1. Silas

24 3 5
                                    

Ini peperangan terakhir kami, pikirku optimis.

Langit mulai berubah terang ketika aku dan Terra merapikan barang-barang yang berada di atas meja. Warna hitam membayangi kedua mata kami akibat terlalu banyak terjaga saat malam. Aku melihat Terra juga kewalahan karena aktivitas tanpa henti selama beberapa waktu. Kalau kami tidak bertarung di luar, kami berpikir di ruangan sempit yang kacau ini.

Seluruh ototku tegang selama berbulan-bulan dan aku bisa berkata jujur kalau hari inilah yang membuatku bersemangat. Hari ini dimana mimpiku, mimpi Ayahku, mimpi kami akan jadi kenyataan. Kerajaan Sanja akan menjadi miliknya dan aku yang akan membawakan mahkota itu sendiri untuk dirinya.

"Kamu harusnya mengikat rambutmu, Silas," ucap Terra setelah mengembalikan peta dan pion-pion ke rak.

Aku mengerutkan dahiku, tidak suka ia membahas rambut. Rambutku tergerai panjang sengaja tidak kuikat. Rambut panjangku adalah hasil kemenanganku sendiri. Ini hasil jerih payahku setelah memohon-mohon untuk membiarkan rambutku tumbuh. Seluruh badanku memar, terluka dan berdarah untuk memperjuangkan rambutku.

Ayahku, Axis, adalah seorang Singa.

Semua orang memiliki apa yang disebut sebagai Tanda. Ada lima Tanda yang diwakili oleh binatang, yaitu singa, kelinci, merpati, serigala dan burung hantu. Tanda di pergelangan tangan kanannya adalah singa yang menunjukkan gigi-gigi tajamnya yang menunjukkan dia seorang raja hutan. Seseorang yang memiliki Tanda Singa berarti ia memiliki keadilan dan kebijakan. Axis bukanlah sekedar singa biasa. Dia singa yang sangat kuat. Seluruh hidupnya dihabiskan dengan orang-orang meyakini bahwa dia raja yang pantas untuk Sanja. Junjungannya pada keadilanlah yang membuatku mendapat rambut panjangku.

"Kalau kau bisa mengalahkan semua orang di sini dan pantas menjadi jenderalku. Akan kubiarkan kau memiliki rambut yang panjang," ucapnya.

Itu janji yang diberikan Axis padaku. Umurku waktu itu baru tujuh tahun dan kepalaku digunduli oleh ayahku. Aku menangis mengatakan bahwa aku sangat jelek tetapi Axis tidak peduli. Dia bilang aku tidak boleh cantik.

Semenjak itu, memiliki rambut panjang adalah satu-satunya yang kuinginkan selain mendukung ayahku dengan tujuannya. Ayahku melucuti segala hal yang berbau feminim di hidupku. Sejak itu aku merasa hal-hal feminin adalah satu-satunya yang kuinginkan.

Janji itu membuatku digundul nyaris sebulan sekali. Aku lemah, aku manja dan aku tidak tahu bagaimana melawan. Semua lawanku adalah laki-laki entah yang besar, tua ataupun cerdas. Pada awalnya, ayahku memberiku lawan yang biasa-biasa saja hingga akhirnya ia selalu mencari alasan untuk mencukur rambutku. Axis mencarikanku lawan yang selalu membuatku kalah. Hingga umurku lima belas tahun dan seluruh bekas luka di tubuhku akhirnya hanya sekedar memar. Aku mulai memenangi pertarungan dan lebih cerdas dari semua orang yang ada di sini. Sudah dua tahun berlalu sejak terakhir kali ayahku mencukur rambutku.

Aku selalu ingat ketika ayahku mendudukkanku ketika bulan menjadi bulat sempurna. Ia mulai mencukur rambutku sampai habis dan aku hanya terdiam. Aku menatap bulan yang bulat dan memiliki bagian sedikit gelap. Rasanya meskipun bulan jauh di sana, aku bisa menangkap detil teksturnya.

Awalnya aku selalu ingin menang karena aku tidak mau rambutku hilang tetapi semakin lama aku melupakan fakta itu. Aku hanya ingin menang. Aku ingin mengalahkan semua orang. Aku ingin berambut panjang karena itu satu-satunya bukti kemenanganku.

Ayahku bilang itu juga karena aku sebagai perempuan dan tidak memiliki apa-apa. Aku tidak bisa mengubah kenyataan bahwa aku perempuan tetapi aku mampu mengubah hal yang kedua. Maka, aku harus menjadi berharga, lebih berharga daripada orang-orang yang memiliki Tanda dan menjadi yang lebih kuat dari yang lainnya.

The Last Song of Winged Messanger #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang