Ini belum selesai. Ini tidak akan selesai. Aku menghela napas frustasi. Kencanaku dan kencana Raja dan Ratu berbeda. Kencanaku berisi aku dan Putri Avira, demi alasan kehati-hatian. Kencana Raja dan Ratu akan berhenti tepat di depan bangunan sedangkan kami akan berbelok memasuki halaman belakang bangunan pemerintah. Orang-orang hanya akan melihat sekilas wajah Pangeran dan Putri Kerajaan Sanja.
Putri Avira melirikku khawatir tetapi tidak berkata apapun. Ia tahu aku sedang tenggelam di pikiranku sendiri dan tidak ingin diganggu. Atau mungkin dia takut menggangguku. Apapun itu, aku tidak ingin berbicara pada siapapun sekarang.
Loren menjelaskan bahwa akibat peperangan ini, rakyat Kerajaan Sanja menjadi terpercah dua. Jika sebelumnya, mereka tidak membela salah satu pihak dan hanya diam di rumahnya. Namun, kejadian hari ini membuat sebagian dari mereka murka. Beberapa dari mereka bilang kami curang. Seakan-akan hidup bukan hal yang dipertaruhkan.
Kematian Axis membangkitkan semangat pemberontakan. Wajah Raja Osmon yang khawatir mengkonfirmasi itu. Ia sudah tahu akan ada masalah setelah kemenangan ini. Bahwa orang-orang akan senang bukan kepalang tetapi sebagian lagi murka. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi saat Raja Osmon akan berpidato tetapi aku memerintahkan Loren agar melakukan pengawasan kuat. Ia memberitahuku bahwa dari tiga jenderal yang menjalankan misiku hanya satu yang masih hidup. Pemberontakan ini telah berhasil melemahkan kerajaan.
Raja Osmon adalah Raja Kerajaan Sanja tetapi ia tidak familiar dengan peperangan seperti aku. Aku tahu semenjak aku dilahirkan, aku lahir sebagai prajurit; seorang kesatria. Aku memulai latihanku semenjak aku berumur lima tahun dan terus-menerus belajar. Aku membaca buku-buku perang, mengerti seni perang dan strategi-strategi yang dibutuhkan untuk berperang. Aku juga berlatih adu satu-lawan satu. Dari mengangkat pedang kayu sampai pedang biasa dan pedang paling tajam. Tangan kiriku mampu melakukan apa yang dilakukan tangan kananku. Aku tahu aku adalah pemimpin garda depan dalam pertahanan dan peperangan. Oleh karena itu, Raja Osmon mempercayakan segala keputusanku dalam pemberontakan ini. Ia mempercayakanku dengan jenderal-jenderalnya karena ia tahu aku lebih dari mampu.
Aku tidak tahu rencana apa yang akan kujalankan untuk menenangkan rakyat. Aku bahkan tidak tahu harus menggunakan pendekatan apapun agar kepercayaan rakyat tetap pada Kerajaan Sanja. Pemberontakan ini memecahkan fokus. Aku tahu malam ini akan diadakan pertemuan. Bukan hanya dengan seluruh pemimpin empat kota lainnya tetapi juga dengan satu-satunya jenderal yang masih hidup. Kami harus kembali mengambil alih kekuasaan. Kami harus meyakinkan bahwa kami telah menang dan Kerajaan Sanja masih berdiri lebih kuat daripada yang sebenarnya.
Putri Avira tiba-tiba memegang tanganku yang kapalan dan penuh luka, "Pangeran, jangan rusak jasmu," peringatnya.
Aku menyadari tanganku sedari tadi mencoba menarik-narik berbagai lencana dari jasku. Aku memejamkan mata mencoba mencari ketenangan di otakku. Aku tersenyum miring. Tidak ada yang tenang di otakku. Tidak pernah.
Tanganku yang satu lagi terangkat mengangkat tangan Avira yang berada di atas tanganku yang lainnya. Kuletakkan tangannya yang lembut itu ke atas pangkuannya. Kuremas sedikit dan aku mengepalkan tanganku sendiri. Aku sudah terbiasa dengan ini. Menahan seluruh keributan di otakku sepanjang hari dan meluapkannya sebelum tidur.
Beberapa saat kemudian, kami telah sampai. Gemuruh sorak-sorai; senang dan terkejut berada di belakang kencanaku seraya kami masuk ke bangunan pemerintahan. Ujung tombak itu berada tepat di belakang kami, dibawa oleh Loren dengan kuda.
Aku berdiri di bawah bayangan bersama Avira di balkon. Raja dan Ratu masih bersama kami menunggu aba-aba untuk boleh maju. Aku telah berdiskusi pada Raja Osmon masalah genting ini. Namun kita tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menenangkan rakyat yang gelisah dan gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Song of Winged Messanger #1
FantasyThe Protector and The Rebel Silas, perempuan. Terlahir berbeda di dunia penuh Tanda di pergelangan tangan. Ia terlahir tanpa Tanda, ia terlahir sebagai prajurit dan juga anak dari pemimpin kelompok yang ingin menggulingkan kerajaan. Arran, putra mah...