[WARNING!!⚠️]
[ Memiliki unsur kekerasan + Blood. Harap bijak dalam membaca ]Serena memiliki berbagai keinginan saat dirinya masih hidup di dunia asal nya.
Keinginan pertama adalah pergi jalan jalan bersama kedua orang tua sambung nya.
Keinginan keduanya adalah, memiliki pria yang ia cintai.
Namun dua duanya tak terkabulkan karena dirinya lebih dahulu mati.
Tetapi, tuhan begitu baik melemparkan tubuhnya kedunia lain yang merupakan dirinya juga. Namun, memiliki kisah yang berbeda.
Serena didunia baru adalah Anak kandung seorang Viana Rosalina dan Diablo Bramaja.
Senang? tentu saja, apa lagi dirinya barhasil menarik perhatian seorang Jeyden Jayaputra yang dulunya tidak menyukai dirinya.
Namun ternyata kesenangan itu semua berakhir. Dunia ini benar benar tak ada yang abadi.
___
DORR
DORRLutut Serena lemas bukan main. Tubuhnya sudah tak kuat menahan rasa sakit yang tiba tiba menyengat. Tangan kanan Serena memegang bahu nya yang terasa sakit.
Peluru yang entah datang dari mana menancap sempurna di bahunya.
"ARGHH" erangan Serena sedikit tertahan, dirinya harus berjalan kearah lorong yang lebih banyak manusia.
"ASTAGA!" Serena melirik pria yang berada di hadapannya. Nampak pria itu keluar dari dalam gudang.
"KAK SERENA!?"
"LO KENAPA!?"
"J-jangan banyak tanya ronal, c-cepet bantu gu-e" Serena menahan nafasnya, mengatur kembali rasa sakit yang terus menjalar.
Ronal yang baru saja pulang olimpiade dan memiliki keinginan tidur didalam gudang dengan nyaman malah di sambut suara tembakan dan berakhir dirinya melihat pacar kakak kelasnya yang tertembak.
"C-CEPAT" Ronal yang merasa panik langsung mencari kain didalam gudang, untuk menahan darah yang mengalir dibahu Serena.
"K-kak, pake ini dulu" Ronal gugup, lalu membantu serena untuk mengikat kain putih itu di bahu nya.
Ronal memapah Serena sambik melirik lorong yang sepi. Seperti nya mereka semua belajar.
"Ini dekat dengan kelas kak Jeyden, ayo kita panggil dia kak"
Serena tak menjawab, wajahnya sudah pucat sambil memegangi darah yang mengalir.
Apa ini akhir hidup nya?
__
Jeyden melirik bosan papan tulis Guru sejarah itu meminta mereka mengerjakan soal yang sudah berada di papan tulis."Bosen" Keluh Kenneth, pria itu sudah selesai karena di bantu Arlo.
"Heh jangan berisik" Ucap Putra sambil membalikkan badannya kebelakang.
"Anak anak sebentar ya ibu keluar dulu" Bu Adila berjalan keluar kelas untuk mengangkat panggilan yang masuk.
"Lo pada mikir gak sih, siapa suami bu Adila" Tanya Putra, pria itu membalikkan badannya kebelakang untuk mengobrol dengan teman temannya.
"Brisik" jawab mereka bersamaan
Bagas tertawa saat putra diomeli oleh Jeyden.
"ASTAGA SERENA!!"
Teriakan bu Adila membuat siswa siswi dikelas Jeyden melirik keluar, apa lagi guru itu meneriaki nama Serena.
"Serena kenapa? bu Adila teriak gitu"Tanya Putra
"JEYDEN CEPAT SINI! SERENA BERDARAH!"
Jeyden terkejut, dengan gesit Jeyden keluar kelas mengikuti arah bu Adila.
Arlo dan yang lainnya ikut keluar untuk memastikan, begitu pula siswa siswi lainnya.
Jeyden menghampiri Serena yang dibawa oleh Ronal dengan tubuh sudah penuh darah.
"B-bang K-kak S-erena" Ronal sedikit takut saat merasakan aura Jeyden
"SIAPIN MOBIL BODOH!" Ronal berlari bersama Kenneth menuju parkiran.
Para guru dari beberapa kelas keluar untuk memeriksa keributan yang terjadi.
"Serena hey sayang" Jeyden menepuk pipi Serena yang dingin.
"Sayang"
"J-jeyden, J-erck" Setelah itu Serena kehilangan kesadaran nya. Jeyden langsung menggendong Serena dan berlari, Kerumunan siswa dibuka oleh Bagas, Putra, dan Arlo.
"Arlo! Serena mana!" Jennifer dan Viona menghampiri Arlo sambil menangis.
"Dibawa kerumah sakit, lo berdua nyusul ajah, bawa tas serena dan urus orang tua serena" Jennifer dan Viona mengangguk lalu kembali berlari kedalam kelas, mengurus per izin an mereka semua pada hari itu.
Dan hari itu pun anak anak dipulangkan akibat penembakan yang terjadi.
___
Jeyden menunggu diluar ruangan ICU bersama yang lain, baju seragam Jeyden sudah berlumuran darah Serena.
"Ronal, ceritain kejadian nya" Jeyden menatap ronal dengan tatapan tajam, dia berharap menangkap pelaku penembakan terhadap gadisnya.
"Gue gak tau awal mulanya bang, yang gue tau, pas gue keluar gudang karna mau ngecek suara tembakan, gue udah liat kak Serena berlumuran darah"Jawab Ronal.
"Tapi selama dijalan ke kelas lo, kak Serena selalu manggil nama Jerck"Lanjut Ronal.
Jeyden terdiam, sebelum Serena kehilangan kesadaran nya, Jeyden juga mendengar Serena memanggil nama Jerck.
"Putra, lo tau harus apa" Putra meneguk ludahnya kasar, pasti Jeyden meminta nya untuk mencari informasi tentang Jerck.
"Arlo lo urus pandangan publik soal kejadian hari ini" Ucap Jeyden
"Gue rasa lo harusnya udah tau dalangnya siapa Jeyden" Arlo menatap Jeyden.
"Musuh lama yang belum selesai urusannya" Arlo menepuk pundak Jeyden lalu menarik Putra untuk melaksanakan tugas mereka.
"Bagas.."
"Gue udah hubungi pengacara Theo buat urus semuanya, lo jangan khawatir, ortu lo sama ortu Serena udah jalan kesini bareng sama Jennifer"
"Ronal, lo hubungi Cleo buat bantu urusan hukum" ucap Jeyden.
"Cleo udah gue hubungi kok, lo jemput dia dibandara langsung kesini" Ronal mengangguk, lalu berpamitan untuk pergi menjemput Cleo.
Hari ini cukup panjang bagi mereka, Orang tua Serena datang dengan tangisan, Jeyden yang mengurus semua kasus penembakan Serena.
Dan, Serena yang mengalami koma.
"Jeyden, saya percayakan kepada kamu" Diablo menatap calon menantunya.
"Iya pa, Jeyden bakal tangkep pelakunya" Jeyden berlalu bersama Bagas dan Kenneth, mereka harus segera menyelesaikan urusan mereka.
WARN⚠️
Kategori cerita:↓
(21+) (19+) Bijak dalam membaca. Bijak dalam mengartikan. Bijak dalam memilih cerita.Hallo semua! Disini bersama NAJE!
Selamat datang di dunia Serena! sebelumnya Naje mau ucapin terima kasih ke kalian yang sudah mau VOTE KOMEN DAN FOLLOW ACC Naje!Sampai Jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENA | TRANSMIGRASI [END]
Novela JuvenilTAHAP REVISI!! [FOLLOW DULU YA] Warn!!! 21+ 19+ bijak dalam membaca dan bijak dalam memilih serta mengartikan! Serena Senlyna, bukan seperti gadis pada umumnya yang dapat memiliki kehidupan yang normal. Serena harus ikut campur dengan dunia yang gel...