18. Arran

1 1 0
                                    

Larut malamnya setelah bertemu dengan Silas dan tangan kanannya—Terra—aku kembali ke istana bersama Loren. Loren hanya diam tanpa suara selama perjalanan. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan. Tetapi aku merasa sedikit bangga sekaligus ragu apakah apa yang kuucapkan saat bersama Silas itu membela atau menyinggungnya. Aku tidak pernah berada di keadaan sama seperti mereka tetapi seakan-akan aku tahu segalanya.

"Beristirahatlah, Loren," ucapku ketika aku memasuki istana.

Alih-alih mengucapkan apapun atau berpaling arah, ia berhenti di tengah jalannya. Aku menoleh ke arahnya dan ia menatapku ragu, "Terima kasih atas kata-katamu tadi, Pangeran."

Aku tersenyum tipis dan berbalik melanjutkan jalanku menuju kamar. Ketika masuk, kamarku tidak lagi berantakan seperti masa-masa perang. Kamarku bersih dan tidak tersentuh kecuali diriku sendiri. Buku-buku perang dan strategi dirapikan di lemari bukuku, pedang dan segala armor yang penting semua berada di kamarku. Ruang latihanku masih tetap dibersihkan tetapi kamarku merupakan larangan.

Baju biasa yang kukenakan agar bisa membaur dengan rakyat Sanja bukanlah sesuatu yang nyaman untuk kukenakan. Aku lebih senang mengenakan kemeja putih, vest, jas dan celana biruku. Aku mempunyainya lebih banyak daripada orang-orang kira. Aku mengganti bajuku dengan kemeja dan celanaku. Aku belum menginginkan untuk tidur, maka aku mengenakan vest-ku. Bagian lengan kemeja kugulung sampai ke siku.

Aku menatap jendela kamarku yang menampilkan halaman luas istana Kama dari bagian samping. Dari atas, aku bisa melihat para prajurit dan pelayan yang sibuk berlalu-lalang. Meskipun waktu telah nyaris larut malam, kegiatan di Istana Kama tidak pernah berhenti. Prajurit-prajurit tetap memiliki penjagaan malam dan para pelayan sibuk menyiapkan hari esok sekaligus selalu siap jika keluarga kerajaan membutuhkan sesuatu. Kesibukan mereka menenangkan pikiranku.

Tanda Silas mengonfirmasi apa yang kutakutkan. Ia adalah Singa, bukan Serigala. Hal ini jelas merupakan pengaruh besar bagi peperangan antara keluarga kerajaan dan Putri Axis. Aku seharusnya mulai berpikir untuk strategi baru tetapi aku mengesampingkan pikiran itu sejenak.

Aku berpikir tentang apa yang diucapkan Fopel tentang kekacauan yang terjadi di seluruh Sanja. Aku jelas tidak bisa mengatasi masalah tersebut dengan melarang Kelinci untuk tidak ikut berperang. Para Kelinci adalah subjek yang loyal seperti Loren yang siap untuk mati demi aku dan keluargaku. Serigala lebih berbahaya karena mereka bisa menjadi gila. Aku berpikir mungkin aku seharusnya tidak memikirkannya sendiri. Meskipun sudah dibebankan padaku, aku yakin Raja Osmon akan membantuku untuk menemukan solusi masalah ini.

Begitu banyak yang terjadi. Peperangan tetap terjadi sekaligus kerajaan harus tetap berlangsung. Aku tidak bisa memikirkan beban Raja Osmon. Menjadi Raja adalah sebuah beban yang berat. Peperangan harus tetap diatasi tetapi kerajaan harus tetap berjalan. Kemiskinan harus tetap diatasi, kekurangan bahan pangan tetap meminta solusi dan berhubungan antar kerajaan juga harus lancar. Semua itu dilakukan Raja Osmon sendiri, ia mencari seluruh solusi pada setiap masalah. Raja adalah bapak dari sebuah kerajaan. Ia harus tahu segala solusi dari suatu masalah. Ia harus selalu benar dan tentu saja, ia tidak selalu begitu.

Aku tidak pernah yakin dengan yang benar dan salah. Aku tidak pernah yakin apakah semua pilihanku benar, aku masih memiliki seorang ayah yang akan membenarkanku namun Raja Osmon memutuskan banyak hal sendiri. Ia harus menghadapi segala kesalahan dan kebenaran sendiri. Untuk dipuja atau dibenci.

Yang kupunya hanya keberanian, aku berani memutuskan sesuatu tetapi aku akan dimakan oleh akibatnya. Keputusanku masih dipengaruhi oleh situasiku sendiri bukan untuk kebaikan rakyatku. Semua keputusan Raja Osmon hanya untuk rakyat Sanja dan kupikir itu adalah pilihan yang baik. Ia dipercaya oleh rakyat karena itu ia harus memberi rakyat kesejahteraan. Itu adalah tujuan utama Raja Osmon. Aku ragu jika aku berada di tempat itu, akankah aku juga memedulikan rakyat seperti Raja Osmon?

The Last Song of Winged Messanger #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang