Bab 7

280 23 0
                                    

Masakan khas Korea terhidang di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masakan khas Korea terhidang di meja makan. Samgyeopsal, jjangmyeon, gamjathang, chicken, berbagai macam bancan. Mommy Chittip juga memasakkan mango sticky rice, khai jiao, dan gai yang.

Melihat berbagai macam makanan Jungkook tidak sabar menghabiskannya.

"Lisa-ya, cobalah ini ya nak, makan sesukamu". Jungkook-ie Eomma menawarkan hal-hal baik untuk dicobanya. Lisa bukan tipe yang suka pilih-pilih makanan. Selagi bumbunya pas, dia akan dengan lahap memakannya. Rasa masakan yang dibuat langsung oleh seorang Ibu memang ternyata se-enak ini. Lisa juga sesekali menerjemahkan percakapan Mommy-nya perihal membahas kehidupan Korea-Thailand.

Hidangan utama sudah di singkirkan, mereka menikmati anggur merah dan menyiapkan beberapa dessert.

"Nak, ibu dengar kau sedang berkencan dengan salah satu kenalanmu di Paris?"

"Iya Bu, kurasa dia orang baik, beberapa hari yang lalu Lisa menghabiskan waktu di Yunani bersama keluarganya".

"Jungkook-a, kapan kau akan mulai berkencan juga? Kau masih straight bukan?" Pertanyaan tidak terduga dari Ibu Jungkook, tapi Lisa mengertinya. Melihat raut muka kesal sahabatnya, membuat Lisa terkikik.

"Sudah kubilang aku tidak berminat berkencan Ibu, aku hanya memerdulikan army diluar sana". Ibunya menghela nafas ragu. Senang karna anaknya menyukai pekerjaannya namun sedikit khawatir mengenai hubungan asmara. Sejak kecil, Jungkook belum pernah menjalani hubungan bersama teman perempuan secara serius sampai SMA. Lalu sudah menggeluti pekerjaannya sebagai Idol sehingga tidak lagi memiliki waktu untuk mengurusi hubungan romance. Namun, bukanlah saat ini sudah lebih bisa leluasa. Bangtan yang sekarang sudah memiliki nama yang besar. Army juga melalui pantauan Ibunya beberapa pihak berpikiran terbuka akan kencan idolanya. Toh, mereka juga sesama manusia yang memiliki perasaan.

"Jungkook-a, kau tau bukan? Ibu tidak meragukanmu, tetapi melihat lingkungan mu seperti Taehyung, Namjoon, dan Jimin-a mulai menjalani hubungannya masing-masing, Ibu juga bolehkan berharap kau mencobanya setidaknya sebelum kamu berangkat wajib militer, nak?" Suasana berubah sedikit sendu mendengar penuturan seorang Ibu yang mengharapkan anaknya tidak kesepian tanpa kekasih. Lisa melihat raut muka sahabatnya yang tidak terbaca. Realita bahwa dirinya sudah memiliki kekasih, dan Ibu Jungkook berharap hal demikian terjadi pada anak bungsunya. Lisa mempertanyakan dirinya sendiri. Apakah dia siap melihat sahabatnya berkencan dengan wanita lain?

Tentu saja, mengapa tidak? Jungkook berhak mendapatkannya bukan? Tapi aku sedikit tidak rela.

"Eomma, jaebal. Untuk urusan ini biarkan hatiku yang memilihnya ya? Aku tidak mau terburu-buru dengan perasaan". 

Diam-diam Mommy Chittip melihat perbahan raut muka anaknya sedikit sendu. 

Rumah orangtua Jungkook sangat nyaman. Terdiri dari 1 kamar utama dan 2 kamar tamu. Kitchen hand tepat berada di depan ruang makan dengan warna tembok yang sama, white cream. Tipikal rumah menyongsong american style. Banyak lukisan abstrak bertengger di dinding yang dibuat secara langsung oleh masterpiece kepala rumah tangga, yang Lisa duga apabila dijual harganya juga tidak main-main. Sofa yang empuk di depan TV selebar satu meter. Pengharum ruangan beraroma lavender tak luput dari ruang keluarga.

Disinilah mereka berdua, kebun luar rumah yang sangat pas untuk bersantai. Memainkan ponsel masing-masing. Lisa bermain dengan obrolan grupnya. Jeon Jungkook aktif scrolling akun tiktoknya untuk melihat reaksi army terhadap album barunya. 

Omong-omong, Lisa masih mengenakan dress kuning selutut dan menekuk lututnya menduduki ayunan.

"Jung, kau mau kukenalkan dengan saudaraku di Thailand? Sepertinya kau masuk kriteria yang cocok untuk menjadi menantu idaman di negara asalku". Tingkah konyol Lisa kembali muncul.

Mengalihkan pandangannya dari ponsel, melihat mata Lisa dengan seksama. "Benarkah? kalau begitu jadikan saja aku menantu Mommy Chittip".

"Mana mungkin, Jung. Anak Mommy-ku hanya satu, aku tidak memiliki saudara kandung".

"Mengapa tidak mungkin? kau kan sahabatku dan kita sudah saling mengenal sejak lama". Lisa berhenti memainkan ponselnya dan menutup layar. Menatap mata Jungkook berharap ada secercah candaan disana. Tapi yang ada hanya tatapan gelap yang sulit diartikan.

Apa ini?

"Jung, kau tidak dapat bertingkah aneh seperti ini padaku dan please berhentilah menggodaku. Aku sudah memiliki kekasih tau, Frederic namanya kalau kau lupa!" Lisa menjawab dengan sedikit mendesis kesal. Tidak tau menau tingkah sahabatnya sejak saat itu membuat jantungnya berdegup tidak karu-karuan. Sebelum-sebelumnya Lisa sudah sering menghabiskan waktu bersama Jungkook. Tidur bersama seperti yang kalian tau. Pergi ke pantai menikmati sunset bersama member-deul walaupun hanya dengan memakai bikini, namun Lisa tidak pernah sekalipun memposting fotonya. Dia tidak pernah memiliki perasaan khusus dalam hal ini romance ke sahabatnya. Namun kali ini berbeda. Jungkook memiliki afeksi tersendiri yang hanya dengan tatapannya mampu membuat dirinya hanyut dan merasa panas. Suatu perasaan baru yang Lisa pikir ini semua terkait dengan hormon dirinya dan hal ini wajar. Tapi Lisa tak ayal kesal dengan perasaannya sendiri.

Mengapa perasaan seperti muncul dengan Jeon Jungkook sahabatnya? Damn!

"Dan benarkah kau tidak tergoda Ms. Manoban?" Jemari lincah Jungkook menggapai bareface kaki Lisa yang bertengger di ayunan membuat udara di sekitar tiba-tiba terasa panas. Dengan gerakan gesit meluruskan kaki Lisa supaya menumpuk kakinya. Lalu memberikan sapuan halus sampai ke lutut.

Sial! Iblis mana yang telah merasuki sahabatnya sehingga bertingkah sangat seksi. Ditambah sapuan dingin udara malam menyentuh kulitnya dan terasa memanas akibat ulah Jungkook.

"J-Jung, ada orangtua kita di dalam". Lisa mendesis kendati menolak atau setidaknya memberikan peringatan lebih tajam ke Jungkook. Dia justru termakan godaan. Lagi-lagi dia tak mampu melawan.

"Kalau begitu janganlah bersuara. Mereka tidak akan mendengar kalau kau dapat mengatur suaramu dengan baik".

Fuck Mr. Jeon!

AmbivalenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang