Sepulang dari kegiatan volunteer, Abidzar menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ia baru saja menginjakkan kaki di kos rumahnya sekitar 30 menit yang lalu. Abi langsung membersihkan tubuhnya karena memang tubuhnya tadi sudah basah oleh keringat. Ditambah Abi juga sudah sangat lapar, sehingga selepas mandi tadi Abi langsung menyantap makanan yang sudah dibelinya. Tubuhnya rasanya begitu remuk setelah seharian mengikuti kegiatan di luar tadi. Sebenarnya sekitar pukul setengah 7 tadi mereka sudah pulang, namun Abi mengajak Nuca mencari makan untuk mengisi perutnya yang kelaparan. Pilihan saat itu jatuh ke makanan pedas, namun agaknya keputusan yang Nuca buat tersebut membuat mereka menyesal. Pasalnya, Nuca yang ingin makan gurame bakar pedas itu mengajukan saran untuk makan di resto yang baru buka. Lokasinya tak jauh dari kampus mereka, mungkin 7 menit jika naik motor. Namun, saat sampai disana Abi langsung mendaratkan keplakan keras di bahu Nuca karena ia dan Nuca mendapatkan antrian 89. Abi yang kepalang lapar itu jelas saja marah pada Nuca. Cowok itu hanya bisa meringis mendapatkan geplakan maut dari Abi. Cukup sakit memang namun Nuca tak akan bisa protes karena takut.
Abidzar membuka ponselnya, tadi Abi memang tak sempat membuka ponsel. Dan, ponselnya tadi ia matikan agar tidak mengganggu kegiatannya. Baru saja ponsel itu hidup, ratusan notifikasi langsung masuk ke dalam ponsel Abi. Pesan yang masuk sangat banyak, tak hentinya Abi mendapatkan notifikasi dari beberapa grup di ponselnya.
Program MKMDPN (8 Agustus-12 Desember)
Pak Dendy: Silahkan di lihat dan di cek nama kalian di daftar ini ya. Bagi yang lolos, mohon segera konfirmasi ke nomor contact person yang tertera agar kalian diberikan grup resmi dan nomor ponsel DPL kalian.
Pak Dendy: nama peserta lolos MKMDPN Universitas Mindana Yudha.pdf
Abidzar buru-buru membuka file tersebut. Cowok itu mencari namanya di kolom pencarian. Abi agak harap-harap cemas apakah dirinya nanti diterima atau tidak. Abi menelisik satu persatu nama-nama yang ada disana. Ia menggeser jemarinya perlahan untuk menemukan namanya.
Kelompok 17 - Desa Saptadwingga, Area Pesisir Malang Selatan, DPL: Aliansyah Baskoro.
1. Abidzar Aditama, FEB/Manajemen.
2. Azkia Naluna Frissa, FMIPA/Biologi.
3. Azkara Dwinggala Fahsyar, FISIP/Ilmu politik
4. Jevian Ganendra Mada Pradana, FMIPA/Matematika
5. Keivano Danendra, FT/Teknik Elektro
6. Nadea Asyfani Deefansya, FPsi, Psikologi.
7. Nafisya Aurel Salsabilla, FIB/Sastra Indonesia.
8. Senapati Alfian Danugroho, FIK/Pendidikan Keolahragaan
Abi menghembuskan napasnya pelan. Ia menghentikan jemarinya kala melihat namanya terpampang jelas di kelompok 17. Ada 7 manusia lain dari berbagai fakultas, dan Abi tidak mengenal mereka. Abi sempat membaca pesan-pesan dari anak lain yang bingung mencari nomor mereka. Abidzar sendiri tak terlalu memusingkan itu, tubuhnya rasanya sudah sangat lelah. Ia saja tak tertarik untuk membalas pesan dari Pak Dendy. Bodo amat lah sudah, begitu pikirnya. Abidzar meletakkan ponselnya kembali, kali ini ia memejamkan matanya dan berusaha menekan rasa lelahnya dengan cepat terlelap. Abidzar membiarkan ponselnya terus berdenting. Berhubung tenaganya sudah terkuras habis, jadi Abi memutuskan tak melihat lebih dulu siapa saja yang menghubunginya. Disaat yang bersamaan, ada beberapa nomor tak dikenal yang menghubunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avec Vous
Teen FictionIni tentang cerita para manusia dari berbagai latar belakang yang berbeda. Dengan sifat dan kerandoman yang tiada tara. Mereka dipertemukan dalam satu program yang diselenggarakan dari kampus mereka dalam serangkaian kegiatan kampus mengabdi bertaju...