Aku berada di atas kencana bersama Putri Avita dan Ratu Florina. Kami sedang berada di perjalanan menuju Alun-alun Kota Kama.
"Aku bangga padamu," puji Ratu Florina datar. Aku menatap wajahnya yang kian hari semakin menjauh. Aku melihatnya tanpa Raja Osmon, ia tampak lebih sering berada di pikirannya.
Secercah kekhawatiran mengaliriku, untukku dan untuk Ibu Tiriku. Aku tidak tahu apakah ia menjauh karena ia baru saja kehilangan suaminya atau ia terlalu sibuk memikirkan rencana baru di kepalanya bersama Ordo Merpati, atau bahkan Merpati-Merpati lainnya.
Aku mengangguk atas pujiannya, "Terima kasih."
Putri Avita menatapku, "Berarti setelah ini, kakak akan menjadi raja?" tanyanya.
Aku tersenyum kecil, "Tentu saja, Dik. Semua akan kembali pada tempatnya."
Ironi karena semua orang di kencana ini tahu tidak akan ada yang kembali pada tempatnya. Semua tatanan berubah ketika ayahku mati dan aku harus mengambil tahtanya. Namun, setidaknya tidak ada masalah lagi setelah aku berhasil mematahkan pendapat orang-orang tentang kehebatan Silas.
Keheningan melingkupi dan otakku melayang ke kejadian di penjara bawah tanah. Silas mencakar-cakar wajahnya dan berteriak keras. Ia menangis dan memohon, entah kepada siapa pada awalnya hingga ia melihatku dan ia memohon untuk semua berhenti. Aku tidak tahu apakah ia menjadi gila, apakah ia tidak suka di penjara hingga ia membuat kegilaan itu. Tetapi aku bisa melihat ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Aku mencoba berbicara padanya di tengah teriakannya yang memekakkan sampai akhirnya aku menyerah dan membenturkan kepalanya keras. Namun, teriakan dan ekspresinya mampu membuatku bergidik bahkan setelah ia pingsan.
Aku bisa melihat kemarahan seorang Serigala sekaligus kegilaan Merpati di wajahnya. Bahkan ketika aku mencoba membayangkannya, aku masih mampu mendengarkan teriakan suaranya yang sangat keras.
Ketika aku bertemu dengannya lagi, aku mencoba menyimpan seluruh kengerianku. Bahkan aku melihat Loren yang berdiri kaku dengan matanya yang waspada. Tidak ada satupun orang yang tidak takut melihat kegilaan seperti itu lagi.
Aku merasa sedikit buruk ketika aku mempercayakan Silas pada Loren. Kita tidak tahu kapan gadis itu akan berteriak lagi tetapi aku juga tidak mungkin berada di penjara itu terus. Fopel mencariku begitu aku mengumumkan agar rakyat Sanja berkumpul di alun-alun. Dia berusaha mengorek informasi atas apa yang ingin kuucapkan. Biar dia tidak serangan jantung, katanya tetapi aku hanya menyeringai dan berbicara kalau aku akan menjadi sebentar lagi.
Keriuhan terdengar dari luar kencana. Kami telah sampai di alun-alun. Kami bertiga segera keluar begitu kencana berhenti. Sorak-sorai menyuarakan kami tetapi tidak terlalu kencang. Kerajaan Sanja masih berduka atas meninggalnya ayahku.
Bahkan aku dan keluargaku mengenakan pakaian biru muda tetapi tidak semegah biasanya. Seluruh Kerajaan Sanja masih menghormati kematian ayahku.
Aku menghilang ke dalam bangunan. Di lantai dua Gedung itu, aku telah melihat Silas berdiri dengan sedikit membungkuk di samping Loren. Mereka berdua mengingatkanku pada anjing dan pemiliknya. Wajah Silas tanpa emosi seperti sedang berpikir. Aku tidak bisa menerka apa yang dia pikirkan. Aku juga tidak tahu apakah kegilaan yang ia alami adalah normal untuknya.
Luka-luka di seluruh wajahnya telah memudar dengan cepat, rambut cepaknya yang lebih panjang daripada pertama kali aku berjumpanya dan kini memiliki bagian yang kosong. Ia menjambak rambutnya sendiri sampai beberapa bagian rambutnya tercabut saat ia menjadi gila. Meskipun ia telah dibersihkan sebelum ini, Silas terlihat seperti anjing yang dibuang di jalan.
Badannya sedikit menegak karena merasa diawasi olehku. Sedetik kemudian ia berhasil menemukanku. Ia menatapku dengan kepanikan seakan-akan teringat dengan sesuatu. Ia mengusap-usap pergelangan tangannya yang tidak memiliki Tanda. Kemudian, matanya tidak lagi ke arahku namun ke sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Song of Winged Messanger #1
FantasyThe Protector and The Rebel Silas, perempuan. Terlahir berbeda di dunia penuh Tanda di pergelangan tangan. Ia terlahir tanpa Tanda, ia terlahir sebagai prajurit dan juga anak dari pemimpin kelompok yang ingin menggulingkan kerajaan. Arran, putra mah...