirih itu tetap terdengar meski samar dan terdengar begitu menyesakkan.

Si gadis tak menyangka kisah asmaranya harus kandas setragis ini.

"Dan jangan pernah kembali!"

Maka dari itu lebih baik mengakhiri segera sebelum semuanya berubah menjadi racun. Karena semakin menjalar racun bersifat bahaya dan sangat mematikan.

🍁🍁🍁

"Sayangg," panggilan itu membuat Venus yang sejak tadi membatu segera tersadar. Gadis itu berdehem pelan dan menolehkan kepalanya, menatap penuh haru sosok yang datang menyelamatkannya.

"Ah, Daru. Sayanggg!" pekik Venus heboh hampir mengejutkan semua penghuni kantin termasuk seseorang yang di panggil 'Daru' itu.

"Sayang, kamu nggak papa?" tanya cowok bernama Daru.

Venus yang sudah bergelanyut manja di lengannya mengangguk dan tersenyum manis. Netranya menatap wajah kaku sang kakak dan satu pria lagi yang tak mengalihkan atensi darinya.

Venus menyeringai penuh semangat. Dia menarik tangan Daru dan dibawanya untuk duduk satu meja dengan sang kakak.

Sagara mengerjap cepat dan berdeham pelan.

"Ah, kenalin kak, ini pacarku Daru!" ucap Venus memperkenalkan pacar yang seharusnya saat ini sudah berstatus sebagai 'mantan'.

"Halo kak, saya Handaru pacar Venus." Daru yang sopan dan sangat beretika tentu menyalami dua laki-laki yang diperkirakan sebagai kakak dari gadis yang dia sukai.

Peta hidup Venus (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang