Bab 19

16.5K 1K 19
                                    

Angkasa memilih merebahkan diri ke brangkar setelah kepergian Rainy. Julia yang semula berdiri lalu mengambil duduk di samping brangkar Angkasa.

"Kenapa mas ngebiarin Rainy masuk kesini? Apakah mas ga takut dia bikin ulah lagi?" Julia tentu kuatir dengan Angkasa. Kalau-kalau Rainy berbuat buruk kepada Angkasa.

Perempuan itu pernah masuk ke jeruji besi karena ingin mencelakai Angkasa. Itu yang Julia tahu. Yang kedua perempuan itu telah menghancurkan pesta pertunangannya. Yang justru berakhir mempermalukan diri Rainy sendiri.

Andaikan ia bisa mengenyahkan Rainy dan itu tidak bertentangan dengan hukum. Pasti Julia akan melakukannya.

"Aku ingin istirahat Jul. Badanku sangat lelah" Angkasa enggan menjawab pertanyaan Julia. Ia justru membuat-buat alasan untuk menghindari ocehan gadis itu. Angkasa terlalu malas berdebat dengan mantan tunangannya.

Pada akhirnya Angkasa memang menolak permintaan orang tua Julia untuk melanjutkan pertunangan mereka kembali. Angkasa tidak pernah mencintai Julia. Untuk itu dia menolak. Dia tidak ingin menyakiti hati Julia lebih jauh lagi.

Namun bukan alasan ini yang Julia tahu dari enggannya Angkasa melanjutkan hubungan mereka. Melainkan pembatalan pertunangan oleh orang tua Julia karena tidak mempercayai Angkasa sejak insiden itu. Angkasa kecewa karena orang tua Julia tidak berada dipihaknya.

Namun Angkasa dan Julia sepakat untuk tetap menjalin pertemanan. Meskipun Julia masih sangat berharap hubungan mereka masih bisa berlanjut ke jenjang pernikahan.

"Tidurlah mas. Aku tahu kamu butuh banyak istirahat. Aku akan di sini sebentar lagi"

Julia memilih menyibukkan diri di kamar inap Angkasa. Ia memasukan bunga mawar yang dibawanya ke dalam vas. Vas itu ia letakkan di atas nakas di samping brangkar Angkasa.

Tidak lupa ia juga membuang makanan yang dibawakan Rainy untuk Angkasa ke dalam tempat sampah. Julia tidak mau ambil resiko jika benar Rainy menaruh racun di makanan Angkasa.

Angkasa hanya menatap kecewa tindakan Julia yang tidak meminta persetujuannya terlebih dahulu. Namun ia tidak mau ambil pusing.

Lebih baik ia segera memejamkan mata. Istirahat yang banyak akan membuat tubuhnya lekas pulih kembali.

****

Angkasa hari ini sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, Angkasa sengaja meminta Bagas untuk mampir ke apartemen yang dulu ia pernah beli untuk tinggal bersama Rainy. Entah mengapa hari ini Angkasa ingin menyambangi tempat yang sudah ia tinggalkan dua setangah tahun yang lalu. Mungkin ia rindu pada sosok Rainy dan ingin mengenang kebersamaan mereka yang dulu.

Angkasa dulu merencanakan balas dendamnya dengan sangat matang. Ia bisa meyakinkan Rainy dengan kebohongannya. Menikahi Rainy di bawah tangan. Tanpa dihadiri oleh keluarga Angkasa dan tamu undangan. Tidak ada pesta pernikahan. Dan hanya diajak tinggal di apartemen yang sempit.

Angkasa tidak pernah membawa Rainy ke rumah utama. Pria itu awalnya tidak sudi jika Rainy menginjakkan kakinya di rumah mewah itu.

Bahkan Rainy mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri. Tanpa bantuan dari Asisten Rumah Tangga ataupun sedikit bantuan dari Angkasa. Rainy tidak pernah protes, meskipun Angkasa sebenarnya mampu menggaji puluhan ART sekaligus.

Tiba di depan pintu apartemen, Angkasa membuka pintu dengan kode pass yang sejak awal ia tidak pernah ubah. Tanggal pernikahannya dan Rainy.

Tepat hari ini, tiga tahun yang lalu. Ia membuka pintu neraka untuk Rainy yang polos. Rainy yang mengira akan mendapatkan surga dari dirinya.

Angkasa menghela nafas perlahan kala memasuki apartemen lamanya. Apartemen ini masih terawat dengan baik karena tiap hari ada petugas kebersihan yang menjaga apartemen ini.

Bahkan tumbuhan kaktus yang seingat Angkasa ditanam oleh Rainy saat awal mereka menikah juga masih tumbuh dengan subur.

Angkasa memasuki walk in Closet. Ia membuka pintu lemari dan mengambil barang yang belum pernah ia jamah kembali setelah mengambilnya dari pemilik yang lama.

Payung berwarna merah. Benda yang menjadi saksi bisu awal mula ia masuk ke dalam kehidupan Rainy.

Angkasa membuka payung itu. Ternyata masih berfungsi dengan baik. Mungkin karena tidak pernah dipakai. Hanya saja warna di beberapa bagian sudah agak memudar.

Lalu ia beralih pada album yang dulu ia ambil dari kamar Rainy. Angkasa belum pernah membukanya sama sekali sejak ia mengambil benda itu dari kamar pemiliknya yang lama.

Angkasa mengambil duduk di lantai. Ia ingin tahu kehidupan Rainy dahulu sebelum ia menghancurkannya.

Ia hanya ingin mengenal Rainy lebih jauh meskipun saat ini sudah sangat terlambat.

Halaman pertama, ia melihat Rainy kecil yang baru lahir. Ada foto ibu Rainy dan ayah kandung Rainy. Mereka nampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Rainy ternyata lahir selisih satu bulan dengan tanggal pernikahan mereka.

Bahkan tanggal kelahiran Rainy-pun Angkasa sangat tak acuh. Ia dulu bahkan tak tahu dan tak mau tahu.

Halaman kedua ia melihat Rainy yang mulai beranjak sekolah. Rainy terlihat lucu dengan rambut yang dikucir dua. Dia menggunakan seragam merah putih kala itu. Pipinya yang sedikit cuby membuat penampilan Rainy kecil sungguh sangat menggemaskan.

Tanpa sengaja Angkasa mengulas segaris senyum melihat penampilan Rainy. Hati Angkasa menghangat melihat Rainy kecil yang nampak bahagia terlihat pada cetakan kertas di album kenangan milik perempuan itu.

Angkasa membuka lembaran ke tiga. Ia menemukan sepucuk surat yang masih tersimpan di dalam amplop yang sudah terbuka.

Angkasa mengeluarkan surat itu. Ia membuka surat yang di dalamnya berisi tiga lembar kertas yang bertuliskan tulisan tangan.

Tulisan tangan ini sungguh familiar. Ia masih ingat betul tulisan tangan itu milik siapa.Tulisan tangan itu milik ayah Angkasa. Tulisan papa Akhsan Wiratama.

Surat itu ditujukan kepada ibu kandung Rainy. Bahkan tanggal di surat itu tertera tanggal tiga tahun setelah Angkasa dilahirkan.

Angkasa membaca lamat-lamat surat itu karena ada sebagian tintanya yang sedikit memudar yang ditulis pada lembar kertas yang mulai usang.

Amarah Angkasa bergelegak kala membaca isi surat itu. Dadanya bergemuruh menahan rasa amarah yang entah ia harus tujukan kepada siapa.

Angkasa mengepalkan tangannya. Bahkan pria itu sampai menghanantamkan kepalan tangannya ke arah kaca yang tidak berdosa. Kaca itu pecah berkeping-keping. Pecahan kaca itu berserak bercampur dengan darah Angkasa yang mulai menetes.

Bunyi hantaman itu cukup keras. Nyaring terdengar di telinga Bagas. Bagas yang sedang menyeduh teh di pantry apartemen bergegas berlari ke arah walk in closet.

"Pak...." Ucapan Bagas tercekat. Tak mampu melewati kerongkongan kala melihat kondisi Angkasa yang nampak menyedihkan.

Bagas mendekat, mencoba mebujuk Angkasa untuk pergi ke rumah sakit karena harus mengobati lukanya.

Namun gelengan kepala yang hanya didapati Bagas kala Angaksa berkeras untuk tidak mau pergi.

Bagas mengambil kotak obat. Membersihkan luka Angkasa kemudian membebatnya dengan perban. Namun perban itu tak sanggup menahan rembesan darah dari punggung tangan Angkasa.

"Pak kita harus ke rumah sakit"

Angkasa bergeming. Mengabaikan ucapan Bagas. Ia masih terduduk di lantai tidak memperdulikan pesakitan di tangannya.

Angaksa lebih memilih mengambil ponsel di saku celananya. Ia mendial nomor seseorang. Pada deringan ke tiga akhirnya panggilan itu diangkat.

"Ada yang ingin aku tanyakan pada tante. Aku harap tante tidak akan menutupi kebenaran yang seharusnya aku ketahui"

Update lebih cepat di KBM dan Karyakarsa (link ada di bio 🤗)

Angkasa Membenci Hujan (Masih Lengkap-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang