25. Arran

3 0 0
                                    

"Yang Mulia, surat untuk Anda." Fopel memberikan berbagai surat untukku di ruang kerja. Aku sibuk mengurus kertas-kertas yang ayahku tinggalkan untuk kuevaluasi dan kubaca. Siapa yang tahu bahwa delapan pulun persen pekerjaan menjadi raja adalah membaca kertas-kertas.

"Terima kasih, Fopel," ucapku, masih sambil membaca kertas-kertas.

"Tiga hari lagi kenaikan Anda, Yang Mulia. Adakah yang masih kau butuhkan?" tanya Fopel masih berdiri di ruang kerjaku.

Setelah memohon, memberikan pujian dan menunjukkan aku adalah raja yang layak untuk Sanja, Ordo Merpati akhirnya bersedia turun dari menaranya. Mereka bersiap untuk menobatkanku menjadi raja. Besok mereka akan berkunjung ke Istana Kama.

Tetapi memikirkan mereka membuat kepalaku pusing. Aku tidak pernah mengerti kenapa keputusan Merpati tentang layaknya aku menjadi Raja harus dipertimbangkan. Seumur hidupnya, mereka hanya mengurung dirinya di atas Bukit Merpati.

Aku menaikkan pandanganku dari kertas dan menatap Fopel, "Pastikan besok Ordo Merpati diperlakukan baik, Fopel."

"Baik, Yang Mulia."

"Ada lagi, Fopel?" tanyaku setelah penasihatku tidak pergi juga.

"Apa yang akan kau lakukan pada Putri Axis?"

Setelah apa yang terjadi di alun-alun, Silas kembali ke selnya. Aku belum memikirkan apa yang akan kulakukan padanya selain aku menyuruh Loren untuk mengawasinya.

Gadis itu terus berteriak dan menyiksa dirinya sendiri sampai Loren mengikat kaki dan tangannya agar ia tidak membunuh dirinya sendiri. Sebenarnya bukan masalah jika ia mati tetapi aku rasa kematian di selnya sendiri bukan kematian yang pas untuk seorang Pemberontak.

Aku menyuruh Loren untuk terus memberiku kabar terbaru tentang teriakan gadis itu. Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya.

Aku menunjukkan wajah yang malas dan berpikir sebentar, "Mungkin aku akan membunuhnya setelah aku benar-benar menjadi Raja," ucapku malas. "Tapi itu bukan urusanmu, Fopel." Nadaku menunjukkan kalau aku tidak mau disela.

"Baik, Yang Mulia." Setelah itu, Fopel melangkah pergi dari ruang kerjaku.

Aku menunggu selama sepuluh menit sebelum mencari surat yang hanya bertuliskan namaku dan garis miring berwarna merah.

Suratnya kali ini lebih panjang dari sebelumnya. Mereka tahu aku naik tahta dan akhirnya kita bisa melakukan apa yang selama ini ingin kami lakukan.

Yang Mulia Raja Arran,

Aku sampaikan selamat atas kenaikanmu sekaligus duka atas meninggalnya raja sebelumnya. Aku tidak sabar atas pembaruan yang akan Yang Mulia lakukan.

Namun, tidak hanya mengucapkan selamat dan menunggu gerakanmu selanjutnya. Aku juga ingin memberi tahu penemuan baru tentang dunia ini setelah Yang Mulia berpidato di alun-alun.

Dengan fakta bahwa Putri Pemberontak tidak memiliki Tanda mungkin ada hubungannya dengan perjuangan yang kita lakukan, Yang Mulia. Aku tidak tahu keanehan apalagi yang ia miliki dan kuyakin Yang Mulia tahu tetapi kami berhasil mengorek informasi bahwa Putri Pemberontak bukan yang pertama. Aku berhasil mencari tahu tentang keluarga Axis dan mendapati seluruh garis keluarganya dari bagian perempuan... semuanya tidak memiliki Tanda. Informasi ini masih kami cari tahu detailnya.

Kemudian, ada pergerakan aneh dari para Merpati di Bukit Merpati, Yang Mulia. Mereka tampak memiliki agenda tersendiri, aku masih tidak tahu apa itu tetapi mungkin kau bisa melihat keanehan itu pada Yang Mulia Ratu Florina. Mungkin itu hanya dugaanku tetapi kau harus berhati-hati.

The Last Song of Winged Messanger #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang