"Aku juga suka kalau kau suka".
Pernyataan ini menjadi highlights terulang di memori otak Lisa. Kata-katanya sangat sederhana. Tapi sangat tulus. Hingga kemungkinan akan berbekas.
"Baiklah, aku akan memberi ucapan spesial untukmu. Dengarkan baik-baik ya". Dijawab dengan anggaran mantap. Jungkook duduk di bagian sofa yang tersisa. Namun tangannya refleks terulur membenarkan anak rambut Lisa yang sedikit menutupi matanya. Jarinya menyisir poni yang tak direncanakan menyusuri pelipis kiri sahabatnya. Dan berakhir di belakang daun telinga. Help!
Dug dug. Dug dug. Demi apapun Lisa menahan napas. Detakan jantungnya bahkan terdengar kencang di telinganya sendiri. Sadarlah Lis! Dirinya tahu, Jeon Jungkook memiliki sisi yang cenderung cukup bahkan mendekati sangat . . . perhatian. Namun mengapa Lisa baru menyadarinya akhir-akhir ini. Tak elak pula, sisi perhatian ini sedikit banyak membuat Jungkook memiliki image player bagi Lisa.
This is a warning and maybe can be dangerous!
"E-ekhem okay. Terimakasih sudah merapikan anak rambutku. J-jaaadi hari ini kau hebat! Army pasti sangat menyukai penampilanmu, Jung! Begitu pula Bibi, Aera, dan aku sangat sangat menyukainya. I'm happy for that!" Terbesit senyum tulus disana. Lisa melayangkan simbol heurteu. Kemudian yang dilihat oleh kacamata Jungkook. Lisa-ya terlalu menggemaskan.
Pfft. Jeon Jungkook tertawa melihat tingkat tak terduga sahabatnya. Hearteu. Lalu keduanya tertawa. Entah karna tingkat menggemaskan keduanya atau karna menertawai tingkah konyol mereka akhir-akhir ini.
Beginilah siklusnya. Berantem gara-gara tingkah nakal Jungkook. Lalu Lisa yang menjauhi dirinya. Namun dua minggu kemudian Lisa sendiri yang dibawah alkohol mencium Jungkook terlebih dahulu. Dan jangan lupakan bahwa Jungkook lah yang membuat ciuman itu lebih panas di bawah temaram lampu depan pintu apartemen Lisa karna pintu yang tak terbuka gara-gara Lisa ganti sandi. Kemudian Jungkook yang secara sadar merasa bersalah dan memutuskan untuk tidak akan membahas perihal ciuman di depan pintu terlebih dahulu kalau Lisa tidak mengingatnya. Namun justru kenyataan bahwa sahabatnya tak mengingat kejadian malam itu, that's fvcking kisses! Kisseu! Membuat saraf hatinya panas dan memutuskan untuk membalas dendam! Wah wah sangat kacau. Belum keadaan Lisa sekarang yang sudah mengingatnya membuat suasana pertemuan tadi cukup canggung. Beruntung Lisa tipe sahabat yang mudah berbaur. Buktinya dengan tembakan hearteu mampu membuat suasana sedikit mencair. Lalu sedikit demi sedikit tawa yang mengisi ruangan terdiam. Digantikan perubahan ekspresi dari mimik muka Jeon Jungkook.
"Hmm aku tahu. Terimakasih sudah datang dan mengucapkan kata-kata yang manis. Sejujurnya kau hadir disini sudah cukup. Hari ini aku bahagia. Berkat eomma, army, memberdeul dan kau. Okey, selain itu kau kesini- - -" Terdapat beberapa jeda sebelum Jungkook kembali membuka suara. . .
Secepat itu, apakah Jungkook akan langsung membahasnya?! Batin Lisa khawatir.
"Untuk menagih janjiku bukan?"
Lisa menganggukan kepalanya sebagai tanda jawaban. Dia tak ingin terlalu terlihat bahwa dirinya datang ke konser hanya karna menagih janji. Yeah walaupun kenyataannya begitu. Tapi sekarang, datang ke konser Jungkook ternyata sangat menyenangkan dan membanggakan. Namun sebelum Jungkook berucap-
Tok Tok Tok
Seseorang mengetuk pintu.
"Aku belum selesai berbicara, tunggulah sebentar".
Beranjak dari sofa lalu melihat dari kaca kecil pintu. Managernya. Jungkook membukakan pintu untuknya kemudian mempersilahkan masuk.
"Jungkook-a, kau belum bersiap-siap pulang?-" Sebelum matanya melihat kehadiran Lisa juga disana. "Oh! yeah, Lalisa bukan? Annyeonghaseyo".
"Iya, halo Oppa. Sudah lama tak bertemu kembali". Manager-nim. Lisa menyengir kuda kedapatan sedang berada di bilik ganti anak asuhnya.
"Aku masih akan disini beberapa saat lagi hyung. Kalau kau tidak keberatan, pulanglah terlebih dahulu. Aku akan pulang memesan driver". Jungkook menyusul menjawab. Eoh? Apakah Lisa tak salah mendengar? Mengapa dia tak pulang bersamanya saja? Pikir Lisa dalam hati.
"Jangan, kook. Hyung tunggu sampai selesai dan akan mengantar kalian berdua. Kalian pasti lelah setelah seharian".
"Benarkah? Terimakasih hyung!"
"Baiklah, kutunggu diluar. Ah dan juga, Lisa-ssi lain kali mampirlah ke rumahku ya. Istriku merindukanmu. Kami akan memasakkan makanan yang enak".
Manager-nim memanglah sangat perhatian pada artisnya. Juga padanya. Setelah menutup daun pintu kembali, mereka melanjutkan pembicaraan. Kembali duduk di sofa, menatap lawan bicaranya.
"Tentang hal itu. Apakah kita melakukannya?" Lisa cukup merasa kikuk ditatap dengan tatapan yang lekat seperti itu.
"Apakah kau pikir aku melakukannya?" Tidak. Itulah dugaan Lisa. Dia merasa sahabatnya tidak akan melampaui batas terlebih dirinya saat itu tidak sadarkan diri. Namun tetap saja, mengapa memori ingatannya hanya sampai di depan apartemennya sendiri. Mengapa dirinya bangun hanya dengan underware? Lisa menundukkan wajahnya. Malu.
"Ck, Lisa-ya ketika berbicara tetaplah lawab bicaramu . . . kau benar-benar tak ingat ya? Apakah perlu kubantu supaya kau ingat?"
"Jjajeuna jjinjaa. Araseo! Aku mengingatnya. I'm so embarrassed about it. I'm sorry for kissing you first. But it's under alcohol effect you know? I-it didn't mean anything!".
Dengan tatapan menyelidik dan tajam "You're lying".
"W-what? I'm not! Apa maksudmu dengan aku berbohong?".
"Perlukah aku memastikannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalence
FanfictionBerhentilah menggodaku Jung. Aku memiliki kekasih, Frederic namanya kalau kau lupa! Dan benarkah kau tidak tergoda Ms. Manoban? Oh shut the fuck up! This man will not making easy at all! Genre: friendship, mature, konyol. -Cerita ini hanyalah karang...