017: Hujan

17 11 0
                                    

"Senaaa, almamaterku mana?!" teriak Nafisya dengan heboh. Perempuan itu melongokkan kepalanya di pintu belakang untuk mencari keberadaan Senapati Alfian. Bukannya mendapati Sena, Nafisya malah disapa asap rokok yang berhembus di depan wajahnya.

"Azka!" teriak Nafisya, gadis itu mengibas-ngibaskan wajahnya yang terkena asap rokok. Ia menatap kesal pada Azka yang kini berdiri di dekat pintu belakang sembari merokok.

"Sorry Sya," ujar cowok itu dengan ringan. Wajah Nafisya sudah begitu kecut, tapi kembali ia tetap menatap ke sekeliling mencari keberadaan Sena.

"Sena dimana?" tuntutnya dengan wajah bersungut, Azka hanya melirik Nafisya sekilas.

"Di penutup itu kayanya," ujar Azka enteng, Nafisya langsung menatap ke arah penutup di blumbang belakang rumah pengabdian. Azka hanya menjawab iseng sebenarnya, karena ia tak tau Senapati dimana. Ibaratnya, akhir-akhir ini Sena hampir balapan dengan ayam untuk bangun tidur. Dan, lelaki itu sudah hilang di halaman belakang dengan aktivitas barunya.

Pernah Abidzar dibuat panik setengah mati karena mencari Sena di jam 4 pagi. Hebohlah satu kelompok saat itu, karena mereka pikir Sena di culik dedemit. Ternyata Sena malah duduk di belakang sembari memberi makan ayam-ayam tetangga. Hal itu menjadi hal biasa yang sudah tak diherankan lagi oleh seluruh orang.

"Ketularan Sena Jev?" tanya Nafisya agak sewot, gadis itu menatap heran pada sosok rupawan yang kini tengah memberi makan anak ayam.

Jevian terkekeh, "Jangan begitu, Sya. Lagian juga kan bagus meneruskan kebiasaan baik Sena ngasih makan hewan," tukasnya sembari tersenyum, "Tuh, lihat. Banyak anaknya dia," sambungnya sembari menunjuk ke dua induk ayam yang memiliki banyak anak di belakangnya.

Nafisya mendengus, "Serah dah ah," sungutnya menggebu. Berbeda dengan teman-temannya yang pada menikmati pagi hari, Nafisya memang begitu emosi karena tisu basah miliknya lenyap sehabis Sena pakai mengelap tai ayam.

Nafisya berjalan terburu-buru menuju ke penutup sederhana yang ada di blumbang. Ia masuk tanpa permisi, namun betapa kagetnya ia karena bukannya mendapati Sena, Nafisya malah mendapati Keivano yang tengah pup.

"Waaaa!" teriaknya dengan histeris, Keivano juga kaget bukan main karenanya. Nafisya langsung berlari keluar, sementara Keivano yang ada di dalam juga sama kagetnya. Nafisya terengah, ia memegangi dadanya yang ngos-ngosan.

Disisi lain, Sena sedang terlarut dengan kegiatan barunya. Lelaki itu tengah menyerok ikan di kali. Sena bahkan melupakan jika hari ini dia menjadi pengawas ujian. Saking serunya, Sena juga melupakan jika ia belum membersihkan dirinya sendiri. Sena memang memiliki hobi baru, menyerok ikan di kali. Itu juga atas racun anak-anak lesnya yang mengajaknya mencari ikan.

"Hiyaaa, dapet dua!" teriak Sena dengan kencang. Lai-laki itu larut dalam perasaan senang yang tak terkira. Sena melompat di kali, ia kemudian memasukkan hasil tangkapannya ke dalam kaleng kecil di sebelahnya.

Abidzar yang juga baru berjalan-jalan di tepian sawah untuk mencari udara segar pun kembali menggeleng, "Sena, mandi. Habis ini langsung berangkat ya, awas telat!" peringatnya. Cowok itu lantas masuk ke dalam rumah untuk mandi, saat melewati dapur ia melihat Azkia tengah berjongkok dan sedang memberi makan kucing. Senyum Abi seketika terbit saat ia melihat apa yang gadis itu lakukan. Tanpa sadar, Abi mendekati Azkia. Namun, langkah itu terpaksa berhenti saat ada elusan lain di kepala Azkia. Abi terdiam, kembali ia mendapati Azka yang sudah berdiri di sebelah gadis itu.

Sementara itu, Sena tak mengindahkan ucapan ketuanya. Mahasiswa keolahragaan itu kembali menyerok ikan dengan begitu santainya. Hingga tak lama, tatapannya tertuju pada sesuatu yang menempel di kakinya. Pada awalnya, Sena mengira itu sampah. Tapi, saat kakinya diangkat ternyata pacet yang menempel. Sontak Sena langsung berteriak histeris.

Avec VousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang